Saya sangat setuju dengan pernyataan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan yang menyatakan, bahwa kata-kata itu sangat berbahaya jika tidak dikendalikan dengan baik, karena dengan kata-kata maka kita akan bisa memecah belah Jakarta. Dan karena kata-kata yang tidak hati-hati juga, Jakarta bahkan se-Indonesia berhasil dipecah belah oleh Gubernur Anies.
Gubernur Anies memang paham betul cara mempermainkan emosi dan memecah belah sebuah komunitas, daerah, dan bahkan negara. Bukan apa-apa, Gubernur Anies pernah berhasil melakukannya saat merebut posisi Rektor Universitas Paramadina, sempat gagal ilmu retorikanya dalam konvensi Partai Demokrat, kini Anies kembali berhasil merebut Jakarta.
Kata-kata memang berbahaya, karena berbahayanya itulah maka tidak boleh asal berbicara. Nah, karena Gubernur Anies ini adalah seorang pakar kata-kata, maka tidak ada salahnya kita juga mengingatkan apa yang menjadi kata-katanya. Setidaknya pesan yang disampaikan dalam setiap kampanyenya.
Nah, karena Jakarta lagi hujan, bisa dikatakan setiap hari hujan deras di beberapa daerah tadah hujan, maka kita akan menyinggung bagaimana penanganan banjirnya. Yang unik ternyata, cara Gubernur Anies mengatasi banjir tidak sama seperti dia waktu berkampanye di Pilkada lalu.
Kalau Gubernur Anies saat kampanye tampil heroik dengan terjun langsung ke lokasi banjir dan dengan sangat empatinya kepada para warga korban banjir, kini Gubernur Anies malah berlindung di dalam gedung dan hanya memantau dari kejauhan menggunakan CCTV. Anies terlihat santai memantau tanpa perlu lagi kehujanan seperti saat berkampanye.
Untuk menyegarkan bagaimana saat itu Gubernur Anies berkampanye hujan-hujanan, ini saya tampilkan lagi fotonya.. Berikut ada yang komen ini katanya pemimpin yang peduli rakyat.. Mohon tahan nafas kalau ada yang eneg jadinya..
Memang sih kalau mau dikatakan kalau seorang Gubernur tidak harus terjun ke lapangan untuk memantau banjir, tetapi bukankah Gubernur Anies adalah seorang yang selalu menekankan pendekatan kepada masyarakat?? Lalu mengapa sekarang cuman memantaunya dari kejauhan?? Gubernur Anies harusnya menjadi orang pertama untuk mengecek karena ini adalah masalah kemanusiaan.
Sayangnya, sekarang yang ada malah Gubernur Anies yang jauh dan sangat jauh dari posisi banjir. Gubernur Anies bahkan tanpa beban menyebutkan bahwa sudah ada Camat, Lurah dan orang-orang BPBD yang menangani. Alasannya karena banjir terverifikasi cuma 10 persen. Bukan Camat, Lurah, dan orang-orang BPBD yang mereka harapkan hadir, melainkan seorang Gubernur Anies yang dulu berkampanye hujan-hujanan.
Tetapi seperti sebuah lagu, berjudul dingin ini..
Tapi janji tinggal janji
Bulan madu hanya mimpi
Tapi janji tinggal janji
Di bibirmu…..
Yah, janji tinggal janji. Jangankan 100 hari, 3 hari saja sudah mulai ditinggalkan warga DKI. Kalau dikatakan itu terlalu cepat penghakimnnya, maka yang harus disalahkan adalah Gubernur Anies yang bicaranya terlalu ketinggian. Berikan janji setinggi langit dan memberikan prioritas bahwa manusia dan masyarakat adalah fokus utama. Tetapi malah yang dijumpai underpass Mampang dan juga monitor CCTV.
Inilah sebuah kejadian yang berulang-ulang dari para pemimpin yang berjanji mANIES di depan tetapi setelah menjabat tidak ada satu pun kata-katanya terealisasi. Terlalu cepat menghakimi?? Saya pikir tidak. Karena prinsip utamanya jelas adalah mengedepankan pembangunan manusia bukan bangunan fisik dan masalah dekat dengan masyarakat. Kalau yang jadi slogan utama dalam kampanye saja tidak ditepati, itu bukan menghakiminya terlalu cepat, tetapi yang berjanji asal bunyi.
Ini sama saja seperti seorang pria berkata mANIES dan sok jago di depan wanita yang dikejarnya, tetapi pada akhirnya setelah mendapatkannya, malah hanya jadi pecundang tidak bisa diharapkan. Malah sekarang si wanita yang sibuk berkerja dan banting tulang, si cowok sibuk di lapo dan tidak ada kerjaannya.
Begitulah sekarang Jakarta. Gubernurnya sibuk jalan-jalan dan pantau banjir melalui CCTV, malah rakyat harus berkerja menyelamatkan dirinya sendiri. Dan satu korban pun sudah tercatat meninggal di masa kepemimpinan Gubernur Anies, terlepas dari apapun alasannya.
Saya bukan meragukan kemampuan Gubernur Anies, tetapi saya malah sebenarnya ingin supaya Gubernur Anies mengeluarkan semua kemampuan yang dikatakan dengan kata-katanya tersebut. Kalau tidak, maka maaf saja saya akan terus kritisi. Kalau tidak juga dikeluarkan, maka saya akan terus kritisi dengan keras. Tidak bisa juga, maka saya terpaksa harus bilang Gubernur Anies cuman pemimpin banyak omong tanpa ada isinya.
Semoga kita terus dikuatkan punya Gubernur seperti ini. Dan kalau boleh saya mengharapkan partisipasi kita aktif di tiap RT dan RW untuk rapatkan barisan. Supaya jangan sampai orang ini menjadi Presiden kita. Lihat saja AS yang dipimpin Presiden rasis, kacau balau. Kalau Anies memimpin, bukan hanya rasis, kaum radikalis akan berkembang pesat. Percaya apa yang saya katakan.
Salam Banjir.