Tepat seminggu pasca pelantikan Gubenur dan Wakil DKI Jakarta , Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Uno resmi menutup Hotel “A” dengan alasan menjaga moralitas warga DKI Jakarta. Hal tersebut dilakukan karena sesuai dengan janji kampanyenya pada Pilkada DKI Jakarta beberapa bulan lalu.
Hotel “A” belakangan ini memang sudah dikenal oleh masyarakat DKI Jakarta sebagai tempat prostitusi dengan alibinya tempat SPA. Sebelumnya, memang sudah banyak penolakan dari warga DKI Jakrta atas dibukanya Hotel “A”. Khususnya, bagi masyarakat yang tinggal disekitar wilayah Hotel tersebut.
Namun, 2 bulan kemudian Pemerintah DKI Jakarta mendukung diselenggarakannya acara fesitval dugem yang digelar oleh “DWP”. Walaupun, sudah mengantongi izin dari Kadisparbud DKI, namun banyaknya respon negatif dari masyarakat. Terutama Organisasi Betawi yang menolak event yang diadakan di Jiexpo Kemayoran tersebut.
Event setahun sekali tersebut dianggap telah merusak moral bangsa Indonesia, terutama warga DKI Jakarta.Seperti, dari gaya pakaian pengunjung hingga sponsor minuman keras yang medukung Event tersebut.
Beberapa sumber yang didapat dari berbagai media bahwa Wakil Gubenur DKI Jakarta, Sandiaga Uno medukung acara tersebut. Menurutnya, event itu bisa dimanfaatkan untuk menambah kas DKI Jakarta.
Padahal, jika dilihat dari segi moralitas festival DWP tersebut memang layak untuk ditutup, karena nantinya akan merusak moral generasi bangsa.
Event tersebut juga berdampak pada rusaknya budaya asli Jakarta. Generasi kekinian Jakarta akan lupa dengan budaya asli Jakarta. Seperti misalnya, ondel-ondel yang dewasa ini mulai dilupakan oleh generasi milenial.
Kalo untuk menambah pendapatan DKI Jakarta mengapa harus mendukung acara itu yang berdampak buruk bagu kaum muda. Masih banyak sumber pendapatan DKI Jakarta lainnya.
Seharusnya, Anies-Sandi bisa konsisten dengan janjinya ketika menutup Alexis karena untuk menjaga moral warga Jakarta. Sedangkan, acara event dugem yang jelas-jelas merusak moral malah didukung, dengan alasan untuk menambah pendapatan Provinsi DKI Jakarta
Memang nasi sudah menjadi bubur, acara tersebut tetap terselenggarakan. Untuk itu saya sebagai warga DKI Jakarta berharap agar event dugem tersebut dilarang ditahun depan. Jika tahun depan masih dukung, Ya saya pribadi ragu dengan janji-janji Anies-Sandi lainnya.