Hari ini rencananya Anies-Sandi akan melakukan kunjungan ke beberapa gereja untuk melihat pelaksanaa malam natal. Dalam kunjungan ini, Anies-Sandi ingin memastikan perayaan malam Natal lancar dan tidak ada gangguan. Apalagi di beberapa tempat menurut pengakuan Kapolri perlu diawasi untuk dipastikan bebas dari adanya gangguan.
“Pak Kapolri kemarin menyatakan ada beberapa daerah, terutama di tempat-tempat ibadah yang harus kita pastikan kita pantau. Jangan sampai menimbulkan celah untuk kegiatan-kegiatan yang bisa mengganggu ketertiban masyarakat,” tutur Sandiaga
“Untuk itu kita pastikan toleransi umat, toleransi antara masyarakat itu dipertunjukkan besok di malam natal maupun sampai ke tahun baru nanti,” tuturnya.
Apa yang dilakukan oleh Anies-Sandi ini menurut saya adalah hal yang sangat baik. Apalagi kalau melihat kunjungan yang mereka lakukan adalah untuk memastikan bahwa perayaan malam Natal bebas dari gangguan. Meski sebenarnya, agak aneh kalau negara yang menjamin kebebasan warga negara beribadah malah melakukan pengamanan. Tetapi apa daya, kini agama hanya jadi ajang saling menyakiti.
Padahal kalau dulu, mau ibadah tidak perlu ada penjagaan macam-macam. Tetapi setelah munculnya gerakan bom bunuh diri dan bom-bom tempat ibadah, semua menjadi waspada. Beragama pun sudah tidak lagi jadi suatu yang aman dan nyaman, tetapi sudah jadi kegiatan mencekam. Bayangkan saja kalau sekarang mau beribadah kita harus masuk metal detector, ini mau ibadah atau mau masuk Istana Presiden??
Kembali ke rencana kunjungan Anies-Sandi ke beberapa gereja, saya sendiri tidak mencurigai niat pencitraan mereka, walau beberapa netizen sudah seperti paduan suara kompak menyebut ini adalah ajang pencitraan. Tetapi yang saya ingin komentari adalah apa yang dimaksudkan toleransi umat dalam amannya perayaan malam Natal Sandiaga tadi. Menurut saya, apa yang disampaikan Sandiaga tersebut masih terlalu dangkal kalau mau disebut toleransi umat.
Toleransi umat itu harusnya dimulai dengan sikap tegas pemimpin sebuah daerah terhadap ormas-ormas yang intoleran. Dan itu harga mati dan tidak bisa lagi ditawar-tawar. Toleransi umat bukan soal kunjungan ke gereja-gereja yang secara seremonial bagus tetapi secara dampak kurang begitu mengakar. Tindakan intoleransi akan selalu muncul selama ormas intoleran tidak ditindak tegas dan malah diberikian ruang luas bernama Monas.
Yang lebih parah lagi malah Gubernur Anies tampil di panggung 212 dan menunjukkan diri sebagai orang yang dipuja-puja oleh kaum 212. Apakah mungkin saat kita bergaul dan memberi ruang kepada kelompok intoleran dan tukang buat rusuh kemudian bisa menjadi jaminan kepada yang sering tertindas bahwa semua akan baik-baik saja dengan modal kunjungan?? Dan hal ini sama saja seperti orang yang sudah kita tahu pedofil dan bergaul dengan para pedofil, terus kunjungan ke beberapa SD untuk meyakinkan mereka dia pedofil.
Sudahlah Anies-Sandi, sampai kapanpun aksi kunjungan ke gereja atau tempat-tempat ibadah umat lain tidak akan bisa melepaskan jubah intoleran yang sudah dipakai. Lepaslah dulu jubah itu baru kami percaya bahwa kalian adalah toleran sejati. Maaf saja, kalau menganggap kalian toleransi hanya dengan kunjungan ke beberapa gereja itu sama saja dengan menganggap Rizieq tidak bersalah padahal dia kabur entah kemana.
Salam Toleransi.