Dalam pembicaraan dengan orang yang dulunya dekat dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, ada perubahan yang sangat mencolok dengan Gubernur Anies saat ini. Ada satu hal yang diingatnya saat suatu waktu bertemu dengan Gubernur Anies. Saat itu, Gubernur Anies menyinggung mengenai penggunaan APBN saat jadi menteri.
Dalam pembicaraan tersebut tersurat dan tersirat sebuah makna bahwa Gubernur Anies memang mengincar APBN saat itu untuk sesuatu yang ke depannya masih dirahasiakan. Sesuatu yang rahasia itu kini sudah mulai terkuan saat dia menjadi Gubernur Jakarta. Apalagi kalau bukan, Pilpres 2019.
Pembicaraan tadi juga mengkonfirmasi sebuah info mengenai dana 23,3 triliun yang katanya salah hitung. Dana tersebut menurut sebuah sumber ternyata adalah untuk menyebarkan tim-tim Gubernur Anies menjelang Pilpres 2019. Benarkah info tersebut?? Anda bisa percaya, bisa tidak.
Tetapi satu hal yang harus dipahami oleh kita bersama, Gubernur Anies adalah orang yang berambisi jadi Presiden. Hal ini sudah saya tangkap sejak dia maju di konvensi Partai Demokrat 2014. Gubernur Anies saat itu menjadi orang yang mengkritik Presiden Jokowi, yang masih menjabat Gubernur.
Sayangnya, kharisma Gubernur Anies saat itu tidak mampu meyakinkan Partai Demokrat untuk menjadikannya Capres. Atau mungkinkah Partai Demokrat sudah melihat gelagat tidak baik dari Gubernur Anies seperti yang juga saya amati?? Semua bisa diperdebatkan, tetapi yang pasti saat Pilkada Jakarta, Partai Demokrat juga menolak nama Gubernur Anies.
Ada apa dengan Gubernur Anies sampai Partai Demokrat pun tidak sudi mencalonkannya dan bahkan lebih memilih mengorbankan karir militer AHY menjadi cagub?? Hal ini sudah pernah saya bahas dalam tulisan sebelumnya. Dugaan saya adalah isu Islam radikal yang kuat dalam diri Gubernur Anies.
Saya tidak akan habis-habisnya mengingatkan kepada kita betapa bahayanya kalau Gubernur Anies menjadi Presiden. Bukan hanya PKL akan dipelihara di seluruh Indonesia, tetapi bisa jadi akan menjadi tempat tumbuh suburnya radikalisme di Indonesia. Jangan sebut ini sebuah fitnah kalau saat reuni 212 Gubernur Anies naik ke panggung dan ikut berorasi.
Tidak ada orang yang terkait dengan 212 bisa dengan seenak hatinya menyebut diri toleransi dan tidak bersikap radikal. Mengubah Monas jadi bisa tempat melakukan kegiatan keagamaan saja sudah ciri-ciri gerakan radikal, ini malah tampil juga di panggungnya.
Nah, karen itu tidak heran kalau persoalan rumput di Monas rusak pun Gubernur Anies tidak persoalkan. Karena tinggal kucurin APBD dan semua masalah bisa diselesaikan. Gubernur Anies sadar bahwa APBD DKI sangat banyak dan kalau dipakai untuk memperbaiki rumput tidak masalah.
Lalu kira-kira berapa dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki rumput di Monas?? Seorang netizen mengaku dia baru saja membeli rumput dan ikut ongkos pasangnya habis 750 ribu. Kalau rumput di Monas yang luasannya bisa ratusan kali luas halaman rumahnya habis berapa?? bisa ratusan juta biaya yang dikeluarin.
Dan ini tentu saja hanya akan jadi proyek bancakan lagi di era Gubernur Anies. Maaf, bukannya curigaan dan suudzon, tetapi kalau modelnya seperti Gubernur Anies yang LPJ RT/RW saja dia tidak perlu, apalagi hal sepele begini. Pastinya tidak akan terlalu dipedulikan laporannya.
Jadi, kalau rumput rusak, untuk apa pusing. APBD solusinya. Dan semakin banyak yang rusak dan perlu diperbaiki akan menjadi jalan untuk cairnya APBD DKI yang banyak tersebut. Jangan heran deh kalau tahun depan akan banyak demo yang diijinkan. Lumayan, APBD bisa lagi dikucurkan untuk pemeliharaan dan juga penjagaan. Hehehe..
Selamat menghabiskan APBD Pak Gubernur. Tetap ingat bahwa Gusti Mboten Sare.
Salam Rumput Rusak.