Penataan trotoar Sudirman-Thamrin yang baru saja Disosialisasikan oleh Gubernur DKI Jakarta kini sudah mulai menerima protes dan kritik. Protes tidak datang dari para pemilik gedung di sekitar trotoar Sudirman-Thamrin yang direnovasi, melainkan dari seorang akademisi yang memprotes desain penataan trotoar Sudirman-Thamrin tersebut. Ada beberapa poin yang dikritik karena terkesan tidak efektif dan malah bisa saja menimbulkan kekacauan.
Pengamat tata kota Universitas Trisakti Nirwono Yoga mengatakan penataan trotoar Sudirman-Thamrin memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah desain jalur untuk motor dan bus regular yang dinilai menjadi tidak efektif. Disebut tidak efektif karena laju kendaraan bermotor dipastikan akan terhambat oleh pemberhentian bus regular di halte-halte yang ada.
“Ini akan berdampak pada kelancaran arus kendaraan motor. Maka yang akan terjadi adalah pengendara motor akan masuk ke kanan, ke jalur kendaraan pribadi jika lancar atau nekat menerobos masuk trotoar yang terbuka lebar,” tutur dia.
Selain jalur motor dan bus yang terlihat tidak efektif, Nirwono juga menyebut penempatan kios di trotoar masih belum jelas konsepnya. Kalau menurut video presentasinya kios ada tulisan news seperti konsep di luar negeri. Apakah nanti kiosnya akan jualan koran?
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta Irwandi sebelumnya mengatakan, kios yang nantinya terdapat di trotoar berbentuk truk, sehingga dapat dipindah-pindahkan. Meski demikian, konsep food truck ini belum final.
“Apakah ini tidak melanggar UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum?” kata Nirwono.
Konsep penataan trotoar Sudirman-Thamrin memang terlalu dipaksakan adanya dua hal yang sebelumnya tidak ada di dalam desain tersebut dimasukkan untuk menunjukkan ciri khas kepemimpinan era Anies-Sandi, yaitu PKL (kios) dan sepeda motor. Masuknya konsep kios dan sepeda motor memang mengubah substansi dari penataan trotoar Sudirman-Thamrin itu sendiri. Yang mau ditata trotoar, tetapi yang dipikirkan malah kios dan sepeda motor.
Cara berpikir sudah salah, maka yang dikeluarkan konsepnya juga sudah pasti salah. Bahkan demi sepeda motor, dilakukan pemangkasan 451 pohon berukuran sedang dan besar di sepanjang jalan itu. Dimana gagasan Anies yang katanya memperhatikan lingkungan hidup?
Beginilah memang yang akan terus menjadi masalah di Jakarta. Konsep dan gagasan membangun Jakarta mengikut sertakan hal-hal yang tidak baik. Mulai dari becak, membuka jalur motor di Sudirman-Thamrin, menutup jalan Jatibaru demi Tanah Abang, dan kini konsep trotoar Sudirman-Thamrin memikirkan kios dan sepeda motor.
Inilah akibat warga Jakarta ingin punya pemimpin baru, bukannya mengalami pembaharuan malah terjadi kemunduran dimana-mana. Lalu tagline ganti pemimpin pun dibuat untuk di Indonesia oleh partai pengusung pemimpin kemunduran-kemunduran di Jakarta. Jakarta adalah bukti mengganti pemimpin dengan kualitas tidak jelas akan mengakibatkan kemunduran.
Semoga Pilkada di daerah lain tidak meniru Jakarta. Jangan pilih pemimpin yang diusung oleh Gerindra dan PKS.
Salam Jangan pilih Pemimpin Gerindra dan PKS.