Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam peringatan 50 tahun Pondok Pesantren Daar El-Qolam di Pasir Gintung, Jayanti, Tangerang, Sabtu (20/1/2018), mengisyaratkan sebuah sinyal kepada kaum 212 untuk kembali merapat kepadanya. Sinyal ini sepertinya sengaja disampaikan oleh SBY terkait pecah atau retaknya relasi alumni 212 dan Prabowo.
Seperti diketahui, beberapa saat yang lalu, alumni 212 menyatakan kekecewaannya terhadap 3 partai yang mereka bela di Pilkada Jakarta. Kekecewaan mereka karena calon yang disodorkan ditolak oleh partai Gerindra, PKS, dan PAN. Yang paling menghebohkan tentu saja tidak jadinya La Nyalla menjadi cagub di Jatim.
Tidak mau tinggal diam, tiba-tiba muncul organisasi baru dengan nama Garda 212. Entah ada hubungannya atau tidak dengan konflik antara Prabowo dan La Nyalla, tetapi yang jelas Ketua Garda 212 Ustaz Ansufri Idrus Sambo guru ngaji Prabowo cukup menjadi alasan menyebut Garda 212 berpihak kepada Prabowo.
Perpecahan alumni 212 dengan Prabowo dan munculnya organisasi baru Garda 212 membuat nama 212 kini menjadi semakin redup. Perpecahan sebenarnya sudah terjadi saat alumni 212 yang dulu masih dipimpin Sambo membela Hary Tanoe. Kini, perpecahan semakin parah gara-gara kasus La Nyalla dan Prabowo.
Meski redup, ternyata nama 212 atau bisa dikatakan kaum radikal dan kaum politisasi agama ini masih laku. SBY yang pernah dikhianati oleh kaum 212 ini seperti tidak kapok dan memberikan sinyal kepada mereka untuk kembali bergabung. Ya, SBY dikhianati oleh kaum 212 yang merapat ke Anies Baswedan.
SBY yang paling pertama mendukung gerakan mereka dengan istilah yang terkenal lebaran kuda, memang harus menerima pil pahit ditinggalkan oleh kaum 212. Dampaknya memang signifikan dengan perolehan suara AHY yang merosot dibawah 20 persen.
SBY sendiri memberi sinyal kepada kaum 212 ini dengan membuat pernyataan yang menjadi kata sandi untuk dapat dukungan atau kalimat yang menunjukkan kesamaan ideologi. Ya, SBY dalam pernyataannya menyebut kata sandi “Kriminalisasi Ulama”.
“Negara, pemerintah, penegak hukum jangan sedikit-sedikit mudah mengkriminalkan, memanggil, seolah-olah (ceramah) itu dianggap kejahatan. Saya yakin masih bisa tidak seperti itu, masih bisa menjalin hubungan baik,” kata SBY dalam sambutannya pada peringatan 50 tahun Pondok Pesantren Daar El-Qolam di Pasir Gintung, Jayanti, Tangerang, Sabtu (20/1/2018).
“Menurut saya para pendakwah, para ulama. Siapa pun yang sampaikan (ceramah) kepada umat tahu batasnya. Selama itu tidak melanggar konstitusi dan UUD, konstitusi itu ada human rights. Maka tidak boleh terlalu cepat (ceramah) itu dianggap melanggar hukum. Tapi para ulama juga tahu batasnya, itu namanya you not cross the line,” imbuhnya.
SBY sepertinya tidak kapok. Dan kali ini sepertinya ingin sekali lagi merangkul dan memakai jasa kaum 212 dan penganut tagline “kriminalisasi ulama”. Padahal kalau mau dibandingkan, mereka yang dikriminalisasi ini belumlah pantas disebut ulama. Tetapi karena sudah merasa pantas dan layak mereka begitu percaya dirinya disebut ulama.
Akankah kali ini SBY bisa merangkul erat kaum 212 ini atau kembali dikhianati?? Kita tunggu tanggal mainnya. Tetapi saat ini jelas, SBY harus bermain karena menjelang Pilpres, jalan anaknya untuk maju dalam Pilpres harus mulai dibuka. Targetnya jelas untuk melambungkan peluang anaknya di Pilpres 2024.
Mungkinkah ada jalan bagi AHY untuk jadi peserta di Pilpres 2019?? Ada dan menurut saya sangat besar.
Salam 212.