Indovoices.com – Alkisah, ada dua orang nelayan yang sama-sama rajin bekerja. Hanya saja keduanya mempunyai pola pikir yang berbeda. Nelayan yang pertama, bekerja dengan menggunakan tenaganya saja, sedangkan nelayan yang kedua selalu berpikir bagaimana cara bekerja secara efektif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Nelayan yang pertama selalu mempergunakan kapal warisan orang tuanya. Dia berpikir sederhana, kapal warisan orang tuanya dianggapnya masih bagus. Tidak perlu ada perbaikan atau bahkan membeli yang baru, karena itu sama saja membuang-buang uang. Apalagi setiap harinya dia masih bisa menghasilkan uang yang lebih dari cukup untuk kehidupannya. Kelebihan uangnya sama sekali tak pernah dia gunakan untuk kapalnya, sarananya mencari rezeki.
Berbeda dengan nelayan yang kedua, dia mempunyai pola pikir yang berbeda. Selain mempergunakan kapal warisan orang tuanya, dia juga fokus untuk memperbaiki dan menambah sarananya mencari rezeki. Walaupun kapal yang telah dia miliki masih bagus, dia selalu berpikir untuk meningkatkan kualitas kapalnya menjadi sangat bagus. Keuntungan yang dia dapatkan digunakan selain untuk meningkatkan mutu kapalnya, juga digunakan untuk membeli kapal baru. Karenanya, dia siap berkorban demi perencanaan masa depannya. Beberapa kebutuhan lainnya yang belum dianggap mendesak, dialihkan ke rencananya tersebut.
Hari demi hari berlalu. Nelayan yang pertama memang pada awalnya mengalami kehidupan yang sejahtera. Namun lama kelamaan, kapal yang dia miliki semakin tua dan hasil yang didapatkan pun semakin berkurang. Bahkan hingga datang suatu masa, kapal tersebut bocor dan rusak. Akhirnya nelayan tersebut tak lagi mampu bersaing dengan nelayan yang kedua dan penghasilannya merosot drastis. Dia kehilangan sarana mencari rezeki dari Tuhannya, karena hanya berpikir secara jangka pendek saja.
Sedangkan nelayan yang kedua, pada awalnya memang terlihat tidak sesukses nelayan yang pertama. Namun, lama kelamaan dia semakin menemukan kemudahan untuk bekerja secara efektif dalam mencari rezeki. Dengan kapal yang mempunyai teknologi tinggi, dia bisa berlayar jauh dan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak dari nelayan-nelayan lainnya. Selain itu, keuntungannya pun semakin banyak. Dia bisa membeli kapal yang baru untuk menambah daya saingnya dengan nelayan yang lain.
Nelayan yang pertama yang dulu mempunyai banyak pekerja, karena kapalnya rusak, akhirnya terpaksa memutuskan hubungan kerja dengan mereka. Nelayan yang pertama sungguh bersedih, namun waktu tak bisa lagi diulangi, waktu tak pernah menunggu siapa-siapa. Sedangkan, nelayan yang kedua semula hanya mempunyai tenaga kerja yang jumlahnya tak sebanyak nelayan yang pertama. Namun seiring dengan kesuksesan usahanya, dia menambah pekerja baik dari warga kampungnya. Dengan mempersiapkan sarana dan prasarana secara modern, dia berhasil memberikan kesejahteraan kepada mereka yang dia sayangi.
Infrastruktur, Sarana Menuju Masa Depan
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Dalam kompetisi ekonomi global, infrastruktur adalah sarana yang sangat diperlukan agar perekonomian suatu negara bisa melaju dengan baik. Ketika pembangunan infrastruktur di suatu negara tidak cukup sesuai dengan kebutuhan, akan berimplikasi terhadap efisiensi kegiatan perekonomian.
Sebagai ilustrasi dalam kisah di atas, ada dua nelayan yang mempunyai kemampuan yang sama, namun mempunyai kapal yang berbeda. Nelayan pertama yang tidak mempunyai sarana yang cukup, akhirnya daya saingnya akan kalah dibandingkan nelayan kedua yang selalu memikirkan sarananya mencari rezeki.
Hal ini hampir sama dengan suatu negara. Bila ada dua negara yang mempunyai sumber daya alam yang sama namun mempunyai kualitas infrastruktur yang berbeda, maka negara yang mempunyai kualitas infrastruktur yang lebih baik akan lebih cepat maju. Bahkan dalam kasus tertentu, beberapa negara yang minus dalam hal sumber daya alam namun kualitas infratrukturnya sangat baik, ternyata mempunyai tingkat kesejahteraan yang sangat baik.
Sebagai contoh adalah Singapura. Negara tetangga kita ini berhasil memaksimalkan sarana infrastrukturnya untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Menurut laporan World Economic Forum, salah satu dari enam negara dengan perkembangan infrastruktur paling baik di dunia berdasarkan survey Global Competitive Report 2017 adalah Singapura. Hal ini ternyata selaras dengan tingkat perekonomian negara tersebut. Menurut laporan International Monetary Fund menyebutkan berdasarkan data per oktober 2017, pendapatan perkapita Singapura adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, yakni sebesar USD93.680. Indonesia sendiri berada di urutan ke lima dengan pendapatan per kapita sebesar USD18.730, berada di bawah Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand.
Indonesia sendiri sudah berusaha keras untuk meningkatkan kualitas infrastrukturnya. Sebagai gambaran, anggaran infrastruktur Indonesia yang berasal dari APBN pada tahun 2012 adalah Rp137,1 trilliun. Angka ini terus meningkat pada tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018. Pada tahun 2015, anggaran infrastruktur adalah IDR281,7 trilliun, pada tahun 2016, anggaran infrastruktur adalah Rp316,6 trilliun, pada tahun 2017, anggaran infrastruktur adalah Rp386,9 trilliun dan pada tahun 2018, anggaran infrastruktur adalah Rp410,7 trilliun.
Hal ini memberikan hasil kepada daya saing ekonomi Indonesia. Menurut laporan World Economic Forum, kualitas infrastruktur Indonesia pada tahun 2012-2013 berada pada peringkat 92. Pada tahun 2017-2108, World Economic Forum menunjukkan daya saing infrastruktur Indonesia menunjukkan perbaikan pada peringkat 52. Hal ini berimplikasi pada indeks daya saing global Indonesia. Pada tahun 2012-2013 Indonesia berada pada peringkat ke-50. Pada tahun 2017-2018 Indonesia berada pada peringkat ke-36.
Pembangunan yang Berkelanjutan
Dalam RAPBN 2019, pemerintah berencana menaikkan alokasi anggaran infrastruktur menjadi Rp420,5 triliun. Hal ini bertujuan di antaranya agar potensi ekonomi yang ada di seluruh wilayah Indonesia dapat tersambung, adanya pertumbuhan kegiatan ekomoni baru serta pemerataan pembangunan.
Pembangunan infrastruktur mutlak diteruskan secara berkelanjutan. Negara-negara lain terus berpacu untuk meningkatkan kualitas infrastrukturnya. Hal ini membuat daya saing mereka semakin kuat. Apabila Indonesia tidak mengikuti apa yang dilakukan negara lain, maka akan mirip dengan kisah nelayan yang hanya mengandalkan perahu lama yang bisa saja suatu saat akan rusak, mengalami kebocoran dan pada akhirnya biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih banyak.
Apa yang dilakukan pemerintah sekarang, adalah untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Sebagai manusia kita wajib berikhtiar untuk kehidupan yang akan datang, sebagaimana yang sering diajarkan dalam ajaran agama yang luhur serta budaya yang telah menjadi bagian kehidupan kita. Tujuan pembangunan infrastruktur adalah untuk kemakmuran rakyat.
Bung Hatta pernah berpesan ”Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat. Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita, apabila kita tidak sanggup untuk mempergunakannya memenuhi cita-cita rakyat kita: hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani maupun rohani. Maka dengan tercapainya penyerahan kedaulatan, perjuangan belum selesai.” Perjuangan kita memang belum selesai, dan perjuangan menuntut pengorbanan bersama, sehingga tercapailah apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa Indonesia.
Oleh Andi Zulfikar, Pegawai KPP Pratama Bantaeng, Direktorat Jenderal Pajak