Sudah lama sebenarnya masalah kesenjangan di Papua. Mski punya gelontoran dana yang besar karena termasuk daerah otonomi khusus, dana tersebut sering sekali tidak sampai ke masyarakat bawah. Ada yang mengatakan bahwa dana tersebut lebih banyak nyangkut di level para pemimpin daripada ke level masyarakat bawah.
Memahami hal tersebut, Presiden Jokowi pun mencoba melakukan gebrakan. Membangun infrastruktur dan listrik di Papua supaya dana pemerintah pusat lebih terasa. Yang nyangkut di pemda, biarlah mereka sendiri yang mempertanggung jawabkannya. Masalah Papua, memang tidak semudah yang dipikirkan oleh banyak orang. Rumit dan sering sekali emang dibiarkan rumit.
Kerumitan tersebut memang seperti sengaja dibiarkan karena Papua memang menjadi surganya para pendatang. Pendatang bukan hanya yang mengeksplorasi kekayaan alam disana, tetapi juga kekayaan isu dan polemik disana. Jangan heran kalau soal Papua ini para aktivis banyak yang berkeliaran disana.
Dan terbukti saat Presiden Jokowi menyatakan akan mengirim Ketua BEM UI untuk melihat langsung kondisi gizi buruk di Asmat dan apa saja yang sudah diperbuat oleh peemrintah, tanpa komando para aktivis yang kerjaannya terkait isu Papua langsung ramai berkomentar. Padahal, Presiden Jokowi mengirim Ketua BEM UI bukan bermaksud apa-apa, tetapi para aktivis seperti cacing kepanasan.
Salah satunya adalah aktivis bernama, Dandhy Laksono. Seperti bukan orang yang belajar di dunia kampus, Dandhy seperti orang pura-pura bego, atau memang bego beneran, memahami tujuan dan maksud Presiden Jokowi. Dandhy malah mengaitkan pengiriman tersebut dengan membuat kebijakan.
Kenapa saya pakai gambar ini?? Karena ternyata setelah saya kritik, akun twitter saya kena blokir. Parah memang aktivis jaman now ini. Mengkritik nomer satu, tetapi gantian dikritik malah saya kena blokir. Mana kalau ditanya mengaku aktivis HAM dan menjunjung bebas pendapat. Beginilah aktivis kalau yang diincar uang bukan lagi idealisme yang dijualnya kepada para pendonor dari luar.
Padahal kalau mau ditanya, para aktivis yang kepanasan dan memberikan komentar miring kepada Presiden Jokowi ini ditanya berapa lama pernah tinggal di Papua bersama orang Papua paling jawabnya pulang pergi ke Jakarta atau ke kota besar terdekat. Tetapi lagaknya seperti orang yang paling paham dan membela Papua.
Kejadian kartu kuning dan pernyataan Presiden Jokowi meresponi hal tersebut pada akhirnya membuat semakin terbukanya mata kita bahwa masih banyak mereka yang hanya cari kesempatan di Papua sana. Dan kalau mau ditanya dengan jujur, mereka berharap Papua begini terus supaya pundi-pundi mereka tetap penuh terisi. Miris.
Tetapi beda dengan Presiden Jokowi. Tidak peduli dengan kritik semua orang, dia tahu bahwa Papua butuh infrastruktur untuk mengeluarkan mereka dari ketertinggalan dari daerah lain.
Salam Papua.