Di ujung jalan terlihat Ipda Darman, salah seorang petugas Ditlantas Polda Metro Jaya yang berjaga di sekitar Simpang Pancoran tersenyum simpul sembari bersyukur bahwa kemacetan horor Simpang Pancoran mulai terurai…
Seperti bernafas lega, polisi Darman mengungkapkan bahwa kini beban pengendara maupun polisi pengatur lalu lintas disana bisa dikatakan semakin berkurang…
Alhamdulillah semuanya sudah lebih lancar walaupun memang tersendat lagi di dekat Tegal Parang. Tapi kalau di perempatan ini para pengendara sudah enak,” ucap Darman.
Bertahun-tahun mimpi buruk kemacetan ini terabaikan, lewat keberanian seorang anak bangsa yang mempertaruhkan jabatanya, sekarang seluruh warga jakarta tinggal menikmati hasilnya. Maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan…!
Sebenarnya kisah berani Ahok membangun jalan layang pancoran ini berada pada daftar yang ke 175 dari serial 227 karya Ahok yang mencengangkan banyak orang. Namun karena sudah dibuka sejak senin kemarin, mumpung masih anget, saya memutuskan untuk membahasnya lebih awal bertepatan dengan 208 hari lagi pak Ahok bebas.
Bagi para pembaca yang penasaran apa saja karya pak Ahok dalam serial ini, silahkan baca tulisan saya disini :
https://www.Indovoices.com/umum/227-karya-ahok-yang-mencengangkan/
Cerita Ahok awal pembangunan jalan layang inilah yang membuat saya bangga dengan pak Ahok..
BERANI dan NEKAT adalah dua hal yang berbeda. BERANI adalah melakukan sesuatu yang beresiko dengan perhitungan yang matang. Sedangkan NEKAT adalah melakukan sesuatu yang beresiko tanpa memperhitungkan akibatnya. Lha kalau melakukan sesuatu yang tidak beresiko tanpa perhitungan yang matang? Itu namanya NGAWUR…
Sehingga berdasarkan kategori diatas, bisa saya simpulkan contoh pejabat yang BERANI adalah Ahok, sedangkan pejabat yang NEKAT adalah Anies dan pejabat yang NGAWUR adalah….isi sendiri ya!!!
Pembangunan flyover ini diawali dengan dua pilihan sulit yang disodorkan konsultan kepada Ahok…
Pilihannya adalah jika pak Ahok bangun jalan layang sekaligus, macetnya bisa bertambah 80%, bapak di maki-maki orang, dan tidak akan terpilih lagi menjadi gubernur. Atau pilihan kedua, Kalau bapak pilih satu-satu dulu, macetnya 30%, warga senang, dan bapak bisa terpilih kembali jadi gubernur.
Dan ternyata pilihan pertamalah yang dipilih Ahok. Ahok rela dimaki-maki warga dan tak terpilih kembali menjadi gubernur asalkan kanker kronis kemacetan simpang Pancoran segera dioperasi.
Makanya saya katakan, siapa pun yang terpilih menggantikan kami, dia keenakan tuh tinggal resmikan saja. Semuanya tinggal resmi, resmi, resmi. Tapi kita kan bukan masalah kepilih atau enggak kepilih, kita bicara mengatasi masalah atau tidak,” kata Ahok.
Patut dicontoh, meskipun dia gubernur tetapi tidak menganggap gubernur sebagai sebuah jabatan miliknya yang harus dipertahankan, melainkan rela kehilangan jabatannya itu dan taat hukum sampai dipenjara demi warga yang dicintainya…
Dan bukan saja warga Jakarta, wagub Sandiaga pun sampai bernazar ingin potong sapi jika flyover ini siap. Betapa mahalnya harga sebuah kemacetan bagi warga Jakarta..tetapi syukur bahwa pak Ahok sudah membayarnya lunas!
Terima kasih pak Ahok, kau sudah membuat mataku berkaca-kaca menuliskan ini. Dari buahnyalah sebuah pohon dikenal, dari karyamulah kami mengenalmu…
Selamat tinggal, macet Pancoran!!
Sumber :
https://www.google.co.id/amp/amp.kompas.com/megapolitan
https://www.google.co.id/amp/amp.kompas.com/megapolitan/read/2017/04/14/10375271/cerita.ahok.bangun.flyover