Presiden Jokowi memang tidak habis-habisnya diserang oleh para lawan politiknya. Mulai dari disebut Presiden boneka sampai baru-baru ini disebut sebagai seorang Presiden yang diktator. Kritikan yang terus menerus ini membuktikan bahwa Jokowi memang sudah membuat para lawan politik gundah gulana.
Bagaimana tidak gundah gulana, Jokowi berhasil menohok para lawwan politik dengan tingkat kepuasan publik dengan poin 80 yang disurvei oleh sebuah lembaga di luar negeri. Bahkan kalau melihat tingkat kepuasan yang disurvei oleh lembaga survei nasional pun, Jokowi tetap memperoleh tingkat kepuasan di atas 70 persen. Sangat memuaskan.
Tingginya tingkat kepuasan kepada Jokowi ini tidak berubah sedikit pun saat Jokowi mengeluarkan Perppu Ormas. Bahkan diyakini tindakannya ini akan membuat elektabilitasnya dan kepuasan rakyat semakin tinggi. Apalagi, jika nanti benar ormas FPI dibubarkan dengan Perppu ini.
Pembubaran FPI akan menjadi sebuah kesuksesan luar biasa yang akan dicapai oleh Jokowi karena selama ini sudah banyak rakyat yang eneg dan jengah melihat kelakuan ormas intoleran ini. Karena itu, banyak yang menginginkan ormas ini bubar tetapi selalu saja sulit dilakukan. Dengan adanya Perppu Ormas ini, pemerintah tidak lagi ada alasan membubarkannya.
Nah, dari sudut pandang yang ebrbeda, para lawan politik Jokowi malah melihat ini sebagai tindakan represif dan tindakan seorang diktator. Entah darimana orang-orang ini membangun argumen politiknya, tetapi menyebut Jokowi diktator karena menerbitkan Perppu ini adalah sebuah logika ngawur bin ngaco.
Bagaimana tidak ngawur, Perppu ini tidak ada membuat rakyat merasa tertindas, malah membebaskan rakyat dari sweeping dan persekusi yang dilakukan oleh ormas-ormas intoleran. Melalui Perppu ini, mereka bisa dengan segera tanpa pengadilan dibubarkan.
Jokowi pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan para lawan politiknya tersebut. Jokowi merasa heran atas isu yang menerpa dirinya. Sebab, ketika awal menjabat Presiden ketujuh RI, Jokowi diterpa isu bahwa dirinya tidak tegas, “klemar-klemer” hingga “Presiden ndeso”. Namun, kini isunya malah berbalik. Jokowi dituding otoriter.
“Awal-awal kan banyak yang menyampaikan, saya Presiden ‘ndeso’, Presiden tidak tegas, klemar-klemer,” ujar Jokowi.
“Eh begitu kami menegakkan undang-undang, malah balik lagi. Loncat menjadi otoriter, diktator. Yang benar yang mana? Yang klemar-klemer, yang ndeso atau yang diktator dan otoriter?” kata dia.
“Sekarang di medsos banyak yang menyampaikan, Pak Presiden Jokowi itu otoriter, diktator. Masa wajah saya kayak gini wajah diktator,” lanjut Jokowi sembari disambut riuh para tamu acara.
Pernyataan Jokowi ini kembali dilawan oleh para lawan politiknya dengan menampilkan para diktator yang punya wajah tidak garang tetapi adalah seorang diktator. Padahal Jokowi bermaksud guyon saja, tetapi ditanggapin seriuus sama para lawan politiknya. Sampai bawa-bawa tampang Hitler yang menurut mereka mirip Charlie Chaplin tetapi berlaku kejam.
Ini salah satu pelaku ngawurnya..
Mereka ini memang terlalu serius menangggapi respon dari Jokowi. Lalu benarkah memang Jokowi diktator?? Darimana kita melihat seseorang diktator atau tidak?? Simak video berikut ini, apakah ini pantas disebut diktator??
Keluar dari Istana negara Yogya (Gedung Agung), mobil Presiden tiba2 berhenti. Paspamprespun berhamburan ? pic.twitter.com/EwxfrNNNCc
— ꦩꦸꦂꦠꦝ (@MurtadhaOne) August 9, 2017
Apa iya ada diktator yang seperti ini?? Yang ada malah jadinya buat repot para paspampres. Dimana-mana diktator itu tidak seperti Jokowi ini. Sangat ditakuti dan sangat dijauhi. Bahkan rakyat pasti berpikir jika mau menemui pemimpin yang diktator.
Coba saja bandingkan bagaimana Jokowi yang hobi guyon dengan Presiden semodel Soeharto dan SBY yang anak kecil saja dibuat takut dengan respon dan pernyataan mereka. Bahkan SBY pernah menegur anak yang ngantuk karena mendengar pidatonya yang membosankan.
Jokowi jelas sangat berbeda. Bukan karena dari tampangnya saja melainkan karena kedekatannya dengan rakyat. Video tadi adalah bukti yang tidak terbantahkan bagaimana Jokowi sangatlah tidak pantas disebut seorang diktator.
Rakyat tidaklah bodoh dan tidaklah sepicik para lawan politik Jokowi. Mereka pasti tidak akan bisa menurunkan elektabilitas dan kepuasan publik kepada Jokowi dengan isu-isu ngawur seperti ini. Isu yang aneh dan bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Apalagi di dunia medsos seperti ini, semua bisa diakses dan bisa diketahui oleh rakyat.
Jadi, masih mau sebut Jokowi diktator??
Salam Diktator.