Dua gelombang demo sekaligus dalam sehari di lokasi berbeda di Jakarta menghantam gubernur Anies. Keduanya memiliki kesamaan tujuan: menuntut keadilan atas kebijakan yang dilakukan sang gubernur.
Para sopir angkot M 44 jurusan Kampung Melayu-Karet Kuningan memblokir jalan jembatan layang Tebet-Kampung Melayu senin lalu. Mereka protes semakin banyaknya bus Transjakarta jurusan Kampung Melayu-Tanah Abang membuat seret sewa angkot mereka.
Satu lagi demo datang dari warga Tanah Abang yang merasa tidak terima karena akses jalan rumah mereka terisolir oleh lapak PKL Jatibaru. Bayangkan jika gang depan rumah anda ditutup, mobil tak bisa masuk, parkir susah, dan jika terjadi bencana kebakaran, akan sangat menyulitkan evakuasi. Saya yakin andapun akan protes dengan keputusan ini.
Teori merangkul semua
Demo-demo ketidakpuasan warga sekali lagi menunjukkan bahwa janji keberpihakan, merangkul semua, dan melibatkan partisipasi warga dalam setiap memutuskan kebijakan gagal dipenuhi oleh gubernur Anies.
Kita ingat janji gubernur Anies untuk merangkul semua kalangan pernah dipatahkan oleh Ahok saat debat kampanye pilkada lalu:
“Pak Anies mengatakan akan merangkul semua, tidak bisa! Koruptor tidak bisa saya rangkul, preman tidak bisa saya ajak bicara, tugas kami menjalankannya aturan, tidak mungkin semua kami akomodir”
Kira-kira begitulah bantahan Ahok kala itu. Dan ucapan Ahok terbukti. Tidak semua keputusan yang diambil Pemprov DKI Jakarta saat ini melibatkan partisipasi warga. Dan tidak pula semua kebijakan diterima semua kalangan masyarakat. Gelombang demo yang bertubi-tubi mengkonfirmasi kegagalan “teori merangkul semua” ala gubernur Anies ini.
Jadi apakah salah jika Ahok mengatakan: “saya tidak ingin membohongi warga hanya demi pilkada”? Faktanya, apa yang disampaikan gubernur Anies hanya sebatas teori. Tetapi nol besar pada prakteknya!
Untuk melihat teori gubernur Anies yang lain silahkan baca artikel ini :
https://www.Indovoices.com/umum/teori-gubernur-anies-air-langit-dimasukkan-kedalam-bumi-mengapa-dipompa-ke-laut/
Tak merasa paling benar
Dan ini menarik! Demo, kritikan dan desakan warga yang dilakukan selama ini sering membuahkan hasil. Lihat saja jalan Jatibaru sekarang sudah dibuka untuk angkot akibat desakan para sopir angkot. Beberapa pos anggaran terpaksa dicoret karena kritikan pedas dari DPRD maupun masyarakat.
Beberapa waktu yang lalu dalam acara Mata Najwa, gubernur Anies mengatakan bahwa dirinya tidak ingin ngotot dan merasa semua keputusannya paling benar seperti yang dilakukan gubernur sebelumnya. Oleh karena itu terbuka ruang dialog untuk menemukan solusi yang pas. Sekilas, kalimat gubernur Anies ini sangat demokratis, tetapi keliru menurut saya.
Pernyataan gubernur Anies ini malah semakin menegaskan ketidakmampuan dan kebingungannya harus bagaimana mengatasi permasalahan di Jakarta. Sialnya, sang wakil juga setali tiga uang, untuk sesuatu yang sulit malah ingin mengadakan sayembara, apa tidak menyedihkan!
Semestinya gubernur Anies konsisten dengan pendiriannya jika memang kebijakannya dirasa solutif, sehingga terlihat mantap dan ada wibawa pemerintah disitu. Tetapi membuka ruang dialog untuk sebuah kebijakan yang sudah terlanjur diterapkan menggambarkan bahwa gubernur Anies gamang dan serba canggung memutuskan sesuatu.
Demo sopir angkot memprotes banyaknya armada bus transjakarta seharusnya tidak perlu ditanggapi oleh gubernur Anies jika memang Ok-Otrip adalah solusi yang tepat untuk trasportasi warga Jakarta. Memang harus sedikit memaksa jika ingin benar-benar membenahi transportasi Ibukota.
Namun jika hanya dengan sedikit tekanan demo lalu kebijakan yang sudah diambil bisa berubah, ini akan menunjukkan bahwa pemerintah lemah. Implikasinya jelas, wibawa gubernur Anies akan semakin turun dimata warga Jakarta.
Dan rupanya hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh warga yang memang merasa diperlakukan tidak adil oleh gubernur Anies. Sehingga jangan heran jika kedepan nanti akan semakin banyak desakan-desakan warga berdemo menuntut sesuatu kepada gubernur Anies.
Dan kita akan lihat, akankah bus Transjakarta Kampung Melayu-Tanah Abang dikurangi hanya karena demo sopir angkot? Apakah lapak PKL Jatibaru akan dibongkar terpengaruh desakan warga? Apakah jalan Jatibaru juga akan segera dibuka atas rekomendasi kepolisian? Jika itu yang terjadi, betapa lemahnya pemerintahan gubernur Anies saat ini.
Tetapi jika gubenur Anies ngotot dengan kebijakannya, lalu apa bedanya anda dengan Ahok yang anda katakan sewenang-wenang itu? Serba salah bukan! Itulah akibatnya membohongi warga hanya demi pilkada.
Selamat intropeksi diri!!