Terinspirasi dari teman-teman saya yang berpuasa dan mempersiapkan berbagai momen manis menyambut hari raya Idul Fitri: membuat berbagai macam kue kering, mempersiapkan segala sesuatu keperluan mudik dan berbagai persiapan lainnya tentunya. Terlintas dalam pikiran saya untuk menulis sebuah artikel ini, artikel yang menceritakan  tentang berbagai kue manis, yang cantik bentuknya dan enak rasanya, baik yang ada di Indonesia maupun Italia.
Seperti Indonesia yang memiliki berbagai macam kue traditional dari Sabang sampai Merauke, Italia juga memiliki kue-kue traditional yang khas dengan resep-resep sederhana dari  wilayah Utara sampai Selatan. Kalau membayangkan kue nastar yang lembut di mulut, kue kembang goyang yang renyah atau tape ketan yang berair manis, memang agak sulit ditemukan di sini, tapi kalau  bentuknya mirip dan resepnya tidak jauh berbeda saya pernah mencobanya.
Saya awali dengan kue kering  yang satu ini, yang pasti semua orang tahu. Di Indonesia kue putri salju biasanya menjadi sajian khas pada hari raya seperti Idul Fitri, Natal  dan tahun baru Imlek. Kue kering ini banyak digemari karena rasanya yang enak, bertabur gula halus yang rapuh saat digigit dan terasa dingin saat di mulut. Â
Di Italia kue ini juga ada namanya canestrelli, bentuknya  enam kelopak bunga sederhana dan  termasuk salah satu kue yang paling populer  di sini. Kue ini sudah ada sejak tahun 1820 di kota Genoa dan sampai sekarang kue ini selalu menghiasi meja-meja  keluarga-keluarga Italia untuk menemani sarapan pagi atau teman minum teh di sore hari.
Canestrelli.
Kue selanjutnya bernama cantuccini, ini kue kering khas dari wilayah Toscana. Kalau di Indonesia kue ini mirip  dengan kue kesukaan saya ketika tinggal di Bandung, roti kering bagelen namanya. Beda hanya sedikit, kalau kue bagelen diolesi krem manis , kalau cantuccini bercampur kacang almond yang masih  utuh. Di sini kue ini biasanya disajikan sebagai makanan penutup bersama wine khas Toscana (vin santo).
Cantuccini
Sepuluh tahun yang lalu ketika saya masih bekerja dan tinggal di Serang-Banten, setiap pulang mudik teman saya dari Kebumen selalu membawakan saya oleh-oleh kue jipang, kue berbahan dasar beras ketan dicampur dengan air gula. Kue Jipang ini hampir ada di seluruh kota-kota di Indonesia termasuk di kota Serang.
Ternyata kue yang mirip dengan kue jipang di Italia pun ada,  sang pembalap Valentino Rossi pasti tahu, karena kue yang bernama cicerchiata  berasal  dari kampung halamannya. Kue ini dikenal sebagai produk makanan pertanian traditional di daerah Abruzzo, Marche, Molise dan Umbria. Cicerchiata selalu ada saat pesta karnaval tahunan sekitar bulan februari-maret. Cara membuat kue ini mirip seperti kue Jipang hanya berbeda di bahan dasarnya saja, kalau cicerchiata menggunakan tepung terigu  dibalut campuran gula dan madu kalau jipang menggunakan beras ketan hitam atau ketan putih dibalut campuran gula dan kacang tanah.
Cicerchiata.
Saya menyebut kue ini kue akar kelapa, kue khas Betawi yang selalu  disajikan di saat special seperti Lebaran. Nama “akar kelapa” diambil dari bentuknya yang mirip dengan akar kelapa , tapi di Italia  kue ini bernama krumiri .  Kue ini diciptakan oleh Domenico Rossi, seorang pemilik toko kue di kota Casale Monferrato, Piemonte sekitar tahun 1878. Konon bentuk kue ini diambil dari bentuk kumis sang Raja yang bernama Vittorio Emanuele II dari Kerajaan Savoia. Sang Raja meninggal ditahun yang sama, ini yang menginspirasi pemilik toko kue sebagai  bentuk penghormatan  atas kematian rajanya. Jika penasaran bagaimana rasanya kue kumis sang raja, sempatkan mampir ke toko kue “Krumiri Rossi” yang masih berdiri kokoh di jalan Giovanni Lanza 17 kota Casale Monferrato.
Krumiri.
Kue yang satu ini baik di Indonesia maupun di Italia  benar-benar mirip, baik dari bentuk, rasa maupun resepnya. Bedanya kalau di Indonesia suka banyak orang tertipu, kaleng luarnya biskuit “Khong Guan” padahal isinya kue kembang goyang. Di Italia kue ini namanya  frittelle Altoatesine, berasal dari kota Trentino Alto Adige kemudian menyebar ke kota-kota lainnya di Italia. Sama-sama mendapat julukan kue kampung, meskipun berbeda-beda bentuk namun hampir sama rasanya, selalu hadir saat musim Karnaval tahunan di seluruh kota-kota Italia.
Frittelle Altoatesine
Waktu saya kecil kue ini masih ada, berbentuk angka delapan berbalut gula putih dan paling enak dinikmati dengan secangkir teh hangat. Kue krakeling namanya tapi saya selalu menyebutnya kue angka delapan, kue traditional dari Sumatera Utara yang menggunakan tepung ketan sebagai bahan dasarnya.
Di Italia, kue ini bernama taralli manis, kue traditional dari Puglia dan di beberapa daerah di wilayah Campania. Kue taralli manis terbuat dari tepung terigu, telur , minyak dan  air. Memiliki bentuk seperti donat kecil, lembut, harum dan ditutupi dengan glasir ( campuran gula putih dan air). Kue ini biasanya disajikan pada hari Paskah sebagai makanan penutup  atau saat sarapan pagi.
Taralli manis.
Kue-kue manis yang saya ceritakan tadi, baik di Indonesia maupun Italia selalu hadir di momen-momen special. Mereka tersusun rapi di toples-toples cantik atau di kaleng-kaleng yang beraneka bentuk dan warna, menjadi sarana silaturahmi antar anggota keluarga, kerabat dan teman. Berkumpul untuk mengukir berbagai cerita suka dan duka, memahat pengalaman manis dan indah yang akan tersimpan di dalam hati. Peristiwa yang akan terus berulang, dirayakan dan dilakukan oleh siapapun  sebagai bentuk refleksi diri supaya kita semua menjadi lebih baik kedepannya. Arrivederci..
Melalui artikel ini, kepada teman-teman dan para pembaca yang merayakan dimanapun berada, saya  turut mengucapkan :
“Minal Aa’idin Wal Faa’iziin”
Mohon Maaf Lahir Dan Bathin.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H (2018)
Sumber :
https://www.dissapore.com/grande-notizia/mappa-dei-dolci-regionali-italiani/