Indovoices.com – “Almost everything that is great has been done by youth.” Begitulah apa yang dikatakan oleh Benjamin Disraeli (Perdana Menteri Inggris semasa Ratu Victoria).[1] Pemuda sebagai pencipta segala sesuatu yang hebat dalam mengawal kemajuan bangsa dan dunia, begitu kiranya apa yang ditekankan oleh Kepala Pemerintahan Inggris tersebut.
Konsepsi Pemuda telah banyak dibungkus dalam berbagai gambaran. Secara umum sifat daripada pemuda yang syarat akan inovasi, kreasi bahkan solusi telah mampu menjadikan berbagai fenomena social yang hebat. Memang pemuda tak lain adalah manusia biasa, namun yang membedakan adalah semangat berkarya dan berjuangnya.
Dalam rangka menghadapi dahsyatnya dinamika Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Pemuda-pemudi Indonesia diharapkan mampu tampil cantik dan terhormat dalam persaingan keahlian secara global. Tak hanya itu para pemuda dituntut mampu menciptakan sesuatu yang bersifat solutif-praktis yang dimaksudkan mampu menjawab permasalahan sosial, lingkungan, budaya hingga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi baik dalam ranah domestik maupun mancanegara. Namun, eksistensi pemuda yang haus akan perubahan tersebut nampaknya tak banyak di akui oleh bangsa. Masih ingatkah kita akan produk pemuda di bangku SMK dengan produk mobil ESEMKAnya yang masih tenggelam,[2] ataupun Ricky Elson dengan mobil Listriknya yang sekarang karyanya dipinang oleh Malaysia?[3] Itulah beberapa gambaran unik nan lucu bangsa kita. Ketika semangat dikobarkan, namun tak di imbangi oleh apresiasi dan self awareness terhadap karya bangsa, maka hasilnya akan nihil.
Agen pengubah bangsa dan dunia adalah marwah pemuda yang tak bisa dipungkiri, karena Tuhan pun memfitrakan demikian. Dalam kebudayaan Islam telah banyak sekali memvisualisasikan pemuda dengan perjuangan yang holistik. Mulai dari nabi Ismail AS, Nabi Muhammad SAW, hingga Mush’ab bin Umair.[4] Kegigihan merekalah yang mampu merekonstruksi dunia hingga sedemikian rupa. Perjalanan kisah mereka tak lain menjadi pelajaran bagi pemuda bangsa dalam menjadi pemuda yang seutuhnya.
Gambaran yuridis pemuda serta hak dan kewajibannya telah diatur dan dilindungi oleh Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Dalam pasal 6 Undang-undang kepemudaan menggambarkan secara gamblang karakteristik pemuda yaitu memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan, tanggungjawab, dan ksatria, serta memiliki sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis, reformis, dan futuristik.[5] Namun hal ini tak akan menjadi nyata jika setiap elemen masyarakat, termasuk pemerintah dan pemuda itu sendiri tak berupaya mengembangkan potensi kepemudaan yang dimilikinya. Oleh karena itu, sudah semestinya pemerintah selaku pengambil kebijakan secara komprehensif dan integral merangkai langkah pelayanan kepemudaan hingga menyusun pemahaman peran, hak, tanggung jawabnya sebagai satu kesatuan strategi pengembangan kepemudaan yang holistik.[6]
Berkaca pada konsepsi yuridis mengenai pemuda, agaknya saya kurang sepakat bahwa apa yang dikatakan sebagai pemuda adalah mereka yang sedang dalam rentang umur 16 hingga 30 tahun. Memang tak bisa dipungkiri saat-saat itu adalah waktu dimana idealisme memuncak, pikiran melesat, hingga jiwa tak ingin terjerat. Namun sadarkah kita bahwa pemuda akan lebih indah jika dimaknai bukan hanya segi lahiriah saja (umur 16-30 tahun), akan tetapi murni dimaknai dari segi batiniah. Tidakkah lebih istimewa apabila pemuda dihikmahi sebagai jiwa yang tak terikat dengan raga? Artinya, asalkan karakter pemuda tetap melekat pada dirinya, manusia tetap berjiwa muda meskipun raganya telah senja. Seberapa tua manusia tersebut berada di dalam keberagaman bangsa, apabila karakter pemuda masih mendarah-daging dalam sanubarinya, dia akan menjadi manusia yang rela hilang nyawa untuk tanah airnya.
Konsepsi diatas akan mengantarkan Indonesia kembali memaknai jiwa kepemudaan dalam era yang kental akan kebhinekaan. Usaha untuk membiaskan perbedaan lahiriah dalam bingkai kepemudaan akan membangun pemahaman yang baru akan arti kepemudaan di dari zaman ke zaman.
Dalam rekonstruksi sejarah dunia, tiap-tiap bangsa memiliki cerita dan perjuangan yang berbeda, dan tak lain para lakonya mayoritas adalah pemuda. Mulai dari Budi Utomo di Indonesia, pemuda-pemudi Thakin di Burma, hingga Sons of Liberty di Amerika Serikat. Para pemuda mempunyai idealisme yang sama yakni untuk memajukan bangsa dengan penekanan pada anti penindasan, eksploitasi hingga berdiri diatas kaki sendiri (Berdikari). Ketika jiwa dan keberanian terbarakar maka perbedaan bukan lagi menjadi halangan. Kesatuan dan keutuhan dalam keberagaman menjadi cita bersama di dalam perjuangan menuju kemerdekaan.
Berbagai faktor mampu menggerakan para pemuda. Pemuda bangsa Indonesia dalam sejarahnya telah berbagai kali ditindas hingga menimbulkan perlawanan, hal ini tak lain adalah pada saat pra kemerdekaan Indonesia. Terbentuknya Budi Utomo sebagai gerakan awal pemuda-pemudi dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah telah banyak diikuti setelahnya seperti Serikat Islam dan Indische Partij.[7] Sebuah langkah nyata untuk memajukan bangsa dengan kemerdekaan.
Selain penindasan ada hal yang paling krusial yang menjadi faktor pendorong kemajuan bangsa melalui pemuda, hal ini tak lain adalah pendidikan. Pendidikan menjadikan tonggak awal kemajuan suatu bangsa. Sejalan apa yang dikemukakan oleh Presiden Afrika Selatan 1994-1999, Nelson Mandela “Education is the most powerful weapon with which you can change the world”. Saya pun sepakat bahwa pendidikan ibarat senjata bagi kita untuk berperang. Istilah senjata ini pun juga tergantung pada siapa yang memakainya. Kita pun bisa menggunakan senjata untuk mengahancurkan bangsa ataupun membangunnya, semua tergantung pada pribadi yang membawanya, begitulah gambaran pendidikan manusia.
Sejarah jatuh bangun pendidikan untuk pemuda dimulai dari sekolah STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche Aartsen) hingga Politik Etis yang digagas oleh Van Deventer bagi kaum Pribumi. Pendidikan sedikit banyak mempengaruhi kaum pemuda dalam bertindak, bersikap dan mengambil peran. Pada dasarnya pemuda mempunyai rasa ingin terus beraktualisasi. Aktualisasi para pemuda jika hanya di landasi oleh pendidikan yang berbasis keilmuwan saja maka akan terkesan cantik tapi tak wangi, maka dari itu pemuda perlu di imbangi oleh moral dan budi pekerti luhur sehingga mampu mencitrakan pemuda Indonesia seutuhnya. Kombinasi antara pendidikan dan moral akan melahirkan karakter manusia yang dibutuhkan dalam menjawab tantangan zaman. Kondisi yang demikian akan menciptakan pemuda yang mencintai negeri, hingga pada akhirnya sebuah perbedaan akan berujung pada sebuah kekuatan untuk membangun bumi pertiwi.
Dalam kemajuan era yang kental akan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, pemuda wajib berperan dalam memajukan dan memperkenalkan budaya bangsa dan daerah. Semangat juang pemuda saat ini adalah disini, artinya ditengah-tengah dihantam dan diterpa aliran budaya asing, barat dan korea, pemuda harus mampu memilah dan membatasi internalisasi budaya luar agar tak mematikan budaya Indonesia sebagai jati diri bangsa. Pembangunan non fisik bangsa dapat dimulai dengan menggalakkan kearifan lokal suatu daerah, dengan harapan kearifan lokal mampu bersaing sebagai budaya nasional yang dikenal global.
Peran pemuda di era ini harus mampu membawa bangsa menuju kesatuan dalam dinamika pluralitas warna. Melalui koridor ini, Indonesia akan menjadi lebih maju dan sejahtera.
Pemuda berani mengunakan jiwa raganya untuk mencari arti dan Pemuda suci menggunakan akal budinya untuk mengabdi. Itulah gambaran pemuda Indonesia yang Berani dan Suci.
Akhir kata, Selamat menyambut Hari Sumpah Pemuda untuk kita semua. Salam satu bangsa, bahasa dan tumpah darah, INDONESIA.
“Berani Bersatu Membela Keberagaman”
#BeraniBersatuMembelaKeberagaman
WILLY INNOCENTI
Aktivis HmI KomSosbud Unesa dan DPC Permahi Surabaya
Sumber:
[1] Victorianlondon.org, “CONINGSBY, by Benjamin Disraeli (1844)”, Diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 21.24WIB dari http://www.victorianlondon.org/etexts/disraeli/coningsby-0019.shtml
[2] Kompas.com, 9 Februari 2015 “Wali Kota Solo Minta Esemka Jangan Dilupakan” diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 21.37 dari http://nasional.kompas.com/read/2015/02/09/133314515/Wali.Kota.Solo.Minta.Esemka.Jangan.Dilupakan
[3] Liputan6.com, 5 September 2015, “Dipinang Malaysia, Ricky Elson Ingin Mobil Listrik Dibikin di RI”, diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 21.46WIB dari http://bisnis.liputan6.com/read/2310256/dipinang-malaysia-ricky-elson-ingin-mobil-listrik-dibikin-di-ri
[4] Hidayatullah.com, “Di Mana Bisa Kita Temukan Pemuda Berkelas Mush’ab Bin Umair Di Zaman Ini? (1)”, Diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 21.48 WIB dari https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2014/11/01/32409/di-mana-bisa-kita-temukan-pemuda-berkalas-mushab-bin-umair-di-zaman-ini-1.html
[5] Pasal 6 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
[6] Paragraf 5 Penjelasan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
[7] Nasihin, “Islam dan Kebangsaan: Studi tentang Politik Islam Masa Pergerakan Nasional di Indonesia”, Jurnal Rihlah Vol. II No. 1 Tahun 2014, diunduh dari http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/download/1342/1295