Adalah hal yang aneh dan janggal apa yang dilakukan oleh Anies Baswedan, Gubernur Jakarta, saat memikirkan strategi mencegah banjir di Jakarta. Anies yang sepertinya tidak paham dan kebingungan mengatasi banjir Jakarta malah mendatangi Kota Bogor untuk melihat bendungan Katulampa. Keanehan tersebut terjadi karena Kota Bogor statusnya tidak beda dengan Jakarta.
Mengapa saya katakan sama? Karena Kota Bogor hanyalah jalur air, bukan hulu utamanya. Kalau memang mau memperbaiki hulu dengan kondisi hulu yang masih bisa diperbaiki dan dimaksimalkan adalah Kabupaten Bogor. Hal ini ditekankan juga oleh Ketua Fraksi Partai Nasdem, Bestari Barus, yang menyebutkan kekeliruan tersebut.
“Menurut saya gubernur salah alamat. Harusnya dia berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bogor bukan Bogor kota. Sebab Kota Bogor hanya lintasan Ciliwung-Cisadane saja,” kata Bestari.
“Rp 10 miliar seberapa besar untuk retensi ? Lahannya di mana ? Enggak mengerti saya,” imbuh Barus.
Apa yang dilakukan Anies juga seperti langkah tanpa koordinasi dengan pemerintahan provinsi. Kesannya seperti melangkahi dan kerjasamanya juga tanggung karena hanya menjangkau Kota Bogor. Kalau semangatnya ingin melakukan apa saja untuk cegah banjir, maka hal pertama yang harus dilakukan Anies adalah berhenti melakukan kekeliruan.
Sejak awal masalah utama banjir kembali ramai pada saat kepemimpinannya adalah karena lambatnya Anies-Sandi melanjutkan normalisasi. Kalaupun mau lakukan naturalisasi, kata yang bisa lebih diterima, tetap saja lambat eksekusi dan progresnya. Akhirnya semua jadi seperti saat ini. Banjir tumpah ruah. Peringatan saat bulan November tidak dijadikan pelajaran oleh Anies.
Jadi apakah Anies akan berhasil mengatasi banjir?? Saya sangat meragukannya.
Salam Banjir.