Beberapa wacana sudah mengemuka terkait tokoh-tokoh yang akan maju menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Beberapa nama dimunculkan untuk maju dalam perhelatan Pilpres 2019. Ada nama lama dan ada juga bama baru. Untuk capres nama yang memungkinkan untuk maju adalah Jokowi dan Prabowo.
Tidak seperti Prabowo yang beberapa kali tampil menyerukan dirinya menjadi Presiden 2019, Jokowi sampai saat ini belum ada mengungkapkan apapun terkait rencana Pilpres 2019. Jokowi yang sudah dideklarasikan sebagai capres oleh Golkar, PPP, Nasdem, dan Hanura masih adem ayem saja. Tipikal yang memang ciri khas Jokowi.
Menariknya meski Jokowi belum ada menyatakan apapun, beberapa nama sudah dinaikkan untuk menjadi cawapres Jokowi. Syarat utamanya seperti yang sudah banyak mengemuka adalah tokoh religius. Syarat ini pertama kali dikemukakan oleh JK yang akhirnya dijadikan sebuah dasar pengambilan keputusan Jokowi untuk cawapresnya. Seperti merasa bahwa tokoh religius yang dimaksud adalah kriteria yang cocok untuk mereka, Muhaimin Iskandar dan Romahurmuzy mulai memunculkan diri mereka sebagai cawapres.
Ramainya baliho Cak Imin dan Gus Romy memang jadi isyarat bahwa mereka ini sudah memantapkan diri mendampingi Jokowi. Tetapi apakah mereka memang sudah pantas mendampingi Jokowi?? Jangan sampai alasan mereka dipilih hanya karena tokoh religius saja. Bisa-bisa malah memberatkan Jokowi ke depannya. JK meski adalah strategi mengamankan jalan Jokowi, tetap saja punya kapasitas yang tidak diragukan. Karena itu, wajar kalau akhirnya muncul nama JK untuk kembali jadi Wapres Jokowi untuk periode keduanya. Mungkinkah hal ini akan terjadi??
Kalau melihat waktu di Solo, Jokowi memang tidak mengganti wakilnya saat maju pada periode kedua. Tetapi dengan usia JK yang sudah 75 tahun, rasanya terlalu dipaksa kalau JK yang dipilih. Seolah-olah tiada lagi calon lain yang bisa dampingi Jokowi.
Sebenarnya saya sudah pernah menuliskan mengenai kriteria ini saat JK menyebutkan syarat cawapres Jokowi dalam Rakernas Nasdem. Menurut saya, hal tersebut adalah cara JK mengunci Jokowi supaya tidak lari dari platform nasionalis-religius yang jadi pakemnya JK. Apalagi, JK sangat yakin tokoh religius bisa dipegangnya. Apalagi saat ini semakin nyata kriteria tersebut dengan isu yang dimainkan.
Kejadian yang ramai saat ini membuat kriteria tersebut pada akhirnya menjadi pilihan mati bagi Jokowi. Benarkah untuk menentramkan isu ini cawapres Jokowi harus tokoh religius?? Maaf kata, semoga kita tidak lupa kalau sekarang Wapres Jokowi itu tokoh religius yang sangat kuat. Buktinya?? Tetap tidak ada pengaruh apa-apa.
Karena itu, kalau memang isu SARA dan intoleransi jadi tantangan Jokowi dan jebakan JK yang menyebut cawapres Jokowi harus tokoh religius, maka saya memberikan alternatif lain. Bagaimana kalau cawapresnya adalah seorang mantan militer?? Bukankah itu akan mengamankan Jokowi dari semua serangan?? Tetapi bukan seorang mantan mayor bernama AHY, melainkan seorang Jenderal.
Siapa? Bisa saja nama Moeldoko dipersiapkan. Kesengajaan sepertinya dilakukan dengan menempatkan Moeldoko di Istana. Apakah ini tanda mempersiapkan Moeldoko?? Yah, namanya juga kita menawarkan solusi, bisa diterima bisa tidak. Tergantung bagaimana Jokowi akan memilih.
Tetapi entah kenapa, feeling saya saat menulis ini masih saja teringat satu tokoh yang bisa saja mengejutkan kita. Siapa lagi kalau bukan Ahok. Semoga ini hanya feeling saja dan tidak perlu jadi kenyataan. Hehehe..
Salam Cawapres.