Biar ada lawak-lawaknya. Itu adalah salah satu komentar teman saya ketika menyaksikan sebuah pertandingan langsung sepakbola di televisi. Hal itu dikatakan karena dalam sebuah pertandingan, seorang pemain melakukan tindakan diving. Mencurangi pemain lawan dan juga wasit. Padahal saya seorang penonton yang mengharapkan tim A menang. Yang pasti salah satu pemain tim B melakukan diving. Ketika mendengar apa yang teman saya katakan, emosi saya mulai reda.
Ini adalah sepenggal cerita kehiduapan saat ini. Kita sering disuguhkan beberapa berita yang menghebohkan. Kejadian atau peristiwa terjadi di Ibukota Jakarta. Tetapi bisa dipastikan, nasional akan menyaksikan. Karena apa yang terjadi di ibukota, menjadi santapan yang lezat dan nikmat bagi media elektronik dan media massa.
Yang menjadi sorotan tentu saja Gubernur Jakarta dan Wakil Gubernur Jakarta. Anies Baswedan sebagai Gubernur dan Sandiaga Uno sebagai Wakil Gubernur. Mereka berdua adalah sepasang pemimpin saat ini. Mereka sering menjadi sorotan. Apakah karena proses pemilihan yang terjadi, ketika mereka berhasil menduduki kursi No. 1 dan No. 2 di DKI Jakarta? Bisa saja hal ini salah satu faktor utamanya.
Di balik itu ketika mereka berdua telah menjadi sorotan publik. Tingkah laku dan juga apa yang mereka lakukan menjadi buah bibir di masyarakat. Kita masih ingat, apa yang dilontarkan oleh anies Baswedan ketika berpidato pertama kali sebagai Gubernur Jakarta. Sebuah kata membaur dalam ucapannya yang menyelipkan kata “pribumi”. Wah sangat kontroversi sekali apa yang katakan.
Banyak pihak menyayangkan apa yang dia katakan. Tindakan melaporkan Anies dilakukan oleh beberapa pihak yang tidak setuju dengan apa yang dia ucapkan. Kemudian muncul juga kalimat dari dia yang juga viral ketika mengatakan yang melihat Belanda datang ke Nusantara hanya Jakarta. Wah … sepertinya saya harus kembali ke SD lagi belajar sejarah.
Demikain juga ketika mengatakan akan dibangun “rumah lapis”. Karena begitu banyaknya reaksi yang tidak sepaham dengan kata tersebut. Anies baswedan mengklarifikasi ucapannya dengan mengatakan bahwa rumah lapis hampir sama atau mirip dengan rumah susun. Sungguh sangat jauh keterbukaan dan keeleganan ketika sebuah kalimat diganti kosa katanya, padahal memiliki arti yang sama.
Demikian juga dengan Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Banyak pernyataan dia yang sering menimbulkan kecurigaan publik. Tanda tanya besar dikeluarkan. Benarkah Sandiaga Uno bisa memimpin Ibukota Jakarta? Wajar pernyataan ini keluar. Melihat dari beberapa pernyataan yang keluar dari Sandiaga Uno. Salah satu yang sangat diingat oleh masyarakat adalah kata “pasukan langit”.
Sampai saat ini saya sering bertanya-tanya. Maksud dari kalimat tersebut apa ya? Bahkan saya sempat berimajinasi. Apakah pasukan langit yang dimaksud adalah pasukan yang mencoba menangkap Son Go Kong, karena telah melakukan kekacauan di dunia langit (terinspirasi dari film Son Go Kong-Raja Kera). Tidak salah dong berimajinasi… sama seperti imajinasi Sandiaga Uno. … hehehe
Kalimat yang dilontarkan oleh Sandiaga Uno tentu saja membuat masyarakat Jakarta kebingungan. Bukan hanya masyarakat Jakarta. Masyarakat Nasional juga keheranan dan kebingungan dengan kata pasukan langit. Benarkah ada pasukan langit? atau itu hanya imajinasi Sandiaga Uno saja. Tetapi kita sangat mengharapkan pemimpin itu memakai logika.
Ketika Sandiaga Uno dibentak oleh salah seorang tukang ojek. Dia menuduh bentakan tersebut adalah penghinaan terhadap lambang negara. Setelah para jurnalis meminta apa maksud dari pernyataan Sandiaga Uno. Dia melakukan klarifikasi, dengan mengatakan maksud dia adalah ingin mengatakan penghinaan terhadap pejabat negara.
Kejadian tersebut adalah beberapa keanehan dan kejanggalan yang dilakukan oleh pemimpin baru DKI Jakarta. Kita bisa melihat dan sangat berharap bahwa Jakarta memiliki pemimpin sesuai dengan zamannya dan kesusahannya sendiri. Tetapi kita juga sangat berharap Jakarta menjadi semakin maju. Terutama dari segi pembangunan infrastrukturnya. Karena masyarakat Indonesia memiliki kecendrungan melihat pembangunan berhasil dari segi apa yang dapat di lihat oleh mata.
Atau jangan-jangan ini adalah salah satu strategi politik untuk bisa memanfaatkan sifat naluriah manusia yaitu memaafkan. Karena apa yang telah tim sukses mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan kemenangan mereka. Bisa dimaafkan dengan memanfaatkan momentum klarifikasi.
#100HariKepemimpinanAniesSandi
Begitulah….