Presiden Joko Widodo menurut saya adalah orang yang paling tahu bagaimana sebenarnya beragama dan ber-Tuhan dengan benar. Jokowi menunjukkan bahwa kehidupan beragama dan ber-Tuhan yang benar bukanlah soal teriak-teriak suarakan keyakinan dan membela Tuhan, melainkan membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Dan prinsip beragama dan ber-Tuhan itulah sebenarnya yang malah sepertinya sedang ditentang oleh kaum yang selalu merasa benar dan selalu merasa paling berhak atas pembelaan dan pelaksanaan kehidupan beragama. Bukannya, bersyukur memiliki seorang Presiden atau Umara yang menegakkan rahmatan lil ‘alamin, malah sibuk meminta Jokowi mengurusi seorang tersangka.
Dan dalam acara Festival Sholawat Nusantara Piala Presiden di Sentul International Convention Center, Bogor, Jabar, Sabtu (24/2/2018), Jokowi kembali menyatakan sikapnya terhadap para ulama. Jokowi menyebut bahwa sebagai seorang kepala pemerintahan (Umara) terus menjaga silahturahmi dengan para ulama.
“Marilah kita jaga ukhuwah islamiyah kita, ukhuwah wataniah kita, ukhuwah basariah kita. Silaturahmi antara ulama dan umara (pemimpin pemerintahan-red) harus selalu kita tingkatkan karena selain ilmu, agama yang memandu kita dalam bekerja,” ujar Jokowi.
“Bagi kita pemerintah, ulama penyalur suara masyarakat, penyalur suara rakyat, penyalur suara umat, dan sebagai umara saya juga berkepentingan memperoleh saran, wejangan, dan tausiah dari para ulama yang hadir pada acara malam ini,” tambahnya.
Yah begitulah kehidupan kita. Selain ilmu, agamalah yang memandu kita dalam berkerja. Ilmu tanpa agama hanya akan menghasilkan kehancuran. Agama tanpa ilmu pada akhirnya malah menghasilkan para preman beragama dan para pelaku politisi agama. Kolaborasi ilmu dan agama yang baik bisa kita lihat dari apa yang dilakukan Jokowi selama menjadi pemimpin.
Pernyataan Jokowi ini sekaligus mengklarifikasi siapakah ulama yang menjadi panutan dan yang Jokowi selalu lakukan silahturahmi. Jokowi benar-benar menunjukkan kepada kita semua, bahwa yang harus menjadi panutan dan mendengar suara umat itu adalah para ulama, bukan para kriminal yang diulamakan atau para ustad yang terus menerus mengumbar kebencian.
Saya yakin, sikap Jokowi ini tidak akan pernah bisa membuat para kaum penyebr kebencian dan perusak persatuan dan kesatuan bangsa tersebut sadar dan menerimanya sebagai pemimpin yang Islami. Karena bagi mereka yang Islami adalah yang memberikan Rizieq SP3 dan tidak mengizinkan di negeri ini seorang Ahok menjadi pemimpin. Sikap yang tidak ada tempatnya di negeri ini.
Semoga saja negeri ini mampu terus tegas dan mampu membedakan mana ulama yang harus didengarkan dan mana orang-orang yang hanya menjadi corong politik merebut kekuasaan dengan memnfaatkan agama. Dan semoga lebih banyak yang memilih Jokowi, Umara yang rajin silahturahmi dengan Ulama, bukan para kriminal dan penyebar kebencian.
Salam Jokowi 2 Periode.