Bagaimana masa depan kita ditentukan dari apa yang kita pilih hari ini. Salah memilih maka efeknya akan sangat besar dan bisa berakibat hidup kita tidak maksimal bahkan menuju kehancuran. Tetapi benar memilih maka akan membuat kita menjalani hidup lebih maksimal dan tentu saja akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak terkira.
Dan itu adalah sebuah fakta yang tidak bisa kita hindarkan. Sama saja seperti kita salah memilih arah jalan, seharusnya belok kiri, tetapi kita malah belok ke kanan. Kalau tidak macet mungkin kita bis dengan cepat kembali kepada jalur sebenarnya, tetapi kalau macet?? Maka perjalanan akan semakin dan semakin lama terasa.
Dan seperti yang sudah diduga sejak awal, Jakarta sudah salah memilih seorang pemimpin. Dan tidak perlu menunggu 100 hari, setahun, bahkan lima tahun seperti yang disampaikan oleh beberapa orang, lihat saja sudah mau 2 bulan pemerintahan Anies-Sandi ini. Jakarta benar-benar kacau dan hancur dan bahkan mereka sendiri pun kini sudah menyatakan ketidaksanggupannya.
Sebagai seorang pemimpin, seharusnya Gubernur Anies adalah orang yang menjamin bahwa birokrasi akan berjalan sesuai dengan apa yang menjadi peraturannya. Penjaminan tersebut dilakukan dengan melakukan kontrol dan pengawasan dengan sebaik mungkin. Tetapi menyerahkan pengawasan kepada warga itu sangat jelas bentuk ketidakmampuan.
Gubernur Anies yang sebelumnya akan meniadakan laporan RT/RW terkait dana operasional terus saja ngeles bajaj dan memberikan dasar mengapa laporan tersebut tidaklah perlu dilakukan. Apalagi, kalau memang diharuskan juga membuat laporan, maka RT/RW lebih tepat melaporkannya kepada warga daripada kepada dirinya.
“Kalau dilaporkan jumlahnya 33.000 gimana ngawasinnya coba? Saya tanya Anda, terima laporan nih 33.000, gimana ngeceknya ayo? Tiap bulan tuh. Mana yang lebih bisa dipertanggungjawabkan?” ucapnya.
“Kami ingin pertanggungjawaban itu disampaikan kepada orang-orang yang memang memilih mereka. Toh kegiatannya adalah kegiatan di kampung. RT/RW bukan ditunjuk oleh Pemprov, tapi mereka hasil pilihan warga,” kata Anies.
Hebat bukan ngelesnya?? Bisa dibuat alasan yang sangat masuk akal dibalik kemalasan dan ketidakmampuannya mengawasi APBD. Kalau yang memilih RT/RW adalah warga semua juga sudah tahu dan tidak perlu lagi dimasukkan dalam pembahasan. Yang jadi persoalan adalah laporan dana operasional yang diberikan Pemprov dari APBD. Jangan melebar kemana-mana dan berusaha mengaburkan inti pembahasan.
Sudah jelas yang dipersoalkan RT/RW adalah pelaporan kepada Pemprov. Dan Gubenru Anies juga menyatakan yang akan dihapus adalah pelaporan kepada Pemprov terkait dana operasional tersebut. Bukan persoalan mereka siapa yang memilih dan bukan juga soal mempertenggungjawabkan dana dari warga. Ini soal laporan mereka terhadap dana operasional dari Pemprov.
Dan untuk hal itu, Gubernur Anies dengan sangat terbuka menyatakan ketidaksanggupannya. Dan ketidaksanggupannya mengawasi RT/RW dalam penggunaan dana operasional pada akhirnya membuktikan kapabilitasnya yang rendah sebagai seorang kepala daerah. Dan hal ini juga membuktikan bahwa memang benar saat dia menjadi menteri, kekeliruan dana 23,3 triliun adalah bukti ketidakmampuannya juga.
Dampak dari lemahnya pengawasan Gubernur Anies ini juga dapat dilihat dari macetnya dana KJP dan mulai susahnya warga mendapatkan haknya terhadap bahan pokok subsidi. Bahkan dana KJP mulai mengalami pemotongan, tanpa adanya pengawasan seorang Gubernur. Apakah untuk hal ini juga harus warga yang mengawasi??
Itu baru dua hal dari seribu satu hal yang sudah dan akan menjadi masalah bagi Jakarta. Dan penyebab itu semua adalah karena salah memilih. Ini sama saja dengan kamu salah memilih pasangan. Kirain dia orang yang kapabel sebagai seorang teman hidup, tetapi akhirnya cuman tukang jual obat pinggir jalan. Kalau menikah menanggaung seumur hidup, maka Jakarta syukurnya hanya mengalami hal tersebut 5 tahun saja.
Hal yang harus kita pelajari apalagi kalau tidak lagi salah memilih untuk Pilpres 2019 bagi Jakarta, dan Pilkada 2018 serentak bagi yang akan melangsungkan Pilkada. Ingat, pilihlah yang mengandalkan kerja dan otaknya, bukan mengandalkan agama dan bacotnya saja. Karena pilihan ana akan mempengaruhi Indonesia menjadi bangsa maju atau terbelakang.
Salam Salah Pilih!!