Memang sudah jadi nasibnya Jokowi selalu saja kena serang dan kritik oleh para lawan politiknya. Kalau memang yang dikatakan benar sebenarnya tidak masalah, tetapi kalau sudah nyinyir tidak masuk akal, rasanya jadi mengada-ada. Dan yang paling suka mengada-ada siapa lagi kalau bukan Fadli Zon.
Semalam di ILC, Fadli Zon kembali hadir dan menampilkan kemampuan nyinyirnya. Seperti sudah menyiapkan sebuah kalimat nyinyir yang menarik perhatian publik, Fadli Zon pun dengan percaya diri menyampaikan pendapatnya tentang Jokowi. Fadli dengan yakin menyebut Jokowi adalah seorang Kapitalis.
“Pak Jokowi ini kelihatan kerakyatan tapi mahzab ekonominya liberal mekanisme pasar. Mukanya kelihatan kerakyatan tapi isinya sangat liberal kapitalistik,” tuding Fadli.
Benarkah Jokowi memang kapitalis? Sayangnya, pernyataan Fadli itu tidak benar. Karena Jokowi jelas jauh dari tudingan tersebut. Bayangkan mana ada seorang liberal kapitalistik tetapi malah melakukan kebijakan bagi-bagi sertifikat gratis, lalu ada juga dana desa, belum lagi adanya BPJS serta program padat karya tunai. Seorang Kapitalis tidak akan menerapkan program seperti itu.
Jokowi muka kerakyatan dan memang melakukan program-program kerakyatan. Program yang saya sebutkan di atas adalah contohnya. Belum lagi bagaimana Jokowi begitu dekat dengan rakyat dan melindungi hak-hak rakyat kalangan menengah ke bawah. Yang paling dilindungi Jokowi adalah kalangan bawah dengan subsidi yang terarah.
Menyedihkan memang orang seperti Fadli. Kenyinyirannya membuat dirinya tidak bisa melihat fakta yang sebenarnya. Kalau kaum kapitalistik dibuat kapitalis saya pikir tidak ada salahnya. Jangan nyinyir kalau pertamax mengikuti harga pasar karena memang pertamax adalah untuk kalangan elit. Sedangkan premium dan kebutuhan lainnya masih dijaga oleh pemerintah.
Jadi, Jokowi memang menjadi orang bersejarah di dunia ini. Oleh lawan politiknya disebut sebagai komunis dan juga disebut kapitalis, padahal faktanya tidak ada kapitalis yang komunis begitu juga sebaliknya. Karena kapitalis dan komunis saling bertentangan.
Inilah akibat lawan politik tidak tahu apalagi yang mau dilakukan untuk menyerang dan mengkritik Jokowi. Akhirnya yang terjadi jadi gagal logika.
Salam Gagal Logika.