
Salah satu alasan mengapa orang mendukung kepemimpinan Jokowi dan Ahok adalah keyakinan bahwa kedua pejabat ini bersih, transparan dan profesional. Bersih dalam artian tidak doyan korupsi, transparan dalam pengelolaan anggaran keuangan negara serta profesional dalam menjalankan pemerintahannya.
Dan karena bersih jugalah maka mereka berani mengungkap kebobrokan dan ketidakjujuran oknum pejabat yang mau coba-coba mau mencuri uang rakyat. Mungkin hanya caranya saja yang berbeda. Kalau Ahok terang terangan di depan media menyebut oknum DPRD yang mark up pengadaan UPS, kalau Jokowi cukup mengernyitkan dahi sambil geleng-geleng kepala dan kemudian ada yang kepanasan…
Maka ketika Prabowo mengatakan ada penggelembungan anggaran dalam proyek LRT dalam sebuah pidatonya di Palembang, wajarlah kalau banyak masyarakat yang tidak percaya dan justru menantang Prabowo untuk mengungkap datanya sekaligus melaporkannya ke KPK.
Bukan apa-apa, selama ini masyarakat tahu bahwa Jokowi adalah “orang proyek”, sangat cermat dan hati-hati dalam menyusun anggaran juga detail menghitung angka-angka. Sangat kecil kemungkinan ada mark up dalam proyek nasional sebesar LRT ini.
Tuduhan mark up dari Prabowo ini jelaslah tuduhan serius dan tidak bisa dianggap remeh. Mark up anggaran adalah perbuatan melawan hukum, memperkaya diri sendiri serta merugikan keuangan negara sehingga masuk dalam tindak pidana korupsi dimana ancaman hukumanya adalah penjara seumur hidup.
Sayangnya, bukannya membuka data-data proyek LRT agar terang benderang dan tidak dianggap menebar fitnah, Prabowo malah melempar bola panas ke gubernur Anies.
“Tadi dalam perjalanan di airport, wah ada LRT, kereta api. Ingat, kita tahu, tidak jelas bermanfaatnya untuk siapa. Saya tanya harganya berapa proyeknya. Rp 12,5 triliun. Luar biasa. Rp 12,5 triliun untuk sepanjang 24 km. Saya diberi tahu oleh Gubernur DKI yang sekarang, Saudara Anies Baswedan dia menyampaikan kepada saya: Pak Prabowo , indeks termahal LRT di dunia 1 km adalah 8 juta dolar,” ujar Prabowo. Tribunnews.com
Dan parahnya, Anies yang disebut memberikan data kepada Prabowo mengenai harga index LRT malah melempar bola lagi ke wartawan, meminta wartawan mencari data-datanya. Kan koplak!
Inilah jawaban Anies saat ditantang wartawan mengungkap data korupsi LRT. Sengaja pakai huruf tebal agar lebih mudah dicerna. Siapkan plastik kresek yah…barangkali perut mendadak mual :
“Menurut saya begini, tugas jurnalistik adalah melakukan verifikasi, melakukan validasi. Jadi saya malah anjurkan pada media statement Pak Prabowo itu dijadikan pemantik. Anda tinggal buka data proyek LRT seluruh dunia dan Indonesia, dari situ malah dapat,”
“Jadi tugas jurnalistik ditunaikan, melakukan verifikasi, validasi. Jadi yang penting datanya, bukan katanya. Karena di situlah letak kekuatannya”
“Jadi, jadikan ini pemantik untuk kita bersama karena kita ingin semua proyek di Indonesia itu cost efficient. Karena itu, teman-teman lakukan verifikasi, cek saja,”
“Pak Prabowo itu bacaannya banyak. Beliau itu orang yang sangat luas bacaannya. Bacaannya banyak. Dan kalau Anda datang ke ruang kerja beliau, isinya buku-buku. Jadi pasti beliau membaca, membandingkan bukan sekadar katanya, pasti banyak data,”
“Karena itu, saya malah mengundang teman-teman lakukan tugas jurnalistik, lakukan verifikasi, validasi. Dan datanya ada semua kok. Itu jauh lebih menarik daripada soal siapa mengatakan apa, di mana, kapan, dan lain-lain,”
Pertanyaan apa jawaban apa, muter kemana-mana berbelit-belit. sebuah klarifikasi yang sungguh memuakkan dari seorang gubernur yang notabene mantan rektor termuda di Indonesia.
Belakangan, berbagai pihak membantah tuduhan Prabowo dan Anies diantaranya menteri perhubungan Budi Karya Sumadi dan kepala proyek LRT Palembang.
“Itu nggak benar. Sebaiknya sebagai orang yang pandai harus meneliti dulu masukan dari timnya, karena angka dugaan itu bukan angka yang benar”.- Menhub, Budi Karya
“Ya, apa yang mau ditanggapi? Wong datanya juga nggak dijelasin dari mana? Dan apa bisa disamakan dengan Palembang yang dimaksudkan?” Kepala LRT, Mashudi Jauhar.
Ironis memang, Anies yang dulu menertawakan kebocoran yang sering disebut-sebut Prabowo dalam kampanye, sekarang malah memberikan data kebocoran kepada Prabowo. Sayangnya data yang diberikan tidak akurat dan akhirnya malah menjadi bahan tertawaan publik.
Ini jelas tuduhan serius, saatnya melawan! Jokowi tidak bisa lagi membiarkan Anies dan Prabowo bermain-main melakukan upaya penyesatan kepada masyarakat tanpa data yang valid seperti ini. Seret ke meja hijau jika memang itu fitnah…
Kita tunggu saja kelanjutannya, kita tunggu bagaimana gubernur Anies ngeles lagi dengan kata-katanya…
Om, ngeles lagi Om!