Sering sekali orang yang tidak bisa kendalikan mulutnya, pada akhirnya malah tidak sadar kalau dirinya sedang mengungkap sebuah modus rahasia tanpa dia sadari. Kelemahan orang yang sulit kendalikan mulutnya adalah dia terus saja bicara tanpa sadar akhirnya membocorkan sesuatu. Karena itu, saya paling menghindari menceritakan hal sensitif dan rahasia kepada orang seperti itu.
Nah, orang-orang seperti Fadli Zon dan juga Fahri Hamzah adalah model orang yang sangat sulit menjga rahasia. Keseringan ngomong awut-awutan membuat mereka sering tidak sadar telah membuat diri mereka jadi tampak bodoh. Seperti kasus Fahri yang kena skak Prof Mahfud soal kata depan atau awalan “ter”. Prof Mahfud pun mengakhiri dengan tertawa Hahahaha..
Sama dengan Fahri, Fadli tidak lepas juga dari kebodohan-kebodohan pernyataannya. Masalah bom panci yang disalahkan panci dan tukang pancinya. Sebuah logika aneh dan masih banyak lagi kalau mau kita telusuri akun twitter resminya. Dua orang ini memang sangat menikmati imunitas berbicara meski tidak sadar jadi tampak bodoh.
Baru-baru ini, Fadli Zon kembali mengeluarkan pernyataan nyelekit tetapi malah seperti sedang menguak sebuah fakta mengenai aksi busuk Pilkada Jakarta. Fadli yang suka asal bunyi ini menyinggung hasil survei yang dibuat oleh beberapa lembaga survei yang mengunggulkan Presiden Jokowi di tempat pertama jauh meninggalkan para pesaingnya.
Bahkan jagoannya Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak mampu mendekati elektabilitas Presiden Jokowi. Hasil survei yang sepertinya menjadi alasan Prabowo lebih banyak diam daripada bersuara. Karena setiap berbicara, Prabowo bukan meningkatkan elektabilitas, tetapi malah menurunkan.
Fadli Zon pun mengatakan bahwa lembaga survei sekarang banyak memenangkan Presiden Jokowi pada akhirnya akan kecele lagi. Seperti saat Pilkada Jakarta yang salah prediksi. Fadli seperti sedang mengindikasikan bahwa Presiden Jokowi akan bernasib sama dengan Ahok yang diunggulkan lembaga survei tetapi kalah di Pilpres.
Dari pernyataannya ini sangat jelas arah dan maksud pernyataannya. Fadli sedang ingin mengingatkan kepada kita semua, bahwa apa yang terjadi kepada Ahok di Pilkada Jakarta, bisa saja terjadi kepada Presiden Jokowi. Elektabilitas dan tingkat kepuasan tinggi tetapi kalah dalam pemilihan. Kalau begitu, maka Presiden Jokowi bisa saja akan mengalami apa yang dialami Ahok.
Apa yang dialami oleh Ahok?? Kriminalisasi besar-besaran atas ucapan yang mana umat muslim tidak ada yang sepakat bahwa pernyataan itu satu tafsir melainkan multi tafsir. Bahkan mereka juga gunakan pasal hukum yang dipakai Orba yang sudah tidak lagi relevan di era reformasi. Ahok memang benar-benar dihabisin dengan dana unlimited. Bayangkan saja pendemo datang banyak menggunakan pesawat dari daerah-daerah.
Lalu apa yang bisa dipakai untuk mengkriminalisasi Presiden Jokowi?? Ada satu kemungkinan. Menggunakan isu komunis. Memang saat ini gagal, tetapi isu ini menurut prediksi saya akan terus digoreng dan dicampur dengan bumbu Islamphobia. Mampukah menjungkalkan Presiden Jokowi?? Bisa iya, bisa tidak.
Iya kalau kita diam dan tidak melindungi Presiden Jokowi seperti Ahok, tidak kalau kita terus membungkam mereka dan mengingatkan yang lain tidak teroancing isu hoax seperti aksi 212. Kalau hal ini berhasil diredam, maka kita hanya akan melihat kumpulan orang bodoh demo mengadu domba anak bangsa tetapi tidak ada kekuatan apa-apa seperti aksi 299 kemarin.
Dalam sebuah diskusi, saya dan beberapa teman melihat bahwa kalahnya Ahok karena kita terlambat bersuara dan melindungi Ahok. Nasi sudah jadi bubur dan terpaksa dibuat bubur ayam. Itulah mengapa meski Ahok kalah, kita bisa lihat para lawan dibungkam dan diaduk-aduk seperti makan bubur ayam supaya nikmat.
Kini, kita jangan lagi makan bubur ayam, karena tidak akan ada lagi sosok yang bisa membuat bubur ayam. Presiden Jokowi adalah harapan terakhir perubahan yang kita harapkan. Karena itu, mari kita buat supaya dalam Pilpres ini kita makan nasi tumpeng, bukan nasi sudah menjadi bubur. Caranya?? Tidak henti-henti saya ajak kita rapatkan barisan.
Serangan di media sosial akan semakin gencar dan beringas. Peran kita adalah membungkam dan melawan mereka. Itulah mengapa saya dan beberapa teman bangun Indovoices. Kalau mereka punya saracen dan seribu banyak akun menyerang Presiden Jokowi, maka kita harus perbanyak serangan. Salah satunya melalui Indovoices ini. Supaya kalau ada yang sedang down kena serang atau hack, akan selalu ada serangan.
Jika ada yang tertarik menjadi penulis, kami dengan senang hati menerima menjadi penulis. Ada yang tertarik menjadi komentator dan bahkan juga menjadi tukang share kami juga dengan senang hati menerima. Kita harus rapatkan barisan dan bersama mengawal perubahan ini. Jakarta boleh direbut, Indonesia harus kita kuasai.
Mari bersama jaga dan lindungi Presiden Jokowi.
Salam Dua Periode.