Foto dan video Gubernur DKI Jakarta yang naik kereta rel listrik (KRL) commuterline menjadi buah bibir. Foto dan video yang ditampilakan dalam akun instagram resmi ini sontak membuat netizen memberikan ragam sespon dan tanggapan. Ada yang mengatakan bagus dan merakyat, tetapi ada juga yang membully.
Yang mengatakan bagus dan merakyat tentu saja adalah mereka yang memang mendukung Anies Baswedan, sedangkan yang membully adalah mereka yang tidak mendukung Anies. Tetapi apakah yang tidak mendukung semuanya membully Anies?? Saya pikir tidak.
Saya sendiri bukanlah orang yang menyukai Anies sebagai Gubernur Jakarta, tetapi saya tidak ikut membully Anies. Mengap saya tidak ikut membully?? Karena saya tahu bahwa foto digambar tersebut hanyalah sebuah pencitraan atau semua sesi berfoto Anies supaya tampak merakyat dan dicuekin.
Logikanya saja, tidaklah mungkin Anies tidak dimintai berfoto oleh orang-orang yang ada di KRL. Dan kalau ada memang yang tidak suka Anies, bukan berarti juga tidak ada orang yang memfoto Anies atau selfie dengan Anies. Sebagai Gubernur, pasti ada saja yang ingin berfoto dengan beliau.
Sayangnya, orang-orang yang tidak mendukung Ahok sudah terlanjur termakan umpan Anies, atau sebenarnya Anies tidak membuat umpan, mungkin kitanya saja yang terlalu terobsesi dengan Anies. Padahal kalau diamati dengan seksama, foto Anies itu hanyalah sebuah sesi pemrotetan sehingga yang ada di dalam kereta tidak membuat gaduh.
Anies yang menampilkan bagaimana dirinya naik KRL tersebut sebenarnya ingin melakukan penctiraan atau dengan kata terlihat sebagai orang yang merakyat. Tetapi karena memang aslinya tidak merakyat, Anies butuh momen-momen setingan untuk menampilkan dirinya merakyat.
Beberapa hal sudah dilakukannya, seperti ikut membersihkan kali atau got, lalu ikut dalam aksi bersih-bersih, dan terakhir adalah naik KRL. Anies sepertinya sengaja membuat dan menampilkan foto serta videonya untuk dilihat oleh publik.
Masih ingat bagaimana saat kampanye, Anies juga buat akting membangun rumah?? Yah seperti itulah juga strateginya saat naik KRL. Melakukan sebuah akting pencitraan demi dipandang sebagai seorang pemimpin yang merakyat.
Hal ini memang perlu dikejarkan dengan segera oleh Anies karena sudah mendekati pilpres 2019. Kalau tidak dilakukan sekarang aksi pencitraan merakyat dan kebijakan populis seperti becak dan membiarkan PKL Tanah Abang menguasai jalan Jatibaru, maka Anies akan sulit menaikkan elektabilitasnya.
Jadi, orang-orang yang tidak mendukung Anies harus paham dengan setingan pencitraan Anies. Jangan sampai kita bully dengan gencar dan menyindir, padahal kenyataannya seperti itu. Bisa-bisa orang yang sebenarnya tidak mau mendukung Anies pun malah jadi mendukung Anies karena habis Anies kita bully.
Dan gara-gara orang-orang tersebut, kini Anies mendapatkan dua cap baru nan indah. Tampil merakyat dan dibully. Kalau kita terus lakukan ini, membully tanpa pikir panjang, bisa-bisa simpati publik yang masih mengambang akan mendukung Anies. Karena itu, lebih baik jangan membully kalau itu nantinya malah jadi bumerang.
Selamat terus berjuang pencitran merakyat Pak Anies. Tetapi maaf, tipu-tipuan seperti itu tidak akan berhasil kepada saya.
Salam Pencitraan.