Salah satu program Anies-Sandi yang sampai jelang pelantikan menjadi paling banyak pertanyaan dan menjadi kebingungan bersama, baik yang menjanjikan dan juga yang dijanjikan, adalah progam rumah DP 0%. Dari awal program yang menjadi jualan kampanye pasangan Anies-Sandi ini tidak pernah pasti. Bahkan kalau mau direview balik, ini adalah program yang paling banyak direvisi.
Revisi mulai dari namanya yang berganti-ganti, sampai kriterianya juga berubah-ubah. Perbedaan penyampaian antara Anies dan Sandi serta tim pemenangan juga terjadi berkali-kali. Nama berubah dari rumah tanpa DP, menjadi rumah DP 0 sampai akhirnya menjadi rumah dengan DP 0%. Padahal, meski nama diubah-ubah tetap saja tidak mengubah esensinya, yaitu bisa dapat rumah tanpa bayar DP.
Bukan hanya nama, ketentuan untuk mendapatkannya pun berubah-ubah. Awalnya untuk masyarakat menengah ke bawah, gaji maksimal 7 juta, lalu berubah kisaran 3,5 juta sampai 7 juta, lalu muncul lagi minimal 7 juta. Karena yang menjanjikan bingung menentukan bagaimana model pembiayaannya, akhirnya kubu Anies-Sandi memilih bungkam dan memperjelasnya setelah pelantikan.
Pilihan bungkam ini memang menjadi pilihan terbaik daripada mereka semakin tampak kebodohannya dan semakin tampak bahwa program ini bukanlah program yang sudah dipikirkan matang. Kalau dipikirkan matang pasti tidak akan pernah berubah-ubah, tetapi ini begitu ada yang kritik langsung berubah. Apa begini nanti saat mereka berkerja?? Berubah-ubah tidak menentu??
Program rumah DP 0% ini akan menjadi salah satu program yang akan terbongkar tipu-tipunya. Mereka dengan sendirinya akan malu karena program mustahil ini akhirnya akan terus berubah sampai masuk akal. Masuk akal karena akhirnya tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat bawah. Padahal, program mereka ini awalnya untuk warga miskin yang terkena gusur.
Dalam sebuah iklan, Pandji yang jadi jubir Anies-Sandi mengatakan program ini adalah untuk masyarakat menengah ke bawah. Tetapi saat dikonfirmasi, masyarakat bawah itu ternyata bukanlah masyarakat miskin. Kalau memang bukan untuk masyarakat miskin, kenapa tidak bilang saja untuk masyarakat menengah?? Apakah memang sengaja menyebut masyarakat menengah ke bawah?? Itu menipu namanya.
Bagi @pandji ini disebut "Bahasa Iklan", tapi bagi yg kritis ini adalah PENIPUAN.
Janji Maksimal 7 juta tapi realisasinya Minimal 7 juta pic.twitter.com/8pKiF5Xjqm— #99 (@PartaiSocmed) October 13, 2017
Menurut saya dan semua yang punya nalar dan sudah kebal sehingga tidak lagi bisa ditipu, program rumah DP 0% ini jelas adalah program tipu-tipu. Ini adalah gimmick untuk kampanye tapi tidak akan pernah terealisasi. Alasan apapun akan disampaikan sampai pada akhirnya mereka minta waktu tambahan. Padahal sudah jelas ini program tidak mungkin dilakukan dalam kapasitas Pemerintah Daerah.
Sekarang saja, sudah mulai kubu partai pengusung Anies-Sandi menyebut program DP 0% tidak langsung bisa dilakukan gara-gara Djarot. Padahal masalahnya bukan di Djarot, tetapi masalahnya di logika berpikir terhadap program mustahil tersebut. Lah, pemerintah pusat saja yang punya dana APBN bejibun cuman berani kasih DP 1%, Anies-Sandi malah DP 0%.
Kelakuan Anies-Sandi ini mirip seorang cowok alay dan tukang gombal yang selalu mengatakan kepada gadis-gadis untuk membelah dadanya sebagai bukti cinta sejati, tetapi begitu mau dibelah dadanya langsung bilang itu hanya kiasan. Program DP 0% ini pun ujug-ujugnya begitu juga, ketika ditagih maka bilangnya tinggal alasan klise, “Kami sudah berusaha, tetapi tidak cukup dananya”.
Kalau sudah begini, lalu apa yang mau dikata?? Para penipu berhasil sudah menguasai Jakarta. Lalu apakah kita berharap Jakarta dipimpin dalam sebuah kejujuran dan integritas?? Jangan harap. Ketika merebut sesuatu dengan menipu, maka tipu-tipuan lain akan dilakukan. Karena bagi mereka menipu itu lumrah dan halal hukumnya. Seperti tidak ada perasaan bersalah.
Inilah yang membedakan Ahok-Djarot dengan mereka. Ahok-Djarot kampanyenya manusiawi dan masuk akal. Mereka tidak mau melakukan gimmick kampanye meski itu memungkinkan. Karena mereka mementingkan kejujuran dan ketulusan. Tidak pernah lahir ketulusan dan pengabdian dari sebuah usaha menipu.
Dan untuk itulah, maka kita jangan biarkan mereka ini, para penipu ulung, tenang memimpin Jakarta. Kita blow up semua usaha tipu-tipu mereka. Setiap ada yang ganjil laporkan dan blow up ramai-ramai. Ibarat kunci rumah kita kasih kepada penjaga tukang tipu, maka CCTV kita pasang berlipat-lipat. Supaya rumah kita tidak diobrak-abrik dan semua harta ludes tanpa tersisa.
Saya sudah menetapkan diri menjadi seorang oposisi. Akan menjadi pengawas dan pengawal kebijakan-kebijakan di Jakarta. Ahok bisa mereka penjarakan, tetapi garangnya Ahok menjaga APBD dari para garong tidak akan bisa dipenjarakan. Ahok bisa dipenjarakan, tetapi ide dan perjuangannya wajib kita lanjutkan. Anda mau gabung?? Ayok sama-sama kita lanjutkan perjuangan Ahok.
“Makanya banyak yang mau tebang saya. Saya sudah tebak perjalanan ini, ke mana. Semua bisa penjarakan Ahok, tapi enggak bisa penjarakan ide saya,” ucap Ahok.
Salam Kawal Tukang Tipu.