Kepada Pemimpin Jakarta,
Ini saya tuliskan menyambung surat pertama. Jika sebelumnya tentang harapan dan masukan, kali ini pun masih sama. Perbedaannya, harapan dan masukan ini sudah didasarkan pada penilaian terhadap kinerja anda setelah memerintah selama nyaris tiga bulan pasca dilantik secara resmi pada pertengahan Oktober lalu.
Saya setuju, tidak adil rasanya menjatuhkan vonis berhasil atau gagal berdasarkan kinerja yang kurang dari seratus hari sementara anda dilantik untuk bekerja selama lima tahun ke depan. Hanya saja, saya pun tak bisa menolak pendapat yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan arah keberpihakan pemimpin sebenarnya sudah harus diuji dan dinilai bahkan sehari sejak pertama kali dilantik.
Joko Widodo (Jokowi) sehari pasca dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2012 seperti janji kampanyenya langsung turun ke lapangan. Jokowi berkeliling kampung, meninjau rumah susun, dan melihat permukiman warga di bantaran Kali Ciliwung. Jokowi juga meninjau terminal Kampung Melayu untuk melihat kondisi moda transportasi terutama Kopaja dan Metromini.
Pidato perdana Jokowi di hadapan warga DKI Jakarta pun terbilang sangat singkat. Hanya berupa ucapan terimakasih, seruan kepada warga untuk bersama-sama mengawal pemerintahan serta janji untuk tetap berjalan dari kampung ke kampung, RW ke RW, RT ke RT untuk mengetahui dan menyelesaikan permasalahan warga.
Sementara itu, anda (Pak Anies) ketika diberikan kesempatan menyampaikan pidato perdana di hadapan warga malah bisa dikatakan menyia-nyiakan kesempatan berharga itu. Setelah beretorika panjang lebar, entah dapat angin dari mana, tiba-tiba saja anda melontarkan istilah “pribumi” yang kemudian menjadi kontroversi. Selanjutnya anda (mungkin) menjadi Gubernur pertama di dunia yang hanya dalam hitungan hari pasca dilantik, sudah langsung ada yang melaporkan ke pihak yang berwajib.
Sangat disayangkan mengingat pidato perdana itu momen yang sangat baik untuk (mengutip istilah anda) merangkul bukan memukul seluruh pihak yang sempat terbelah akibat perhelatan Pilkada DKI Jakarta yang sangat brutal dan sudah berhasil memecah warga lewat penggunaan isu-isu SARA. Sekali lagi sangat disayangkan dan patut disesalkan.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah bahkan turut mengkritik pidato perdana Anda. Menurut Fahri, sebagai seorang gubernur, Anda seharusnya meniru mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang banyak berbicara hal teknis.
Kepada Pemimpin Jakarta,
Hal kedua yang patut menjadi perhatian tentu saja soal proses penyusunan anggaran. Saya yakin Anda pasti mendengar keresahan bahkan kritikan publik tentang itu. Banyak kejanggalan dan ketidaktransparanan di dalamnya. Tema keberpihakan kepada warga yang Anda gaung-gaungkan di masa kampanye pun kian dipertanyakan.
Di tahun-tahun mendatang, publik tentu berharap hal-hal tersebut tak lagi terulang. Semoga kecurigaan dan tudingan bahwa Anda sedang bermain-main dan bertransaksi melalui penganggaran (APBD) tidak terbukti. Ke depannya jangan ada lagi pos-pos anggaran “siluman” yang tak berkaitan dengan kepentingan warga.
Hal ketiga, saya ingin menyampaikan bahwa kinerja dan konsistensi Anda akan terus diuji sekaligus diawasi oleh publik. Maka, berhentilah sekadar beretorika apalagi membuat sensasi. Terus terang hanya dalam hitungan kurang dari seratus hari saja, publik sudah jengah dan muak dengan segala kekonyolan yang Anda pertontonkan lewat pernyataan bahkan perbuatan.
Ingatlah bahwa Anda memiliki hutang menunaikan segala janji dan harapan yang sudah diucapkan ke warga DKI Jakarta. Itu harus sudah terbayar lunas dalam lima tahun ke depan. Sejarah dan perjalanan waktu akan mencatat apakah Anda adalah seorang pemimpin sejati atau pembohong sejati; seorang pejuang atau sekadar pecundang.
Saya juga berharap Anda bisa bersikap kesatria untuk tak melulu menjawab kritikan dengan melemparkan kesalahan ke pemimpin sebelumnya. Publik tak bisa lagi dibohongi. Bagaimanapun rekam jejak pemerintahan sebelumnya sudah tercatat dan terekam dengan baik dalam ingatan publik. Tak bisa dibantah bahwa pemerintahan sebelumnya sudah membawa DKI Jakarta ke arah perubahan-perubahan yang positif dan lebih baik.
Tak perlu pula baper ketika publik sering membandingkan kinerja Anda dengan pemimpin sebelumnya. Itu adalah konsekuensi logis dari tuntutan warga yang selalu mengharapkan kemajuan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi sebenarnya, Anda termasuk beruntung meneruskan kinerja pemimpin sebelumnya yang sudah teruji dengan sungguh-sungguh membaktikan diri untuk bekerja untuk warga.
Tugas Anda sebenarnya tinggal meneruskan hal-hal yang baik tersebut sembari membuat terobosan-terobosan lain. Tak ada gunanya memimpin hanya dengan motivasi sekadar berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Sikap objektif dan kesatria mengakui keberhasilan pemimpin sebelumnya lalu berkomitmen melanjutkannya pun merupakan sikap yang mulia.
Akhirnya, saya ucapkan selamat bekerja dengan sungguh-sungguh memimpin DKI Jakarta hingga lima tahun ke depan. Saran saya, jangan genit bermimpi untuk pindah kemana-mana karena faktanya Anda belum berhasil membuktikan apa-apa di Jakarta.
#100HariKepemimpinanAnies-Sandi
Silakan baca tulisan saya sebelumnya: