Karakter, kepribadian dan kedisiplinan tidak pernah bisa ditutupi dengan manies dan hebatnya kata-kata. Hanya tindakan nyata saja yang bisa dilakukan sebagai bukti sejauh apa ketiga hal tersebut. Karena itu, seorang yang besar mulut akan dipermalukan sendiri oleh ucapannya karena ternyata apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan tindakannya.
Itulah mengapa, saya sangat suka dan kagum dengan Presiden Jokowi dan Ahok. Mereka berdua hampir selalu bisa menyelarasakan antara perkataan, komitmen, dan perbuatan. Meski ada yang belum bisa mereka lakukan atau mereka salah memperhitungkan, mereka akan minta maaf dan mencoba mencari solusi terbaik.
Masa-masa saat kedua orang ini menjadi sebuah ikon perubahan dan sampai saat ini masih menjadi salah satu penggerak kaum muda dan politisi muda bergerak dan ambil peran dalam pergerakan politik dan mulai masuk dalam struktur kepartaian. Hampir semua mengagumi sosok kedua orang ini.
Itulah mengapa, seperti sebuah mimpi buruk saat tahu bahwa Jakarta tidak lagi dipimpin oleh seorang penggerak dan agen perubahan melainkan orang yang telah dinilai gagal memimpin sebuah kementeriaan dan cuman pintar berkata-kata. Kata orang sih dia banyak menggagas sesuatu tetapi kalau ditelusuri levelnya memang cuman sampai menggagas bukan pekerjanya juga.
Istilah kasarnya dia ini cuman punya ide, tetapi orang yang disuruh melakukannya. Lain hal dengan Jokowi dan Ahok, mereka yang punya ide dan gagasan dan mereka juga yang mengeksekusinya sampai terwujud. Karena itu, tidak ada yang sanggup menyamai apa yang mereka buat di Jakarta dan juga Indonesia.
Dan tidak perlu menunggu sampai 100 hari, perbedaan yang sudah pernah disampaikan berkli-kali saat Pilkada terkait Anies dan Ahok akhrinya terbukti. Anies yang cuman banyak omong memang benar-benar terbukti banyak omong. Dia tidak bisa mengikuti standar Ahok dalam berkerja.
Baru beberapa hari saja, Anies sudah membuat kekacauan di mana-mana. Bukan hanya di Jakarta dengan akhirnya naik motor patwal karena terlambat, tetapi juga buat kekacauan di jalur puncak gara-gara dia terlambat mengikuti acara tea walk dengan pegawai Pemprov. Entah apa sebabnya Anies terlambat, apakah mungkin kebanyakan mimpi jadi kelamaan bangun??
Beda dengan Ahok. Meski rumahnya jauh dari balai kota dan juga menempuh jalur macet, tetap bisa sampai di Balai Kota tepat waktu dan pada akhirnya bisa melayani para warga yang mengadu sebelum melakukan aktivitas rutinnya. Kalau Anies selalu menyalahkan kemacetan ekstrim Jakarta, maka Ahok selalu bisa mengantisipasinya. Mengapa?? Karena dia tipe pekerja.
Orang di Jakarta memang harus bisa mengantisipasi kemacetan di Jakarta. Kalau sudah tahu jalur terlambat, maka mereka akan antisipasi berangkat lebih awal. Bahkan ada yang berangkat siap shalat subuh dan mandi di tempat kantornya. Mengapa?? Karena mereka sadar bahwa mereka tidak boleh terlambat dan situasi memang tidak bisa terkendalikan kalau terlambat berangkat.
Nah, Anies seharusnya mulai sekarang dikurang-kurangi mimpinya. Supaya bisa cepat bangun dan segera berkerja. Kalau kalau tidak, maka yang ada hanyalah adegan pakai motor patwal, dan bahkan sebentar lagi bakal menerobos jalur busway. Sebuah keteladanan yang memberi efek buruk ke warga.
Anies bukan lagi seorang pengajar yang kerjanya bisa diatur sendiri dan lebih santai. Anies sekarang adalah seorang kepala daerah yang menjadi sorotan banyak orang. Terlambat dan buat kekacauan di lalu lintas, maka akan menjadi perhatian publik. Apalagi kalau pakai main buka paksa jalur di Puncak. Ini siapa yang Belanda dan menjajah, dan siapa yang pribumi dan terjajah?? Malah jadi Anies yang jadi Belanda dan penjajahnya.
Bayangkan saja, betapa arogannya Gubernur Anies membuka paksa jalur one way puncak gara-gara dia terlambat. Apalagi namanya kalau bukan kelakuan penjajah. Ini namanya jadi terbalik, dia yang sebut ini saatnya pribumi berbuat, tetapi malah dia yang seenak dengkulnya buka paksa jalur dan buat kemacetan di daerah yang bukan daerah teritorialnya. Kelakuan penjajah!
Ahok memang luar biasa. Standar kerja dan disiplinnya sangat tinggi. Gubernur setelah dia memang pada akhirnya harus kewalahan mengikuti standar kerjanya. Apalagi kalau yang sesumbar lebih baik dari dirinya saat kampanye, bakalan kelaut dengan standar kerja Ahok.
Jakarta kini bukan hanya tanahnya saja turun setiap tahun. Kini kualitas pelayanannya bakalan turun setiap tahunnya. Apalagi kalau melihat model kepemimpinan Gubernurnya sekarang yang suka foto narsis tidak kenal tempat. Gaya bak foto model dan artis, padahal dirinya adalah seorang Kepala Daerah. Nasib memang Jakarta milih Kepala Daerah, malah dapat bapak-bapak alay dan narsis.
Bertahanlah 5 tahun Jakarta, jangan sampai tenggelam beneran nantinya gara-gara semua hanyalah sebuah kegiatan berfoto daripada kegiatan melakukan perubahan.
Salam Mimpi.