Pilpres 2019 sudah selesai, Pemenang sudah dikuatkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusional, tinggal tunggu pelantikannya saja. Ada yang senang dan terharu atas berita kemenangan dan ada juga yang kesal dan mencoba Move on supaya tidak bertransformasi menjadi Kanker dalam tubuh si Pembenci Jokowi Maruf.
Musuh Jokowi Maruf bukan Prabowo Sandi. Ini sudah dibuktikan dengan pendekatan Nasi Goreng ala Bu Megawati Ketum PDIP yang membuat Prabowo Subianto “nambah” lagi nasinya dan mau bersua dan berdialog tentang arti kebangsaan, yang sudah membuat Sandiaga Uno berpelukan lagi dengan Eric Thohir yang menjadi Ketua TKN 01 saat kampanye kemarin. Jadi siapa “Musuh” utama kita? Pembenci Jokowi? Salah, karena Pembenci Jokowi pada dasarnya adalah mereka yang kecewa bahwa Jokowi belum maksimal memuaskan mereka, itu kenapa mereka benci, tetapi jika Kolaborasi Jokowi Maruf bisa mewujudkan harapan mereka, Benci itu akan berubah sendiri kok jadi Benar benar Cinta.
Musuh utama Jokowi Maruf yang sebenarnya adalah Radikalisme yang mengatasnamakan kaum Khilafah, yang sudah mulai bermetamorfosis dalam bentuk Itjima Ulama dan PA 212, yang awal sejarah pembentukan di awal sebenarnya untuk menghajar BTP saat Pilgub 2017. Bagi Rakyat seperti kita kita ini, sebenarnya sudah skeptic, apalagi melihat Prabowo duduk mesra makan Nasi Goreng Bersama Ketum PDIP Bu Megawati Soekarnoputri dan makan Sate Bersama Presiden terpilih Joko Widodo padahal saat Pilpres kemarin, Fitnah, Hoax, Kerusuhan, makian, sumpah serapah keluar semua apalagi ditambah dengan pertemuan Surya Paloh Ketum Nasdem yang saat Pilgub 2017 kemarin membela Ahok saat melawan Anies sehingga Nasdem dicap sebagai Partai Pendukung Penista Agama, sekarang malah memeluk Anies dan mendukungnya walaupun masih mendukung sebagai Gubernur DKI Jakarta, entah tahun 2024.
Rakyat awam sebenarnya setuju dengan pendapat Ahok BTP, yang penting perut terisi penuh, hidup gampang dan nyaman, persoalan di tingkat elite, rakyat tidak mau pusing dan perduli karena mereka sendiri sudah jenuh dengan kehidupan sehari hari dengan anak mereka masing masing, pekerjaan rutinitas dan pasangan mereka. Buat negara, mereka harapannya sebenarnya simple – Perubahan Indonesia untuk makin menjauh dari kolusi-korupsi-nepotisme model Soeharto. Pemerintahan sipil dan profesional, wajah baru yang mesti dikedepankan. Di situ Jokowi penting mengantar generasi baru kepemimpinan Indonesia. Yang pinter, baik dan berprestasi, mendapat kesempatan, yang melanggar hukum; dihukum!
Soal agama adalah hak masing masing, Saya agama Kristen, temanku agama Islam, Tetanggaku ada yang Buddha, Mitra bisnisku beragama Hindu dan Aku punya kenalan yang hanya percaya dengan Keyakinan kepercayaan. SIMPLE! Hal yang membuat kita saling bertoleransi dan menghormati satu sama lain adalah PANCASILA. Mempertentangkan agama versus negara (untuk Indonesia berpancasila), adalah berlebihan dan cenderung Bodoh. Kini, beberapa negara Timur Tengah mempelajari Pancasila ke Indonesia. PANCASILA lah yang membuat kita menolak untuk “Toleran kepada yang intoleran”, mereka yang sedang kasus dan dihajar di Lembaga hukum bukan karena agama dan suku mereka, tetapi Pelanggaran hukum apa yang sudah mereka lakukan kepada rakyat dan Negara.
Ada ancaman nyata. Cara HTI dan khilafah bekerja. Taktik Ikhwanul Muslimin (IM) menggerogoti Pancasila. Siasat Wahabi dan teroris mengindoktrinasi anak-anak muda dengan jihad sesat. Kelihaian mereka menyusup ke ormas dan lembaga negara. Semua mengarah ke upaya menghancurkan negara. Sekolah dan kampus pun banyak yang menjadi persemaian radikalisme. Terorisme. Intoleransi. Kebencian. Anti Pancasila. Anti NKRI. Membenci Merah Putih – dan menenteng bendera Palestina. Bendera HTI, khilafah. Marak di negeri ini. Jika menilik ke Pidato Prabowo saat Kampanye lalu soal “Ibu Pertiwi tengah diperkosa”, itu ada benarnya, Radikalisme dalam bentuk HTI dan Khilafah sedang “memperkosa” ibu pertiwi, banyak wanita dan pria yang awalnya baik baik dan soleh berubah menjadi Mabuk agama bahkan memandang saudara sepermainan sebagai musuh yang harus dihabisi, terkadang ditutupi dalam tabir agama dan Pandangan politik yang berbeda. Ini yang berbahaya, karena tujuan mereka adalah mengubah seluruh Warga Indonesia yang beragama Mayoritas dan menghapus Pancasila dan Toleransi secara pelan pelan namun pasti.
Ini peringatan kepada, Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Selama ini tidak melakukan, belum ada upaya efektif dan terukur terkait memerangi intoleransi, gerakan khilafah yang bergerak di kampus dan sekolah menengah. Pada periode kali ini, Presiden Jokowi harus berani mengganti Menteri Menteri di Kementerian itu dan menggantinya dengan mereka mereka yang Pancasilais dan sedikit “Gila”. Gila dalam melindungi Pancasila dan Toleransi. Pancasila adalah Final! Pancasila satu satunya ideologi dalam berbangsa dan bernegara. Ini yang harus dijaga, bahkan seterusnya walaupun NKRI tidak dipimpin oleh Jokowi lagi di 2024.
Hantaman Politik “Nasi Goreng” PDIP – Gerindra dan “Nasi Kebuli” Nasdem – Anies Baswedan merupakan strategi cerdik dalam melindungi Pancasila dan mengamankan toleransi, setidaknya untuk sementara waktu. Jiwa Nasional harus segera ditumbuhkan dalam mereka yang berpotensi dan memberikan kesempatan bagi mereka yang masih dalam kesesatan.
Yang penting, mari kita kawal bersama agar apa yang ia canangkan betul-betul dapat dilaksanakan. Tentu akan banyak kendala dalam merealisasikan agenda ini. Banyak rintangan yang tak mudah dilalui. Namun, bila kita bersama-sama membantu, jalan menuju kebaikan akan lebih mudah ditempuh. Pembangunan partisipatif yang melibatkan semua pihak perlu dicanangkan.
Mari kita melangkah dan bangun budaya optimisme (culture of hope) ke depan. Rasa was-was dan takut berlebihan (culture of fear) yang melekat dalam pikiran dan hati secara berkepanjangan hanya akan membuat kita mati langkah. Demikian juga rasa sakit hati dan terzalimi (culture of humiliation) yang terus menerus kita pelihara hanya akan membawa kita pada suasana psikologis murung yang tak produktif.
Jadi tidak masalah siapa yang akan nyapres selama mereka mau pada akhirnya menjaga NKRI karena itu harga mati dan Pancasila dari ideologi berbahaya yang akan merusak dan meluluhlantakkan. Jadi tidak masalah dengan pasangan Pemimpin bangsa 2024.