Saya sudah yakin pada saatnya putri Gus Dur akan angkat bicara jika pada akhirnya nama Gus Dur dipakai oleh kubu Muhaimin Iskandar. Hanya orang yang tidak tahu masalah PKB saat itu dan mereka yang pro dan menggantungkan hidupnya kepada Cak Imin yang tidak bermasalah soal ini. Tetapi siapapun yang tahu soal konflik ini pasti tidak akan mendukung Cak Imin.
Konflik ini sulit sekali dihilangkan dari sosok Cak Imin, karena pada akhirnya konflik ini juga jadi salah satu penyebab Gus Dur menghembuskan nafas terakhirnya. Cak Imin dan kubunya bisa berdalih dengan alasan apapun, tetapi fakta dari saksi hidup saat itu yang merawat Gus Dur tidak bisa dibantah. Meski Cak Imin bawa-bawa nama seluruh Kiai di Indonesia, tetap saja fakta menderitanya Gus Dur sampai menghembuskan nafas terakhir adalah karena kelakuannya.
Putri Gus Dur yang saya maksudkan merawat Gus Dur dan yang akhirnya bersuara adalah mbak Alissa Wahid. Sepertinya memang sudah saatnya mbak Alissa angkat bicara karena nama Gus Dur semakin massif dipakai kubu Cak Imin untuk berkampanye. Bahkan sudah ada posternya.
“Saya bukan orang politik. Saya anak ideologis untuk Gus Dur yang pejuang rakyat, bukan Gus Dur yang politisi. Karena itu saya tidak punya urusan dengan PKB. Tapi saya keberatan kalau figur Gus Dur dikapitalisasi hanya untuk kepentingan politik praktis. Itu menghina Gus Dur.” kata Alissa melalui akun Twitter pribadinya.
Ada kawan-kawan bisiki saya, ini konflik internal jangan dibawa keluar. Nanti NU pecah. Saya: “kalau begitu sampaikan pada kawan-kawan politisi itu, ayo sama-sama. Jangan bawa nama Gus Dur ke luar. Itu saja kok.” Masa mereka mlekotho nama Gus Dur dibiarkan, kami menjaga namanya justru ditegur.” tegas Alissa.
Pernyataan mbak Alissa ini menurut saya sangat tepat. Mengkapitalisasi nama Gus Dur adalah perbuatan yang tercela. Kelakuan bawa-bawa nama Gus Dur hanya untuk rebut kekuasaan bukanlah sikap yang tepat dan etis. Lain hal kalau memang perjuangan Gus Dur dikerjakan dengan konsisten sehingga nama Gus Dur dilekatkan rakyat kepadanya.
Hal itulah yang tidak dilakukan oleh Cak Imin. Merasa bahwa putri Gus Dur jadi ancaman eksistensinya sebagai Ketua Umum PKB, Cak Imin menutup akses politik Yenny Wahid, putri Gus Dur yang lanjutkan perjuangan di politik. Yenny akhirnya mencoba mendirikan partai baru yang sayangnya dijegal oleh penguasa yang dekat dengan PKB Cak Imin saat itu.
Kelakuan politik barbar merebut PKB dari Gus Dur inilah yang membuat Cak Imin sampai kapan pun tidak akan bisa jadi cawapres bahkan capres. Melukai Gus Dur sama saja melukai bangsa ini. Dan bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak akan biarkan orang yang melukai guru bangsa seperti Gus Dur, menjadi penguasa.
Karena itu, lupakan saja Cak Imin. Kampanye cawapres hanyalah dagelan saja dan tidak akan ada manfaatnya. Jokowi pasti menghormati Gus Dur dan tidak akan sudi bersanding dengan orang yang lukai Gus Dur.
Pesan saya sama Cak Imin, akui kesalahan dan rangkul lagi putri Gus Dur. Kalau tidak, maka karir politik hanya sampai level Ketua Umum dan legislatif saja. Jadi menteri di era Jokowi pun sulit karena kena screening KPK soal dus durian.
Karena siapa pun mencintai Gus Dur, tidak akan memilih Cak Imin.
Salam Gus Dur.