Apa yang sedang berlaku di Tanah Air ini ya Allah? Ada seorang Ulama berceramah di dalam seuah mesjid dan isi ceramahnya begitu sarat dengan fitnah. Ya, adalah Ustad Maaher At-Thuwailibi yang sedang berceramah di mesjid Al Ikhwan, Bukit Cengkeh Depok. Dalam ceramahnya dia berkata (saya gunakan huruf besar untuk kalimat fitnah yang dia katakan, ya!) :
“Indonesia ini, pemerintah ini sebenarnya, MONYET-MONYET BERSERAGAM COKLAT itu, itu bukan anti sama ISIS. ISIS itu kambing hitam. MEREKA ANTI KEPADA ISLAM. ISIS itu kambing hitam saja. Hizbut Tahrir dibubarkan lewat Perppu nomor dua, itu kambing hitam. PANCINGAN, NANTI KALAU SUDAH BERHASIL KAYAK HTI, NANTI AKAN DIBUBARKAN ORMAS-ORMAS LAIN. BISA JADI TARBIYAH, GITU KAN? …. LDKI PECAHAN-PECAHAN PK DULU, PARTAI KEADILAN. BISA SAJA KELOMPOK-KELOMPOK KITA TARBIYAH, GERAKAN-GERAKAN HASMI MISALNYA, TAKTIB-TAKTIB SIRI, INI DIBUBARKAN JUGA OLEH MEREKA. KARENA NEGARA INI, NEGARA TOGGUT. NEGARA INI TEGAK DIATAS SISTEM KUFUR”, ya kurang lebih seperti itu kalimat yang dia ucapkan di mesjid di Depok yang kemudian menjadi viral.
Anehnya, sewaktu saya mencari berita rujukan, yang keluar malah banyak berita lain dari celoteh-celotehan Maheer At Thuwailidi ini yang rata-rata menjurus ke arah fitnah dan kegaduhan.
Apakah dia termasuk orang yang tidak mampu mengidentifikasi antara tuduhan, fitnah, dan fakta? Lihat saja isi pidatonya dia yang saya kutip dari youtube. Pertama, dia menghujat dengan menyetarakan manusia degan monyet. Apakah di dalam ajaran Islam kita dibenarkan untuk menghujat? Apakah hatinya begitu terisi oleh kemarahan sampai Ustad ini tidak mampu mengatakan manusia didepan jemaahnya? Bukankah marah itu mainannya setan?
Kedua, dia menfitnah dengan mengatakan “Mereka Anti kepada islam”. Seandainya kalimat dia ditambahkan dengan kata “Radikal” atau kata “ekstrim”, mungkin kalimat tersebut tidak akan menjadi fitnah, karena saya yakin semua umat Islam yang benar, pasti akan anti pada ajaran Islam yang keras, yang perkataannya selalu mengandung unsur penuduhan, mengkafirkan orang lain yang tidak sepikiran, dan ajaran agamanya keras yang membuat lingkungan sekitar jadi tidak nyaman. Tapi, kalimat si ustad berhenti hanya sampai kata “Islam”. Apa mungkin pemerintah yang mayoritas beragama Islam kemudian dipandang anti Islam karena berusaha untuk menertibkan dan menjaga keamanan?
Ketiga, Selain fitnah yang lontarkan, si ustad juga berbohong dan bersu’udzon. dengan mengatakan bahwa ISIS hanya kambing hitam yang menjadi pancingan untuk membubarkan kelompok Islam lain seperti Tarbiyah dan lain-lain.
Keempat, si ustad juga menghasut dengan mengatakan bahwa negara ini negara toggut yang ditegakkan diatas sistem kufur.
Kalau saya boleh menyarankan pada ustad Maheer At Thuwailibi, daripada tinggal di Indonesia hanya mengumpulkan dosa, lebih baik ente pindah ke negara yang cocok dengan pemikiran ente.
Siapa Ustad Maheer At Thuwailibi ini?
Entahlah. berulang kali saya mencari di mesinpencari dengan kata kunci “Biografi Ustad Maheer At-Thuwailibi”, tidak ada satu link-pun yang muncul. Malah berita tentang fitnah-fitnah dan provokasi yang pernah dilakukan oleh si Ustad cukup mewarnai layar komputer. Lalu ada satu link yang melansir bahwa si Ustad ini tokoh ANNAS Indonesia atau Aliansi Nasional Anti Syi’ah Indonesia.
Jujur saya heran, kenapa Syi’ah begitu dimusuhi oleh si ustad ini? Bahkan saya menemukan satu status di facebook milik pengikut si Ustad yang menuliskan, “Hapuskan Syi’ah dari bumi Indonesia. Jika Jokowi tidak bertindak maka mujahidin Indonesia akan bertindak”. Wow! Apa yang ada dalam pikiran mereka tentang penganut Syi’ah ini? Apa mereka mendorong Jokowi untuk bersikap seperti pemimpin di Myanmar yang sedang “menghapus” Rohingya dari bumi Myanmar? Syi’ah itu aliran yang diyakini oleh manusia. Kalau tuntutannya menghapus syi’ah dari bumi Indonesia, mintalah pada para kyai, ulama dan ustad untuk meluruskan mereka. Kenapa harus menuntut Jokowi?
menulis satu kata “Menghapus” itu gampang, kalau kita menghapus tulisan diatas kertas yang menggunakan pensil. Tapi kalau nulisnya pake ballpoint? Apalagi pake spidol, meghapusnya bagaimana? Minimal pake tip-ex bukan? Silahkan saja dibayangkan, kalau kita mencatat semua nama umat Syi’ah diatas selembar kertas dan nama-nama itu dihapus paka tip-ex, maka kertas itu akan banyak garis putih yang kalau dipakai menulis lagi jadi tidak elok. Apa kita mau nama kita ditulis diatas nama yang sudah kita hapus dari bumi Indonesia?
Kembali ke jati diri si Ustad Maheer At Thuwailibi ini. Ah, dia ternyata masih sangat muda. Memang jago mengaji tapi mengkaji Al-Quran? Interprestasinya kemana-kemana. Saya tidak yakin, Ustad ini memiliki satu visionyang panjang dan dalam.
Kuat perkiraan saya bahwa aliran Islam yang dianut oleh si ustad tidak sama dengan aliran Islam yang saya anut. Bahkan saya bertanya, dengan segala ujaran-ujrana dia, agama dia itu sebenarnya agama apa?