Beginilah kalau program dibuat asal-asalan. Yang membuat program tidak siap, yang memberikan pelatihan gagap, akhirnya yang dikasih pelatihan cuma mangap (baca: tidur).
Gagap disini bukan berarti seperti Azis Gagap yang ngomongnya aaaa..huuuuudah maaau emmmmakakan pak? Bukan! Tetapi gagap dalam artian memberi pelatihan teori doang prakteknya nol alias ngasal.
Lha apa tidak ngasal, yang namanya pelatihan itu ya ada praktek. Misalnya pelatihan OK-OCE cara membuat emping melinjo, ya disiapkanlah melinjonya, alat-alat untuk membuatnya, dipraktekkan cara membuatnya, bagaimana trik dan tips membuat emping yang renyah. Bagaimana memodifikasi emping melinjo sehingga memiliki nilai jual dan lain-lain.
Lha kalau cuma teori saja, ya berarti ya sekedar diskusi akademik. Pesertanya yang kasihan, berharap mendapatkan kesempatan usaha malah disuruh dengerin orang ngobrol ngalor ngidul ga jelas. Ya mangap lah…
Apalagi jika pelatihan tersebut tidak disediakan gorengan dan kopi, yang ada suntuk pesertanya. Anggaranya miliaran, pesertanya keleleran…(baca: tak terurus). Menyedihkan!
Program OK-OCE yang niatnya untuk menciptakan 200 ribu lapangan kerja baru ternyata hanya menciptakan tukang cuap-cuap baru. Anggaran keluar sia-sia, tidak ada pengusaha tercipta. Duh!!
Akhirnya kekhawatiran Djarot saat debat kampanye terbukti. Mana bisa menciptakan pengusaha baru dengan anggaran yang ada. Saat itu Sandiaga berdalih dia adalah pengusaha sukses, memulai usaha dari nol dan mampu melakukan itu. Faktanya? OK OCE hanya sukses membuat minimart, itupun bagi mereka yang punya modal besar. Hmm…
Sandiaga lupa, pengusaha bukan saja soal modal tetapi juga soal mental. Seorang yang sudah terbiasa dapat gaji diakhir bulan, begitu usahanya tidak laku, dia akan kepikiran kerja lagi. Begitu juga dengan yang terbiasa jualan, begitu disuruh kerja kantor, hari ketiga juga sudah tidak betah. Ini soal mental pak, mindset. Masak anda ga paham beginian?? Huhhh…
Hal ini dikonfirmasi oleh anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Nur Afni Sajim yang menyaksikan sendiri bagaimana jalannya pelatihan OK OCE yang dijalankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta usulan Sandaga Uno.
Saya bingung, ini aneh, ini pelatihan paling aneh yang pernah saya datangi. (OK OCE) ini pelatihan cuap-cuap, Pak. Saya kontrol betul di Jakarta Barat,” ujar Afni saat rapat Komisi B bersama Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI di Gedung DPRD DKI
Ha..ha..ha.. Bukan aneh lagi, itu mah nyeleneh pak! saya yang cuma membayangkan saja tertawa apalagi yang menyaksikan sendiri pelatihan teori tanpa praktik tersebut. Pastilah penuh dengan senda gurau dan gelak tawa…
Kata afni lagi, peserta pelatihan direkrut secara asal-asalan oleh lurah. Akibatnya, banyak peserta yang tidak mengerti pelatihan yang mereka ikuti. Yang penting anggaran sudah keluar. Entah tepat sasaran entah tidak yang penting penyerapan tinggi. Nalar begini nih yang suka bikin Ahok naik darah…
Profesionalitas pelatih nya pun juga dipertanyakan. Apakah sesuai dengan keahliannya ataukah hanya asal comot relawan kampanye dulu?? Entahlah…
Apalagi Pemprov DKI juga tidak menyediakan lokasi sementara ataupun lokasi binaan untuk mereka berwirausaha. Sementara, PKL Tanah Abang tanpa pelatihan, tanpa modal sewa kios sudah meraup untung jutaan rupiah setiap hari di jalan Jati Baru. Apa ini yang namanya keadilan??
Padahal iklan kampanye jelas, diberi pelatihan, pendampingan, dimodali, dicarikan pembeli. Taunya cuma dapat cuap-cuap. Ya jelas lah, gubernurnya saja jago cuap-cuap.
Mbok ya jangan dipaksakan kalau memang itu tidak siap.Daripada pelatihan itu malah menjadi baham pergunjingan dimasyarakat dan mempermalukan diri sendiri. Saran saya bagi para peserta yang sudah terlanjur mengikuti pelatihan itu tidak usah buang-buang waktu lagi dengan mengikuti cuap-cuap tanpa arah yang pasti itu. Segeralah kumpulin modal dan bangun usaha sendiri.
Bandingkan dengan pelatihan budidaya ikan kerapu di kepulauan seribu milik Ahok. Kolamnya ada, ikan kerapu nya ada, praktek budidaya lapangan, dari benih hingga pemasaran disiapkan. Keuntungannya 80% untuk pengusaha 20% untuk Pemprov DKI. Asudahlah…membandingkan mereka hanya akan membuat penyesalan kita semakin dalam.
Sekarang nikmati saja kebijakan dan program-program ngasal gubernur Anies itu selama lima tahun kedepan. Siapa suruh milih gubernur jago cuap-cuap.
Selamat di cuap-cuapin!!