Jakarta kembali gaduh. Gubernur Anies mendapatkan kritikan dan tekanan bertubi-tubi terkait borosnya uang anggaran DKI Jakarta yang akhir-akhir ini banyak ditemukan kejanggalan. Besaran harga pembelian bak sampah mendapat banyak sorotan dari masyarakat lantaran dinilai terlalu mahal.
Dan entah lelah, tidak tahu ataukah tidak mengerti harapan publik, gubernur Anies lebih malah diam dan membiarkan bola panas menggelinding liar dimasyarakat.
Anies beralasan tidak mau gegabah dalam memberikan penjelasan terkait pembelian tempat sampah senilai 9,5 miliar. Gubernur Anies akan melakukan investigasi dulu sebelum nantinya memberikan penjelasan kepada masyarakat.
“Enggak, saya enggak mau komentar sekarang. Nanti saya jelasin, diberitain dulu deh yang ramai sekalian. Diramein sekalian, digedein sekalian. Nanti saya konfirmasi sesudah tepat waktunya” kata pak Anies di Balai kota, Warta Kota.
Dari bahasanya kayaknya pak Anies capek, capek nanggepin, tersiksa. Ha..ha. Inilah akibat membohongi warga demi Pilkada, akhirnya kelimpungan sendiri membangun kepercayaan.
Ibarat pacar kita yang sudah tidak percaya lagi dengan kita karena pernah ketahuan WhatsApp-an sama wanita lain, sekarang apapun dicurigain. Bahkan ke toilet saja dilarang bawa HP karena curiga, takutnya ke toilet hanya alasan untuk WhatsApp-an dengan wanita lain. He..he. Begitulah adanya, kepercayaan publik kepada gubernur Anies menurun tajam…
Terlalu banyak pengadaan barang dan proyek yang mencurigakan diawal-awal menjabat membuat publik sudah tidak percaya lagi dengan kepemimpinan gubernur Anies terutama dalam hal tata kelola keuangan yang bersih. Sekarang beginilah jadinya, apa-apa juga dicurigain…
Bayangkan, soal pengadaan tempat sampah saja menuai kontroversi. Lha padahal itu adalah hal yang biasa. Gubernur-gubernur sebelumnya juga pasti pernah beli tempat sampah, motor bak untuk mengangkut sampah dan peralatan kebersihan lainnya, tetapi kok tidak ramai seperti sekarang. Lha ini ada apa??
Mengenai besarnya anggaran yang mencapai hampir 10 miliar ya wajar saja namanya juga produk Eropa. Produk Jerman tentu tehnologinya berbeda, kualitas produk berbeda, ongkos kirim juga beda, Om!
Sebenarnya 10 miliar tidak masalah asalkan memang benar-benar tempat sampah dari Jerman negaranya Mezut Ozil itu, bukan Jerman “Jejerane Sleman”, Bantul, Kulon Progo dan Purworejo.
Lagipula, bak sampah itu memang sudah ada dalam E-katalog, berarti memang produk unggulan, tetapi karena sudah kadung tidak percaya, ya jadinya kayak pacar kita tadi, jadi posesif kepada pak gubernur…hmm.
Beruntunglah sudah ada “aplikasi” E-budgeting yang dibuat Ahok. Aplikasi ini ibarat Clone app WhatsApp, bisa untuk menyadap “percakapan-percakapan” tender di Jakarta. Aplikasi ini benar-benar membuat oknum-oknum yang ingin bermain anggaran langsung ketahuan, mati kutu dan tidak berkutik.
Akhirnya sekarang publik sadar bahwa tidak semua pemimpin bisa dipercaya dan cakap dalam mengelola keuangan, kalau yang pandai bercakap (baca: omong doang) mah banyak. Jika dulu kita bisa percaya sepenuhnya dengan “pacar” kita pak Ahok, sekarang harus pantau terus karena “pacar baru” kita ini sudah keseringan bohong…
Sekali lagi ini bukan soal bak sampah senilai 9,5 miliar, ini soal kepercayaan warga Jakarta yang telah tergerus!
Selamat tidak percaya!