Memang sangat aneh rasanya kalau melihat perkembangan politik saat ini. Setelah muncul pidato perdana Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, yang sangat provokatif dan memecah belah dengan menggaungkan lagi istilah pribumi dan non pribumi, kini muncul nyinyiran terkait tidak hadirnya mantan Gubernur Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, dalam pelantikan dan sertijab Gubernur Jakarta baru.
Djarot yang ternyata pergi berlibur ke labuan bajo untuk juga melihat Komodo secara langsung, memang tidak hdir dalam acara pelantikan dan sertijab. Djarot beralasan bahwa memang tidak ada ketentuan konstitusional dia untuk menghadiri pelantikan dan sertijab. Meski begitu, Djarot sebenarnya sudah menunggu juga dapat undangan, sayang ternyata dia tidak diundang.
Djarot bukanlah orang yang tidak datang kalau memang ada undangan. Saat ada acara di Taman Mini dimana dia diusir saja Djarot tidak takut menghadapinya, apalagi ini menghadiri pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur. Tetapi tentu kalau tidak diundang, maka tidak etis rasanya datang.
Sayangnya, ketidakhadiran Djarot ini malah menjadi sebuah gorengan nyinyiran sedap dan bahkan menjadi usaha meninggikan sang junjungan yang sebenarnya tidaklah lebih baik dari Djarot kelakuannya. Memang hadir dalam pelantikan, tetapi tetap saja bukan orang yang siap menerima kekalahan.
Ya, seorang politisi Gerindra yang memang suka nyinyir tidak jelas, Rachel Maryam kembali mengeluarkan cuitan yang pedas tetapi tidak berdasar..
2014 lalu dgn jiwa besar
@prabowo hadir pelantikan@jokowi .Hari ini@AgusYudhoyono hadir pelantikan@aniesbaswedan . Pak Djarot?
Pernyataan Rachel ini tentu saja memang sengaja ingin menjatuhkan kredibilitas Djarot. Bukan hanya ingin menjatuhkan Djarot, tetapi tidak lupa memuji jiwa besar Prabowo. Padahal, kita ingat sekali kalau Prabowo tidak terima dengan kekalahannya dan bahkan sampai sekarang masih ada orang yang merasa Prabowo Presidennya.
Kalau berjiwa besar tidak perlu ditunjukkan saat hadir atau tidak. Jiwa besar itu adalah menerima hasil KPU meski dicurangi tanpa mengajukan protes ke MK. Ahok-Djarot legawa kalah dan tidak memperpanjang hasil KPU ke MK. Lah, bukankah waktu 2014 sampai ada rusuh di MK gara-gara tidak terima hasil Pilpres karena sudah kadung sujud syukur??
Bukan hanya Rachel, kritik juga disampaikan oleh Fahri Hamzah yang menilai apa yang dilakukan oleh Djarot adalah sikap yang tidak baik dan malah bisa jadi sebuah tradisi buruk. Fahri harusnya tahu, kalau dalam acara pelantikan dan sertijab harus ada undangan khusus. Kalau tidak, itu namanya tamu tidak diundang dan malah lebih menimbulkan tradisi yang lebih buruk.
Fahri sendiri tidak sadar bahwa dirinya malah lebih buruk kelakuannya. Memang dasarnya dari partai munafik, Fahri malah melakukn apa yang dulu dia kritisi habis. Apa itu? Ya, Fahri Hamzah mengirim sebuah karangan bunga untuk Anies-Sandi. Padahal saat kritisi karangan bunga pendukung Ahok-Djarot, Fahri nyinyir kalau uangnya lebih baik untuk yang membutuhkan. Nah, sekarang kok malah ikutan Bro?!
Yah begitulah kalau memang sudah tidak jelas lagi ukuran dan standar etika bahkan tradisinya. Pada akhirnya kritik yang dilakukan pun tidak berdasar dan malah jadi seperti nyinyiran tidak bernas. Yakinlah, kalau Djarot diundang, maka dia pasti akan datang. Tetapi per hari senin, Djarot adalah warga biasa yang tidak lagi punya jabatan yang membuatnya pantas hadiri pelantikan dan sertijab.
Bukankah sebagai seorang mantan, kalau tidak diundang lebih baik tidak datang?? Daripada nanti dipikir aneh-aneh dan masih belum move on. Dan sikap seorang mantan harusnya seperti Djarot. Tidak usah datang lagi dalam hidup seseorang kecuali diundang. Kalau masih ngeyel, maka silahkan buang mantan pada tempatnya.
Terlepas apapun pandangan Rachel dan Fahri yang nyinyir ketidakhadiran Djarot, mungkin ada juga bagusnya ikut nyinyirin foto ini. Apakah anda tahu apa kapasitas Prabowo dalam foto ini??
mohon maaf nih. kapasitas pak prabowo di foto ini sebagai siapa ya? pengganti istri wapres? pic.twitter.com/azWfEfByag
— eat-sleep-dive-repeat (@wowadit) October 16, 2017
Ya sudahlah. Orang punya spesialisasinya sendiri sebagai seorang nyinyiers. Tetapi hal yang perlu diketahui dan diklarifikasi oleh semua orang adalah Djarot sudah jadi warga biasa dan tidak diundang dalam acara kenegaraan seperti pelantikan dan sertijab. Dan jika diundang, maka Djarot pasti akan datang. Menghadapi kaum intoleran radikal ekstrim saja Djarot berani kok. Gitu aja repot!
Salam Nyinyir.