Era Informasi dan Teknologi berjalan begitu cepat, dalam hitungan tahun, bulan, dan hari kita melihat terjadi perubahan dimana mana. Transaksi online sudah menjadi mainan baru, hanya membutuhkan smartphon di tangan barang yang diperlukan sampai pada tujuan. Microsoft, Amazone, Alibaba sudah menjadi raksasa business dunia berbasis IT, hampir semuanya akan dilayani dengan basis teknologi, barangkali besok potong rambut, menicure dan pedicure pun akan dilayani secara online…..:)
Perubahan pesat IT ini barangkali menjadi inspirasi bagi gubernur dalam memilih model kepemimpinan di Jakarta, gaya kepemimpinan baru Gubernur Anis dan Wagub Sandi yang selalu tampil bersama (berdua) menjadi menarik untuk dikaji!!!
https://news.detik.com/berita/3691751/selalu-berduaan-anies-sandi-sedang-coba-konsep-kerja-kekinian;
https://news.detik.com/berita/d-3692896/berduaan-lagi-anies-sandi-pantau-proyek-mrt-di-fatmawati
Lihatlah betapa mesra mereka, kemana mana hampir selalu berdua. Berbeda dengan pemerintahan gubernur2 sebelumnya, kebanyakan wakil gubernur hanyalah diberi peran ban serep. Terkecuali era gubernur Jokowi, yang begitu berbesar hati, membagi semua pekerjaan di belakang layar nya kepada wakil gubernur Ahok.
Trend wakil gubernur sebagai ban serep itu terjadi di semua wilayah republik ini, bahkan terjadi sejak era orde baru. Wakil tidak lebih sebagai ban serep. Jadi kalo Anies selalu tampil berdua dan secara bersama ini menunjukkan mereka memang tampil beda, dan harus kita apresiasi. Semoga kebersamaan ini menjadi berkah bagi Jakarta kedepan, semoga kemesraan ini tidaklah cepat berlalu…
Namun, kehadiran mereka yang selalu berdua ini terasa janggal. Anomali, ini menimbulkan beberapa spekulasi:
1. Mereka berdua sama sama sedang belajar persoalan Jakarta, mereka takut membuat keputusan, kalau itu alasannya sangat manusiawi, karena mereka adalah the new kids on the block, kita harus memberi kesempatan kepada mereka, semoga jakarta lebih baik…
2. Mereka berdua sama sama tidak tahu persoalan, kalau harus mengambil keputusan dan ternyata salah, tidak seorangpun diantara mereka yang akan berani mengambil tanggung jawab, kalau ini jadi alasannya, nasib mu lah jakarta, apes bener nasibmu jakarta…. jakarta hanya akan menjadi kampung terbesar di dunia.
3. Meraka takut saling menyalahkan, kalau ternyata keputusan yang diambil salah, untuk menghindari hal tersebut diperlukan kehadiran bersama?
Apapun alasannya kehadiran mereka berdua dalam suatu momen acara ini lebih banyak mudaratnya dari manfaat, rasa2nya lebih ke pencitraan saja, barangkali mereka kelamaan kampanye bersama? Akan ada banyak hal yang terabaikan seperti:
1, Siapa yang harus melakukan pekerjaan administrasi, membuat disposisi dan melakukan koordinasi antar skpd??Robot?? Ahok sang gubernur “gila” saja memerlukan berjam jam membaca untuk membuat disposisi, itupun menyisakan begitu banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan.
2 .Jakarta yang begitu besar dengan segala persoalan, meliputi 5 kota dan 1 kabupaten memerlukan seorang administrator yang cakap dan tangguh dalam hal supervisi, kalo gubernur dan wagubnya pergi bersama, siapa yang akan melakukan tugas supervisi ini??
3. Kalau terjadi accident ( sangat tidak kita harapkan) ketika mereka pergi berdua, jakarta kehilangan penanggungjawab, apakah tugas ini akan diserahkan kepada Sekda? Ngapain kita melakukan pilkada, dengan dana begitu besar, menguras energi begitu besar dibumbui isu sara yang hampir meluluhlantakkan negeri?, kalau pada akhirnya jakarta diurus oleh seorang plt yg ditunjuk kemendagri karena gubernur dan wakil gubernur berhalangan?? Ngeri kali bah…
4. Betapa tidak efisiennya administrasi pemerintahan, karena tidak ada seorang pun person in charge di balai kota
Kesimpulan yang bisa kita tarik dari kebersamaan kedua orang ini dalam visit lapangan, adalah mereka orang2 yang tidak percaya diri, takut membuat keputusan, tak pandai melakukan eksekusi hal2 sederhana di lapangan, tak pandai berkoordinasi, takut mengambil keputusan sendiri dan tidak saling mempercayai satu dengan yang lain, karena mereka harus menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, atau mereka benar2 sedang melakukan pencitraan??
Sulit menduga kemana arah jakarta kedepan, kalau melihat kedua pejabat ini begitu tidak percaya diri, karena harus blusukan kemana mana bersama, bukankah mereka bisa saling berdisikusi setelah salah seorang diantara mereka visit ke lapangan, bahkan seperti pak jokowi yang tidak sungkan2 menelpon wagub menanyakan sesuatu yang dia kurang jelas dan paham dari lapangan untuk berkoordinasi.
Hal hal diatas sungguh sangat mengkhawatirkan, mereka nampaknya hanya pandai bermain kata OK OC. Apalagi yang bisa kita harapkan dari mereka ini untuk membuat terobosan terobosan mengejar ketertinggalan jakarta dari kota kota besar dunia??
Anies dan Sandi, percayalah pada tamsil ini , tak ada sesuatu yang baru dibawah matahari, apa yang pernah ada akan ada lagi, apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi, anda tidak perlu membuat teori baru di muka bumi ini, semuanya sudah tersedia, anda berdua tak perlu malu untuk belajar dari sesuatu yang sudah ada, kalau tidak mau menjadi bahan bullying, jakarta oh jakarta…….. nasibmu kini