Ini cerita 20 tahun silam…
Sekitar tahun 1998, saya begitu mengidolakan klub Juventus dan Zinedine Zidane, pesepakbola asal Prancis yang saat itu merumput di klub Italia, Juventus.
Karena idola berat pulalah, saat Juventus kalah pada final dan perempatfinal UCL dari Real Madrid pun saya tidak begitu kecewa karena tahu pelatih Madrid adalah Zidane, mantan pemain Juventus.
Di tahun itu, liga Italia memang sedang moncer dan disiarkan secara live oleh salah satu stasiun televisi di Indonesia. Rasanya tidak sabar melihat Juventus berlaga diakhir pekan dan melihat Zidane bermain.
Meskipun saat itu saya masih numpang lihat TV tetangga, tetapi begitu antusias tatkala Juventus bermain. Sebenarnya ga enak juga nonton televisi tetangga, maklumlah liga Italia disiarkan langsung pada dini hari disaat sang empunya rumah tidur lelap. Kehadiran saya mungkin saja mengganggu, tetapi karena hasrat yang kuat ingin menyaksikan Juventus dan Zidane, rasa malu pun saya tahan.
Dan Alhamdulillah, setelah 20 tahun, sekarang akhirnya saya punya TV sendiri..He..he
Kembali ke Zidane, bisa dikatakan Zidane adalah pemain sepakbola yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Kecerdasan membaca permainan lawan, kelincahan drible bola, penguasaan bola yang nyaris sempurna dan tentu saja umpan-umpannya yang sangat akurat sungguh mengagumkan dan sulit ditandingi.
Kalau Zidane sudah gocek bola, sepertinya bola lengket dikakinya. Sulit sekali direbut lawan. Umpan juga bukan sekedar umpan, kadang bukan striker yang mencari bola, tetapi malah bola umpan dari Zidane yang mencari kaki dan kepala duet striker Del-Pippo (Alesandro del Piero-Filippo Inzaghi) untuk diceploskan ke gawang lawan.
Saking kagumnya, kamar tidur saya penuh dengan poster Juventus, Zinedine Zidane. Tak lupa saya membeli kaos jersey Juventus bersablonkan nama Zidane pada bagian punggung. Kebetulan nama saya juga agak sedikit nyerempet-nyerempet dengan nama Zidane.. he..he..cocokologi.
Tetapi sayang sekali dua puluh tahun berselang, kaos itu sudah hilang entah kemana seiring dengan kehidupan saya yang berpindah-pindah dari desa ke kota dan dari kota yang satu lepas kepada kota yang lain. Udah kayak manusia purba lah pokoknya, berpindah-pindah mencari makan, berburu dan meramu…
Poster apalagi, sudah lenyap dimakan rayap. Kamar saya dikampung pun juga sudah mengalami banyak perubahan sehingga jejak poster dan gambar-gambar Zidane sudah sirna tak berbekas sama sekali.
Kaos boleh saja hilang, poster boleh saja dimakan ngengat tetapi ada satu jejak yang ternyata masih tertinggal. Dan uniknya, jejak ini baru saya sadari akhir-akhir ini sehingga saya memandang perlu untuk menuliskannya. Ya, ternyata nama Zidane sempat saya abadikan menjadi tanda tangan yang saya pakai hingga saat ini.
Dan inilah tanda tangan saya tersebut. Sekarang dapatkah teman-teman menemukan nama Zinedine Zidane pada tanda tangan saya? he..he..
Bagaimana saya dapat melupakanmu, Zidane!
Selamat siang!