Bahasa santun dan tinggi yang dipakai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kembali menemukan balaknya. Bahasa mimpi yang membuai akhirnya menemukan kenyataan yang pahit dan sulit untuk diterapkan. Secara teori memang apa yang disampaikan Gubernur Anies benar adanya. Kita tentu akan mengejar hidup damai dan tenang tanpa gaduh, tetapi apakah memang hidup bisa tanpa kegaduhan??
Gubernur Anies yang berkampanye bak malaikat dari surga datang ke bumi dan menyerukan bahwa dirinya berjanji akan mendekati anggota DPRD dengan rasa hormat dan saling menghargai antara kepala daerah dan anggota DPRD. Tetapi ternyata itu semua dalam kenyataannya harus berhdapan dengan fakta yang berbeda
Berikut pernyataan Anies yang sempurna tersebut..
“Kami justru akan mendekati DPRD dengan rasa hormat, bicara baik-baik, tidak mengorbankan prinsip,” ujar Anies Baswedan dalam acara debat yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (11/4/2017).
“(Perdebatan) itu ada di mana-mana di DPR manapun, di parlemen manapun di seluruh dunia, yang jadi masalah bagaimana pemimpin bisa merangkul,” katanya.
Dan benarkah Gubernur Anies mampu merangkul seperti apa yang disampaikannya?? Ternyata tidak. Seorang anggota DPRD mengelu di dalam paripurna bahwa dia mengalami kesulitan bertemu dengan Gubernur Anies. Dia terhalang protokoler. Dan kalau melihat darimana fraksinya seperti wajar dia membentur protokoler, karena ini jamannya keberpihakan.
Ya, Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD DKI Jakarta Mualif, mengeluhkan sulitnya menemui Gubernur Anies. Mungkin Mualif harus mulai memahami kalau menemui Gubernur Anies sekarang sangatlah susah, wong warga saja digusur untuk melakukan pelaporan ke kecamatan tidak lagi Balai Kota. Mualif pun ribut di Paripurna mengenai hal ini.
“Tadi pagi saya ingin menghadap Gubernur, tapi protokoler mencegah, tidak bisa karena harus melalui prosedur dan lainnya. Kalau wakil rakyat ketemu Gubernur saja susah, apalagi rakyatnya?” kata Mualif.
Mualif seharusnya sadar, karena berasal dari partai yang dulu tidak mendukung Anies-Sandi, maka para protokoler secara otomatis akan memperlambat prosedur bertemu dengan Gubernur Anies. Karena merangkul yang dimaksud Gubernur Anies saat berkampanye adalah merangkul dalam keberpihakan. Karena sekarang pihak mereka yang berkuasa, maka mereka-mereka saja yang akan saling merangkul.
Begitulah politik, meski katanya tidak ada teman dan musuh abadi, partai tidak mendukung tetap saja tidak akan dirangkul setelah selesai Pilkada. Tetapi lain hal kalau sudah mau dekat dengan Pilkada, maka pasti partai yang tidak didukung akan didekati. Dan yang sekarang akan menikmati kesuksesan bersama adalah partai yang mendukung.
Karena itu, sejak awal saya tidak pernah percaya dengan kata-kata Gubernur Anies saat kampanye. Orang yang dengan mudahnya pindah dari satu kubu ke kubu lain adalah orang yang paling susah dipercaya. Bayangkan saja, sampai dia rela berangkulan dengan FPI yang akhirnya menyandera dia untuk diangkat jadi Gubernurnya FPI.
Kalau Gubernur Anies sebut akan merangkul semua, itu sudah jelas adalah omong kosong. Kita tidak akan pernah bisa merangkul semua dalam politik. Akan selalu ada orang baik dan orang jahat, dan itu tidak akan bisa saling rangkulan. Karena hanya ada satu yang akan terjadi, yang baik jadi jahat atau yang jahat jadi baik.
Dan hal ini memang benar-benar terbukti dalam kepemimpinan Anies-Sandi. Orang baik yang mau bertahan baik tidak akan sanggup dirangkul oleh mereka, tetapi yang pura-pura baik sama Ahok saat kampanye, kini langsung terlihat baik. Salah satunya adalah Ketua DPRD DKI yang terlihat akrab dengan Anies-Sandi. Musuh dalam selimut.
Tirai balai kota ditutup, anggota DPRD mengeluh sulit bertemu, dan APBD penuh konspirasi adalah cerminan Jakarta lama yang bangkit kembali atau bisa dikatakan Jakarta Lama Reborn. Semua akan mengalami lagi jamannya Foke dan SBY yang penuh retorika dan pencitraan. Rakyat hanya jadi komoditas politik untuk memperkaya diri dan kelompoknya.
Biarlah ini jadi pelajaran bagi kita semua, supaya tidak salah memilih pemimpin lagi. Ada Pilkada dan ada juga Pilpres ke depan. Mari mulai bergerak ke bawah dan hadang semua pembusukkan nama orang-orang baik.
Salam Rangkul.