Beberapa waktu lalu Prabowo melakukan sebuah blunder yang sangat fatal terkait pernyataannya tentang bangunan LRT yang sedang dikerjakan di palembang. Menurut Prabowo berdasarkan data yang dia dapatkan bangunan LRT hanya memerlukan biaya $8juta/km sedangkan bangunan LRT di Palembang memerlukan biaya $40juta/km, sehingga diduga telah terjadi penggelembungan harga.
Data yang digunakan oleh Prabowo itu ternyata didapatkan dari Anies, sehingga saya sangat curiga jika anies sengaja memberikan data yg salah. Rasanya sungguh sangat aneh sekali jika seorang gubernur bisa melakukan sebuah kesalahan yang fatal dengan memberikan data yang salah, tapi jika anies memiliki tujuan lain yaitu maju sebagai capres pada pilpres 2019 nanti maka rasanya bisa dimengerti mengapa dirinya memberikan data yang salah untuk Prabowo.
Saat ini Prabowo masih merupakan capres yang paling berpotensi untuk bersaing dengan Jokowi, dan kemungkinan besar akan maju pada pilpres 2019 nanti sehingga akan menutup peluang orang lain untuk menjadi capres yang akan bersaing dengan Jokowi. Untuk dapat maju pada pilpres 2019 nanti agar bersaing dengan Jokowi, maka Anies atau siapapun juga yang ingin bersaing dengan Jokowi harus menyingkirkan Prabowo terlebih dahulu. Dan hal itu tidak mungkin dilakukan secara terang-terangan, pertama sekali adalah menjebak Prabowo untuk melakukan sebuah kesalahan yang fatal sehingga elektabilitasnya anjlok.
Setelah elektabilitasnya anjlok maka dukungan dari partai yang berkoalisi dan penyandang dana juga akan berkurang, sehingga tidak memungkinkan untuk maju sebagai capres, maka calon lain yang akan maju menjadi capres. Dan Anies adalah salah satu calon yang berpotensi untuk maju sebagai capres.
Satu hal yang paling penting diingat dalam dunia politik itu adalah tidak ada teman dan lawan yang abadi, bukan hal yang aneh jika ada orang yang tega untuk mengkhianati temannya demi kekuasaan. Karena itulah sejak awal saya sudah curiga Anies memberikan data yang salah untuk menjatuhkan Prabowo agar dapat menjadi capres. Walaupun saya bukan pendukung Prabowo tetapi saya sangat tidak menyukai jika ada yg menggunakan cara yang kotor untuk menjatuhkannya.
Karena itu Prabowo harus mewaspadai siapapun juga yang berpotensi untuk menjadi musuh dalam selimut. Ingat pilpres 2019 nanti mungkin hanya akan kembali diikuti oleh Jokowi dan Prabowo, jika ingin menjadi capres pada tahun depan maka harus bisa menyingkirkan salah satu dari mereka. Dukungan untuk jokowi dari partai pendukungnya saat ini sangat solid dan bisa dipastikan akan kembali maju. Sehingga menurut saya, saat ini Prabowo yang lebih berpotensi untuk disingkirkan.
Itu kita baru berbicara dari satu sisi, belum lagi kalau kita amati, ternyata dari PKS juga sedang memunculkan wacana untuk menduetkan Anies dengan Aher, kenapa bukan dengan Prabowo?. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi, apalagi mengingat batas pendaftaran untuk pilpres yakni 10 Agustus 2018, tinggal sebulan lebih 10 hari lagi, namun hingga kini hanya Gerindra satu-satunya yang sudah mendeklarasikan diri untuk mengusung Prabowo.
Sedangkan PKS dan PAN masih belum memberikan kepastian. Apakah ini terkait dengan logistik Prabowo yang semakin menipis?. Bila hal tersebut tidak segera disikapi oleh Prabowo, bukan mustahil dirinya akan ditinggalkan oleh PKS dan PAN. Bila hal tersebut terjadi, dengan jumlah kursi Gerindra di Parlemen, harapan untuk mengusung Prabowo pun akan kandas di tengah jalan akibat ditikam dari belakang dan dikhianati oleh para sekutu dekatnya. Akankah pilpres 2019 masih tetap menjadi pertarungan Jokowi VS Prabowo? Atau Jokowi VS calon baru?.
Penulis: Agus Darmawan