• Beranda
  • Tentang IndoVoices
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Advertising
  • Hubungi Kami
Wednesday, 17 August 2022
  • Login
  • Register
Indovoices
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
        • Humor
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
    • Sex Education
No Result
View All Result
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
        • Humor
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
    • Sex Education
No Result
View All Result
Indovoices
No Result
View All Result
Home Umum

Mengenal Merapi Lebih Dekat: Merapi Dulu dan Kini

PresidenRibyPresidenRi
September 3, 2018
inTraveling, Umum
Reading Time: 3 mins read
20 0
AA
0
Mengenal Merapi Lebih Dekat: Merapi Dulu dan Kini
51
SHARES
203
VIEWS
Mengenal Merapi Lebih Dekat: Merapi Dulu dan Kini

Sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, saat ini Gunung Merapi sedang mengalami aktivitas yang berada di atas kondisi normalnya. Pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa saat ini kubah lava Gunung Merapi sedang mengalami pertumbuhan, walau masih terhitung rendah. Volume kubah lava pertanggal 25 Agustus 2018 lalu, teramati sebesar 32.000 meter kubik (m3) dengan laju pertumbuhan rata-rata 6.000 m3 setiap harinya.

Pada Sabtu (18/8) lalu tim BPPTKG melakukan pengecekan langsung ke puncak dan dipastikan bahwa terdapat kubah lava baru dengan dimensi panjang sekitar 55 dan lebar sekitar 25 m tinggi sekitar 5 m dari permukaan kubah 2010. Kemunculan kubah lava ini menandakan bahwa fase erupsi magmatik Gunung Merapi telah dimulai dengan erupsi yang cenderung bersifat efusif.

Kini, Merapi sedang berada pada status Waspada. BPPTKG merilis letusan terakhir Merapi terjadi pada 1 Juni 2018 lalu. Di mana tinggi kolom abu teramati mencapai 1 kilometer di atas puncak. Selanjutnya terjadi beberapa kali peningkatan kegempaan pada 18 Juli dan 29 Juli 2018, kemudian terjadi guguran sedang pada 1 Agustus 2018, serta gempa hembusan besar pada 11 Agustus 2018.

“Merapi tak pernah ingkar janji” itulah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan gunung yang ada di perbatasan DIY-Jateng tersebut. Karena Merapi merupakan gunung dengan karakter dan tipe yang jelas dalam setiap letusannya. Periode letusannya juga bisa ditebak antara 2,5 sampai 4 tahun sekali. Tahapan letusannya pun juga jelas. Namun, letusan Merapi di tahun 2010 seakan menjadi momentum perubahan. Inilah yang kemudian dirangkum dalam sebuah film dokumenter “Mahaguru Merapi” yang digagas BPPTKG dan dirilis tahun 2014 silam.

Erupsi Merapi 2010

Tahun 2010, Merapi meletus hebat. Penyelidik bumi senior BPPTKG, Subandriyo, mengatakan bahwa gejala meletusnya Gunung Merapi telah muncul pada tahun 2009, ditandai dengan terjadinya gempa vulkanik. “Tahun 2009 mulai ada gejala yang mengarah ke sana. Terjadi gempa vulkanik terasa. Dan itu berulang. Memasuki 2010 awal, makin nyata kejadian itu, gempanya semakin banyak,” terangnya dalam acara Temu Netizen ke-10 “Mahaguru Merapi” di Yogyakarta (24/8).

Selain itu, terjadi pula perubahan deformasi pada tubuh Gunung Merapi. “Deformasinya, tubuh gunungapi itu mulai mengembang. Bulan Maret (status Gunung Merapi) dinaikkan menjadi Waspada, kemudian terus berkembang terus, makin mengembang. Tanggal 20 Oktober waktu itu aktivitas gempanya sudah sangat tinggi, mencapai ratusan kali sehari, pengembangannya sudah mencapai 10 cm perhari. Tetapi di permukaan belum terlihat tandanya,” ujar Subandriyo.

Status Awas ditetapkan pada 25 Oktober 2010. Erupsi pun dimulai 26 Oktober 2010, dan diikuti letusan-letusan yang lebih eksplosif. Pada 3 November 2010, awan panas mulai muncul. Sehari setelahnya, gempa tremor overscale terjadi terus menerus, serta terjadi peningkatan massa SO2 di udara mencapai lebih dari 100 kiloton.

Puncaknya pada 5 November 2010, kubah lava runtuh dan mengakibatkan awan panas mencapai 15 kilometer dari puncak gunung, meluncur ke arah Kali Gendol. Ketika itu, radius aman ditetapkan sejauh 20 kilometer dari puncak gunung, karena erupsi terus menerus dan peningkatan jumlah SO2 di udara. Sehari kemudian, gempa tremor masih berlangsung, massa SO2 mencapai puncaknya, yakni 250-300 kiloton.

c-Merapi%20Subandriyo2.jpg

Setelah letusan besar itu, kondisi Gunung Merapi berangsur pulih. BPPTKG mencatat penurunan aktivitas dan intensitas erupsi pada 13 November 2010. Radius bahaya pun dikurangi, terutama di Klaten dan Boyolali (10 km), Magelang (15 km), namun radius bahaya di Kabupaten Sleman tetap 20 km.

Pasca erupsi tahun 2010, terbentuk kawah yang membuka ke arah tenggara/selatan membawa implikasi pada ancaman erupsi ke depan akan lebih dominan ke arah selatan. BPPTKG pun menyatakan bahwa sektor selatan Merapi merupakan wilayah dengan indeks risiko tertinggi.

c-Merapi%20Subandriyo1.jpg

Gunung Merapi diperkirakan telah meletus sejak 3.000 tahun yang lalu. Terhitung pada periode 3.000 hingga 250 tahun yang lalu, Gunung Merapi telah meletus sebanyak 33 kali, di mana tujuh letusan di antaranya adalah letusan besar. BPPTKG mencatat, memasuki periode Merapi modern, telah terjadi beberapa kali letusan besar yaitu abad ke-19, pada tahun 1822, 1849, dan 1872, serta pada abad ke-20 yaitu tahun 1930-1931.

Berkembang pesatnya media digital terlebih media sosial telah memudahkan sosialisasi dan upaya mitigasi yang dilakukan dalam memantau aktivitas Merapi secara real-time, khususnya melalui akun twitter @bpptkg, juga aplikasi MAGMA Indonesia. BPPTKG sendiri merupakan bagian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM. Teknologi dan berbagai penelitian yang dilakukan oleh PVMBG telah berhasil memantau aktifitas gunungapi sehingga kerugian jiwa dan harta dapat diminimalisir. Bahkan, Lembaga International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth’s Interior (IAVCEI) memberikan penghargaan mitigasi resiko bencana gunungapi terbaik di dunia kepada PVMBG atas kinerja dalam Pemantauan dan Manajemen Krisis Gunungapi. Penghargaan ini akan diberikan bertepatan dengan penyelenggaraan Cities on Volcanoes yang akan berlangsung pada tanggal 2-7 September 2018, di Napoli, Italia.

Penulis: Dyah Kusuma Dewi

Mengenal Merapi Lebih Dekat: Merapi Dulu dan Kini

Sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, saat ini Gunung Merapi sedang mengalami aktivitas yang berada di atas kondisi normalnya. Pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa saat ini kubah lava Gunung Merapi sedang mengalami pertumbuhan, walau masih terhitung rendah. Volume kubah lava pertanggal 25 Agustus 2018 lalu, teramati sebesar 32.000 meter kubik (m3) dengan laju pertumbuhan rata-rata 6.000 m3 setiap harinya.

Pada Sabtu (18/8) lalu tim BPPTKG melakukan pengecekan langsung ke puncak dan dipastikan bahwa terdapat kubah lava baru dengan dimensi panjang sekitar 55 dan lebar sekitar 25 m tinggi sekitar 5 m dari permukaan kubah 2010. Kemunculan kubah lava ini menandakan bahwa fase erupsi magmatik Gunung Merapi telah dimulai dengan erupsi yang cenderung bersifat efusif.

Kini, Merapi sedang berada pada status Waspada. BPPTKG merilis letusan terakhir Merapi terjadi pada 1 Juni 2018 lalu. Di mana tinggi kolom abu teramati mencapai 1 kilometer di atas puncak. Selanjutnya terjadi beberapa kali peningkatan kegempaan pada 18 Juli dan 29 Juli 2018, kemudian terjadi guguran sedang pada 1 Agustus 2018, serta gempa hembusan besar pada 11 Agustus 2018.

“Merapi tak pernah ingkar janji” itulah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan gunung yang ada di perbatasan DIY-Jateng tersebut. Karena Merapi merupakan gunung dengan karakter dan tipe yang jelas dalam setiap letusannya. Periode letusannya juga bisa ditebak antara 2,5 sampai 4 tahun sekali. Tahapan letusannya pun juga jelas. Namun, letusan Merapi di tahun 2010 seakan menjadi momentum perubahan. Inilah yang kemudian dirangkum dalam sebuah film dokumenter “Mahaguru Merapi” yang digagas BPPTKG dan dirilis tahun 2014 silam.

Erupsi Merapi 2010

Tahun 2010, Merapi meletus hebat. Penyelidik bumi senior BPPTKG, Subandriyo, mengatakan bahwa gejala meletusnya Gunung Merapi telah muncul pada tahun 2009, ditandai dengan terjadinya gempa vulkanik. “Tahun 2009 mulai ada gejala yang mengarah ke sana. Terjadi gempa vulkanik terasa. Dan itu berulang. Memasuki 2010 awal, makin nyata kejadian itu, gempanya semakin banyak,” terangnya dalam acara Temu Netizen ke-10 “Mahaguru Merapi” di Yogyakarta (24/8).

Selain itu, terjadi pula perubahan deformasi pada tubuh Gunung Merapi. “Deformasinya, tubuh gunungapi itu mulai mengembang. Bulan Maret (status Gunung Merapi) dinaikkan menjadi Waspada, kemudian terus berkembang terus, makin mengembang. Tanggal 20 Oktober waktu itu aktivitas gempanya sudah sangat tinggi, mencapai ratusan kali sehari, pengembangannya sudah mencapai 10 cm perhari. Tetapi di permukaan belum terlihat tandanya,” ujar Subandriyo.

Status Awas ditetapkan pada 25 Oktober 2010. Erupsi pun dimulai 26 Oktober 2010, dan diikuti letusan-letusan yang lebih eksplosif. Pada 3 November 2010, awan panas mulai muncul. Sehari setelahnya, gempa tremor overscale terjadi terus menerus, serta terjadi peningkatan massa SO2 di udara mencapai lebih dari 100 kiloton.

Puncaknya pada 5 November 2010, kubah lava runtuh dan mengakibatkan awan panas mencapai 15 kilometer dari puncak gunung, meluncur ke arah Kali Gendol. Ketika itu, radius aman ditetapkan sejauh 20 kilometer dari puncak gunung, karena erupsi terus menerus dan peningkatan jumlah SO2 di udara. Sehari kemudian, gempa tremor masih berlangsung, massa SO2 mencapai puncaknya, yakni 250-300 kiloton.

c-Merapi%20Subandriyo2.jpg

Setelah letusan besar itu, kondisi Gunung Merapi berangsur pulih. BPPTKG mencatat penurunan aktivitas dan intensitas erupsi pada 13 November 2010. Radius bahaya pun dikurangi, terutama di Klaten dan Boyolali (10 km), Magelang (15 km), namun radius bahaya di Kabupaten Sleman tetap 20 km.

Pasca erupsi tahun 2010, terbentuk kawah yang membuka ke arah tenggara/selatan membawa implikasi pada ancaman erupsi ke depan akan lebih dominan ke arah selatan. BPPTKG pun menyatakan bahwa sektor selatan Merapi merupakan wilayah dengan indeks risiko tertinggi.

c-Merapi%20Subandriyo1.jpg

Gunung Merapi diperkirakan telah meletus sejak 3.000 tahun yang lalu. Terhitung pada periode 3.000 hingga 250 tahun yang lalu, Gunung Merapi telah meletus sebanyak 33 kali, di mana tujuh letusan di antaranya adalah letusan besar. BPPTKG mencatat, memasuki periode Merapi modern, telah terjadi beberapa kali letusan besar yaitu abad ke-19, pada tahun 1822, 1849, dan 1872, serta pada abad ke-20 yaitu tahun 1930-1931.

Berkembang pesatnya media digital terlebih media sosial telah memudahkan sosialisasi dan upaya mitigasi yang dilakukan dalam memantau aktivitas Merapi secara real-time, khususnya melalui akun twitter @bpptkg, juga aplikasi MAGMA Indonesia. BPPTKG sendiri merupakan bagian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM. Teknologi dan berbagai penelitian yang dilakukan oleh PVMBG telah berhasil memantau aktifitas gunungapi sehingga kerugian jiwa dan harta dapat diminimalisir. Bahkan, Lembaga International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth’s Interior (IAVCEI) memberikan penghargaan mitigasi resiko bencana gunungapi terbaik di dunia kepada PVMBG atas kinerja dalam Pemantauan dan Manajemen Krisis Gunungapi. Penghargaan ini akan diberikan bertepatan dengan penyelenggaraan Cities on Volcanoes yang akan berlangsung pada tanggal 2-7 September 2018, di Napoli, Italia.

Penulis: Dyah Kusuma Dewi

Previous Post

Serahkan Bonus Asian Games 2018, Presiden Jokowi: Indonesia Bangga Atas Prestasi Saudara

Next Post

Sukses Gelar Asian Games 2018, Presiden Jokowi: Terima Kasih Kepada Seluruh Rakyat Indonesia

PresidenRi

PresidenRi

Next Post
Sukses Gelar Asian Games 2018, Presiden Jokowi: Terima Kasih Kepada Seluruh Rakyat Indonesia

Sukses Gelar Asian Games 2018, Presiden Jokowi: Terima Kasih Kepada Seluruh Rakyat Indonesia

Bermalam di Lokasi Pengungsian, Presiden Jokowi Hibur Anak-Anak Terdampak Gempa Lombok

Bermalam di Lokasi Pengungsian, Presiden Jokowi Hibur Anak-Anak Terdampak Gempa Lombok

Leave a ReplyCancel reply

Indovoices Apps

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Indovoices.com melalui email

Join 1,249 other subscribers

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Riwayat Singkat Empu Supo (Raden Joko Supo)

Riwayat Singkat Empu Supo (Raden Joko Supo)

September 5, 2018
Bunga Lotus Dalam Kehidupan: MAKNA BUNGA LOTUS UNGU

Bunga Lotus Dalam Kehidupan: MAKNA BUNGA LOTUS UNGU

May 29, 2018
Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

October 23, 2017
Telepon Anies Bebas Dari Hukum, Warga Ramai Minta Nomor Anies

Telepon Anies Bebas Dari Hukum, Warga Ramai Minta Nomor Anies

April 3, 2018
Mengenal Italia Lebih Dekat: Sekilas Tentang Pendidikan Di Italia

Mengenal Italia Lebih Dekat: Sekilas Tentang Pendidikan Di Italia

July 10, 2018
7 PILAR UTAMA DALAM RUMAH TANGGA

7 PILAR UTAMA DALAM RUMAH TANGGA

May 22, 2018
Mengenal Italia Lebih Dekat: Italia Dan Sejarah Yang Mengikutinya

Mengenal Italia Lebih Dekat: Italia Dan Sejarah Yang Mengikutinya

August 9, 2018
Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia”, bukan “Aku Pribumi”

7
Rapat BPN

Warga Jatikarya Mempertanyakan Hasil Rapat BPN Yang Tidak Melibatkan Subyek Perkara

July 16, 2022
Membongkar Gurita Cikeas Di Tubuh Garuda

Membongkar Gurita Cikeas Di Tubuh Garuda

June 30, 2022
Pengadilan Harus Tegas, Jangan Biarkan Pelanggaran HAM

Pengadilan Harus Tegas, Jangan Biarkan Pelanggaran HAM

June 9, 2022
Mafia Tanah Oknum ATR/BPN Sendiri, Kejagung Wajib Usut Tuntas

Mafia Tanah Oknum ATR/BPN Sendiri, Kejagung Wajib Usut Tuntas

May 31, 2022
Gagal Bertemu Menteri Sofyan Djalil, Warga Jatikarya Rela Tiap Hari Mendatangi BPN Pusat

Gagal Bertemu Menteri Sofyan Djalil, Warga Jatikarya Rela Tiap Hari Mendatangi BPN Pusat

March 22, 2022

Eksistensi Surat Pengantar Dalam PerMA No 2 Tahun 2021 Dan PerMen ATR BPN No 19 Tahun 2021

March 15, 2022
Jangan Biarkan Jokowi Bekerja Sendirian Mempresentasikan IKN Nusantara

Jangan Biarkan Jokowi Bekerja Sendirian Mempresentasikan IKN Nusantara

March 15, 2022

Tentang

IndoVoices adalah sebuah media opini yang memberi ruang kepada para penulis untuk menuangkan ide dan pemikiran, cerita dan pengalaman secara lebih mendalam dan sistematis.

Menjadi Penulis

Indovoices.com membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor. Indovoices memberikan kontribusi sebesar Rp 3/view.

Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email [email protected]

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi halaman berikut ini.

Kanal

  • 100HariAniesSandi
  • Analisis
  • Anti Hoax
  • Budaya
  • Cerpen
  • Editorial
  • Ekonomi
  • English
  • Enterpeneurship
  • Entertainment
  • Event
  • Fiksi
  • Finansial
  • Hukum
  • Humor
  • Inovasi & Teknologi
  • Internasional
  • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
  • Kebangsaan
  • Kesehatan
  • Kriminal
  • Kuliner
  • Laporan
  • Life & Love
  • Lifestyle
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
  • Marketing
  • Olahraga
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Photography/Infografis
  • Pilkada 2018
  • Politik
  • Puisi
  • Redaksi
  • Sastra
  • Sejarah
  • Startup
  • Sumpah Pemuda
  • Traveling
  • UKM
  • Umum
  • Video
  • Beranda
  • Tentang IndoVoices
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Advertising
  • Hubungi Kami

© 2018 Indovoices.com

No Result
View All Result
  • Redaksi
    • Editorial
    • Analisis
    • Liputan Khusus
    • Event
      • Sumpah Pemuda
      • 100HariAniesSandi
  • Umum
  • Internasional
  • Politik
    • Kaleidoskop Pemerintahan Jokowi
    • Pilkada 2018
  • Ekonomi
  • Hukum
    • Kriminal
    • Laporan
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Anti Hoax
  • Lifestyle
    • Entertainment
      • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
    • Kesehatan
    • Life & Love
    • Traveling
    • Sex Education
  • Login
  • Sign Up
  • Cart

© 2018 Indovoices.com

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?