Tuhan itu memang bijaksana. Walaupun dia memberikan cobaan buat Indonesia, jenis cobaan itu tidak berat, walaupun memberikan keprihatinan karena terjadi kerusuhan. Tapi jika terjadi di Wilayah yang pemimpin daerahnya tidak bijaksana, tentunya akan menghasilkan output yang berantakan.
Cobaan ini membuat saya berpikir andai saja kerusuhan Asrama papua ini terjadi di Jakarta, tentunya akan berbuntut Panjang sampai sekarang. Tentu kita tidak akan lupa ketika Gubernur Tata Kata yang terkenal dengan “Kaki adalah Alat Transportasi”nya menghadapi kerusuhan 21-22 Mei 2019. Terlepas dari beliau terlibat ataupun tidak, Tindakannya sangat tidak etis dan tentunya membuat yang normal bertanya tanya, sebenarnya dia ini Gubernur ataukah Mastermind dibalik kerusuhan? Sebelum terjadi kerusuhan, telah viral selebaran pengobatan gratis saat terjadi kerusuhan, dia bahkan menolong perusuh yang mana banyak ormas ormas radikal beserta Preman DKI didalamnya. Gubernur tata kata bahwa mengabaikan korban jarahan yang notabene warganya sendiri, dan terpaksa Presiden Jokowi yang harus turun tangan sendiri memberikan bantuan kepada kedua warga yang menjadi Korban penjarahan agar tetap dapat meneruskan usahanya. Gubernur aneh ini banyak mengesampingkan kerja keras para apparat dengan mengatakan kerusuhan sudah sesuai prosedur. Gila amat!.
saat ini Pemprov Jawa Timur mempunyai gagasan untuk membangun asrama mahasiswa nusantara. Pembangunan asrama ini dilakukan setelah gejolak di Manokwari, Papua Barat dan Jayapura, Papua terkait informasi tidak benar tentang pengusiran Mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur.
Dengan ada asrama mahasiswa nusantara, yang ada di dalam diri masyarakat adalah bagaimana mereka menjadi Indonesia dengan beragam suku, agama, adat istiadat, dan akhirnya kemudian tepo seliro-nya akan muncul.
“Kita ingin menggagas tentang asrama mahasiswa nusantara. Dan kita lagi mengurus ke BPN,” tutur dia.
Semoga langkah bijak dari Gubernur Jatim bisa dilakukan pejabat daerah lain. Saudara Papua kita disini untuk dirangkul bukan untuk disisihkan. Akhir yang hangat, terlebih ketika Gubernur Jatim dengan ikhlas menemui Komunitas warga Papua yang bermukim di Surabaya dan juga di papua sendiri dan bercengkrama dengan mereka, bahkan berinteraksi dengan mesra dengan sang Kepala Suku.
Saya tak bisa membayangkan andaikan provokasi terjadi di Jakarta. Apakah Anies Baswedan akan meminta maaf kepada Papua? Kemungkinan besar tidak. Selama ini dia kental sangat membela ormas FPI dan HTI. Malahan yang ada Anies akan mengeluarkan pernyataan rasis dengan mengatakan ulah ormas FPI sesuai prosedur seperti kerusuhan 21-22 Mei. Kita harus bersyukur api SARA diletupkan di Surabaya bukan Jakarta.
Khofifah dan arek-arek Suroboyo telah membuat malu FPI dengan hastag #bubarkanFPI dan sebentar lagi akan dibuatkan asrama nusantara. Khofifah lebih menggandeng saudara Papua sebagai korban ketimbang ormas perusuh FPI.
Tuhan masih menyayangi Indonesia kita. Yakinlah kalau pemerintah Jokowi bisa melewati itu semua. Anggap ini semua adalah ujian kita bersama menuju negara maju.
Memang konteks kerusuhannya berbeda, yang satu dalam rangka hasil pilpres, yang satu terkait sentimen etnis dan suku. Tapi yang selalu sama, aktor dan provokatornya dari ormas itu-itu saja. Tak lain dan tak bukan adalah FPI yang jago merusak kedamaian hidup.
Salah satu preman bertopeng agama yang bernama Novel Bamukmin bahkan menyerukan Darurat Militer ke Papua, seakan akan mengajak baku hantam apparat dan rakyat Papua.
Saya yakin tindakan tegas Khofifah dan Risma terhadap FPI tak akan bisa ditiru Anies. Setelah terjadinya kerusuhan, Polda Jatim bergerak cepat memanggil ormas-ormas yang terlibat termasuk FPI. Khofifah beserta jajarannya mampu menekuk FPI beserta sang provokator, Tri. Mereka akhirnya meminta maaf dan mengatakan tergiring opini media sosial. Bahkan FPI membuang badan dengan berkilah kalau hanya diajak ikut-ikutan… hahaha lucu sekali, pas ketangkep jadi macan ompong kayak si Jijiek.
Bagaimana dengan Anies? Apa yang dia lakukan terhadap FPI yang juga ikut serta meramaikan kerusuhan di Jakarta hingga terjadi pembakaran asrama polisi? Anies cuma mengatakan kalau demo sudah sesuai prosedur. Ya sama biadabnya dengan Novel Bamukmin.
Ya, Andai saja kejadian kemarin terjadi di Jakarta, mungkin jurang kebencian dan permusuhan antara Indonesia dan Papua semakin dalam karena di Jakarta banyak sekali yang ingin merobek persatuan dan kesatuan bangsa kecuali jika menguntungkan mereka.