Di negara kepulauan seperti Indonesia, yang namanya pelabuhan adalah salah satu prasarana atau infrastruktur yang vital sifatnya. Pelabuhan adalah pintu masuk dan pintu keluar bagi kapal yang mengangkut orang ataupun barang, produk-produk pertanian, perindustrian dan sebagainya dari satu pulau ke pulau lainnya yang tidak terhubung oleh daratan. Memang ada bandara sebagai alternatifnya sehingga orang dan barang bisa diangkut dengan pesawat. Namun pesawat itu sendiri punya daya angkut terbatas, kapasitasnya tidak sebanyak yang mampu diangkut oleh kapal, selain itu juga membutuhkan biaya yang cukup mahal apabila dibandingkan dengan kapal laut.
Sayangnya walaupun Indonesia disebut negara kepulauan atau negara maritim, tidak semua pulau di Indonesia memiliki pelabuhan yang dapat disinggahi oleh kapal-kapal yang berdaya angkut dengan tonase besar, akibatnya bagi pulau-pulau yang belum memiliki pelabuhan yang “layak” harus mengangkut orang atau barang dengan kapal kecil menuju pelabuhan yang agak besar, kemudian dari pelabuhan yang lebih besar diangkut lagi oleh kapal yang lebih besar. Hal ini tentu sangat tidak efisien dan efektif. Habis waktu, habis tenaga dan habis biaya.
Itulah sebabnya kenapa terjadi disparitas harga yang sangat jauh antara harga barang di Indonesia Barat dengan Indonesia Timur, sebagai salah satu contohnya adalah semen, di Indonesia Barat harga satu sak semen paling hanya dikisaran puluhan ribu rupiah tak sampai seratus ribu, sedangkan untuk semen yang sama di puncak Papua bisa sampai 2-2,5 juta rupiah/sak.
Jokowi sangat menyadari ketimpangan tersebut dan untuk mengatasinya, diluncurkanlah Program Tol Laut yang termasuk program prioritas pemerintahan Jokowi.
Yang dimaksud Program Tol Laut adalah membangun transportasi laut dengan kapal atau sistem logistik kelautan, yang melayani tanpa henti dari Sabang hingga Merauke.
Dengan adanya tol laut, maka dapat menggerakkan roda perekonomian secara efisien dan merata. Akan ada kapal-kapal besar yang bolak-balik di laut Indonesia, sehingga biaya logistik menjadi murah.
Salah satu faktor pendukungnya adalah kebutuhan akan pelabuhan laut dalam (deep sea port) untuk memberi jalan bagi kapal-kapal besar yang melintasi rute dari Sabang sampai Merauke. Sebuah jalur yang membentang sejauh 5.000 kilometer atau seperdelapan keliling bumi.
Apa saja yang telah dilakukan Jokowi untuk Program Tol Laut ini?
Membangun 24 Pelabuhan laut dalam di seluruh Indonesia termasuk Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, sedangkan untuk Papua sendiri mencakup Sorong, Manokwari, Jayapura dan Merauke , serta infrastruktur pembuatan jalan yg menghubungkan kota kota di Papua.
Beroperasinya 6 rute Tol Laut Jokowi dari Tanjung Priok – Papua. Tanjung Priok – Natuna. Tanjung Perak – ke seluruh pelabuhan di NTT dan seluruh pelabuhan di Maluku serta seluruh pelabuhan di Papua dan Papua Barat sejak bulan November 2015 yang sekarang telah berkembang menjadi 13 rute.
Gagasan atau ide mengenai tol laut adalah salah satu upaya untuk mewujudkan Nawacita pertama yakni memperkuat jati diri sebagai negara maritim dan Nawacita ketiga, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Selain itu tol laut juga menjadi bentuk penegasan, bahwa negara hadir ke seluruh daerah Indonesia melalui kapal-kapal yang menyambangi di wilayah tersebut.
Inilah salah satu program Jokowi yang telah terbukti sukses. Dan hasilnya sangat luar biasa. Disparitas harga yang jauh antara kawasan barat dan timur berhasil diperkecil, harga berbagai kebutuhan pokok mengalami penurunan, termasuk semen yang seperti saya contohkan diatas hanya dalam tempo 3 tahun (2015-2017) sejak program Tol Laut tersebut diluncurkan hingga sekarang. Silahkan check ( disini )
Apakah dengan berjalannya tol laut tersebut, tugas pemerintah sudah selesai? BELUM, langkah pemerintah selanjutnya adalah meningkatkan perdagangan antara barat ke timur maupun timur ke barat sehingga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan lagi. Hal ini difokuskan terutama untuk Indonesia bagian Timur agar dapat mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi dibandingkan dengan saudaranya yang ada di bagian Barat Indonesia.
Dengan sedemikian pesatnya perubahan yang terjadi, akan sangat mengherankan bila ada saudara kita dari Indonesia Timur yang saat ini duduk di Komnas HAM masih saja menghujat pemerintah, mencaci maki Jokowi.
Tapi saya berusaha memakluminya, bisa saja Natalius Pigai sudah puluhan tahun tidak pulang kampung, sehingga tidak mengetahui seberapa pesat perkembangan di daerahnya. Bisa jadi dalam bayangannya penduduk Papua yang telah mengalami modernisasi itu masih tertinggal, jauh dari peradaban dan terisolasi seperti ketika dia tinggal di sana puluhan tahun yang lalu. Bisa jadi dia benar dan HANYA bisa terjadi kalau seandainya presiden Indonesia adalah Prabowo Subianto atau Anies Baswedan. Namun sayangnya Presiden yang sekarang adalah JOKOWI, ingat itu dan demikian juga untuk 7 tahun ke depan.
Untuk mengetahui tulisan saya mengenai pencapaian dan preatasi Jokowi, silahkan click tulisan dibawah
Kereta Cepat Jakarta-Bandung-Surabaya
Kedaulatan RI Atas Laut Natuna Utara.
Analisa Perbandingan Hasil Kerja SBY dan Jokowi.
Mari kita sebarkan agar masyarakat mengetahui segala prestasi dan keberhasilan beliau sebagai Presiden ke 7 Republik Indonesia. Dengan harapan masyarakat menjadi semakin cerdas dan tidak mudah terpengaruh serta termakan berita hoax dan fitnahan kaum koruptor, politisi busuk, pengusaha hitam dan bandit radikal.
SALAM 2 PERIODE