Secara sederhananya IHSG adalah indeks harga saham-saham gabungan yang diperjualbelikan di pasar saham. Naik turunnya harga saham yang terdapat pada bursa efek, sangat ditentukan oleh berbagai faktor dan salah satu faktor utamanya adalah naik turunnya kondisi ekonomi negara tersebut.
Perekonomian yang baik akan membuat pembeli tidak ragu untuk membeli saham, semakin meningkatnya pembelian, otomatis juga akan menaikkan harga saham itu sendiri. Sebaliknya juga bila perekonomian sebuah negara memburuk, otomatis para pelaku ekonomi akan melepas atau menjual saham-sahamnya, semakin banyak saham yang dilepas, harganya pun akan ikut turun. Disinilah berlaku hukum ekonomi supply and demand (hukum permintaan dan penawaran).
Indeks Harga Saham Gabungan atau yang biasa disebut dengan IHSG merupakan salah satu composite atau bagian yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada Sesi penutupan dagang indeks harga saham gabungan atau IHSG pada Kamis, 14 Desember 2017, berhasil mencetak sejarah baru perdagangan pasar finansial di Indonesia. IHSG tercatat menguat 59 poin dibanding pada penjualan hari sebelumnya dengan berada pada level 6.113,65.
Harga penjualan tersebut merupakan harga tertinggi yang berhasil dicatatkan dalam kurun sepuluh tahun terakhir sejak 2007 hingga 2017. Harga IHSG terendah tercatat berada di posisi 1.113,62 pada 29 Oktober 2008. Kala itu, indeks IHSG anjlok 1.651,57 dibandingkan pada penjualan pekan pertama pada 4 Januari 2008 sebesar 2.765,19.
Meningkatnya IHSG tidak terlepas dari semakin membaiknya perekonomian di Indonesia sejak pemerintahan Joko Widodo. Langkah pemerintah yang melakukan pembangunan diberbagai sektor baik infrastruktur, sarana dan prasarana di seluruh Indonesia ikut menggairahkan perekonomian nasional serta membuat kepercayaan investor menguat dan tidak ragu menanamkan investasinya di Indonesia. Bahkan lembaga internasional sekelas PBB, UNCTAD pun menaikkan peringkat layak investasi kepada Indonesia dari urutan Delapan menjadi urutan Empat di dunia
Semua itu membuat para pelaku saham baik dari dalam maupun luar negeri tidak ragu untuk membeli saham-saham perusahaan di Indonesia.
Jadi bisa dikatakan bahkan saham pun tidak sepaham dengan tudingan kelompok bumi datar yang mengatakan ekonomi Indonesia sedang lesu, negara dalam krisis karena hutang, rakyat menjerit, menjerit pala loe peyang?. Toh fakta berbicara sebaliknya.
Selama kepemimpinan beliau, kita bisa melihat sendiri pembangunan dimana-mana, bahkan dapat dikatakan jejak pembangunannya ada diseluruh Indonesia. Sepanjang pemerintahan Indonesia di masa pemerintahan beliaulah geliat pembangunan itu benar-benar terasa. Mulai dari BUMN, kereta cepat, waduk, listrik, pelabuhan, bandara, investasi, jalan bahkan pos perbatasan yang jauh di pedalaman terpencil pun tidak luput dari perhatiannya dan mengalami pembenahan. Kurang apalagi coba?
Saran saya, bagi para pembenci Jokowi, berhentilah sejenak, cobalah baca berbagai berita mengenai apa yang beliau lakukan, kerja keras beliau, pengorbanan beliau untuk kemajuan rakyat dan bangsa ini. Saya yakin bahkan para pembencinya pun akan terkagum-kagum walau tidak diucapkan dan menyadari bahwa kebencian mereka sebenarnya tidak beralasan sama sekali. Walau kekaguman tidak terucap keluar dari bibir, setidaknya hati Anda telah mengakuinya, itupun sudah cukup.
Namun bila Anda adalah kaum bumi datar yang masih penasaran dan tidak terima dengan penjelasan melalui artikel yang sudah pernah saya tulis mengenai pencapaian Jokowi. Silahkan mendebat pendapat atau tulisan saya, akan saya layani Anda menggunakan data-data dan argumen valid.