Banjir di Jakarta menjadi pemberitaan di berbagai media; cetak dan online. Sudah banyak penjelasan dan pembahasan, namun tiga penjelasan berikut mungkin bisa lebih komprehensif menguraikannya.
Pertama, Anies-Sandi tak bersalah. Ingatlah bahwa mereka tak pernah menjanjikan secara detail bagaimana program mengatasi banjir. Bedakan dengan Ahok yang bisa merincikan titik-titik lokasi yang berpotensi banjir dan cara mengatasinya.
Perlu kembali ditegaskan bahwa di masa-masa kampanye, Anies-Sandi hanya menjanjikan keberpihakan. Wujud keberpihakannya salah satunya menjanjikan tidak menggusur pemukiman yang ada di bantaran sungai. Bahwa itu kemungkinan bisa menjadi penyebab banjir merupakan lain persoalan.
Kedua, banjir adalah peringatan Ilahi. Melalui kesadaran ini semestinya tak ada lagi yang menyalahkan pemimpin. Warga Jakarta harus banyak belajar pada provinsi tetangga, Jawa Barat. Pemimpin harus mengajarkan bahwa banjir adalah kesempatan melatih diri untuk lebih bersyukur dan bersabar. Maka, satu-satunya solusi mengatasi banjir adalah mendekatkan diri pada Ilahi dengan memperbanyak reuni dan doa-doa bersama.
Dari perspektif berbeda, bisa jadi masalah banjir kali ini sebagai peringatan karena reuni aksi 212 kemarin terlalu sepi peminatnya. Umat seperti lupa kacang pada kulitnya. Ditambah lagi ada rencana Pemda DKI menggelar acara keagamaan kaum kafir di Monas. Semestinya Monas hanya dikhususkan bagi acara-acara reunian umat pemilik “tanah kavlingan” di surga.
Banjir juga menjadi peringatan ketika belakangan ini banyak terjadi penolakan kehadiran para ulama zaman now di beberapa daerah. Soal mengapa justru Jakarta yang dilanda banjir, mungkin pasukan malaikat diatas sana sedang salah sasaran tembak saja.
Ketiga, banjir Jakarta kesalahan Jokowi dan Ahok. Seperti dikatakan Hidayat Nur Wahid, sang mantan calon gubernur DKI Jakarta, Jokowi pernah berjanji penanganan banjir bisa lebih cepat jika ia menjadi Presiden. Ketika Ahok masih menjabat, titik-titik banjir memang sudah terbukti jauh berkurang. Lalu mengapa di masa kepemimpinan Gubernur pilihan umat, banjir malah terjadi lagi ?.
Sudah pasti ini salah pemerintahan Jokowi yang terlalu sibuk membangun infrastruktur lalu melupakan penanganan masalah banjir di Jakarta. Karena Jakarta adalah ibukota negara, semestinya semua masalah di Jakarta adalah tanggungjawab Jokowi sebagai pemerintah pusat. Tugas Anies-Sandi adalah memastikan dan memotivasi warga tetap bahagia dan bersyukur ketika terkena musibah.
Lalu Ahok, dimana tanggungjawabnya sebagai warga Jakarta sekaligus mantan pemimpin Jakarta ?. Semestinya dengan penuh kesadaran diri, ia minta izin sebentar keluar dari tahanan atau minimal berkirim surat ke Pemda DKI Jakarta tentang solusi percepatan mengatasi banjir. Tidak seperti sekarang, ia malah enak-enakan bikin tulisan dan membalas surat-surat warga yang datang.
Notes: Tulisan ini merupakan contoh penjelasan, pemahaman, dan keyakinan warga di planet Bumi Datar.
#100HariKepemimpinanAnies-Sandi