Banyak orang sering berjanji dalam kehidupannya. Janji yang diucapkan bisa berupa sebuah kata-kata manis dan tanpa perhitungan, dan bisa juga sebuah kalimat yang sesuai dengan kemampuannya. Janji dengan kata-kata seindah apapun harus dimaknai sebagai sebuah utang kepada orang lain.
Karena itu, setiap kita berjanji ingatlah selalu untuk terlebih dahulu mengukur kemampuan kita. Jangan ketika sudah berjanji kita akhirnya diperhadapkan kepada sebuah kemustahilan. Kekecewaan orang yang dijanjikan memanglah tidak selalu berdampak langsung, tetapi orang yang mendustai janjinya akan selalu mendapatkan ganjaran yang tidak ringan.
Jelang pilkada serentak 2018 ini, para calon harus memahami benar makna sebuah janji kampanye. Jangan asal bunyi dan akhirnya malah berefek tidak baik kepada rakyat dan membuat politik kembali jadi momok yang negatif di mata publik. Padahal sudah dengan sangat luar biasa Jokowi-Ahok mengembalikan kepercayaan publik kepada politik.
Kepercayaan rakyat kepada politik memang sedang dihancurkan secara perlahan dan pasti oleh pasangan Anies-Sandi di Jakarta. Pasangan ini menjanjikan banyak hal tanpa peduli bisa dilakukan atau tidak. Intinya kampanye asal beda dan berseberangan dengan lawan. Kemustahilan pun dilawan sehingga kita yang waras pun mencemooh mereka.
Hebatnya, janji penuh kemustahilan ini dipercaya oleh mereka yang terancam dengan ayat dan mayat serta sekelompok orang di TPS yang bertamasya Al Maidah. Pada akhirnya kita melihat mereka tidak sanggup melawan kemustahilan. Meski mengklaim punya kapling surga dan didukung penuh kaum 212, tetap saja tidak mampu melawan kemustahilan.
Salah satu kemustahilan yang akan mereka tentang apalagi kalau bukan reklamasi. Kalau mereka menganggap Ahok adalah Superman dan tidak sanggup menentang reklamasi, mereka ini bisa dipastikan mencoba menjadi lebih dari seorang supermen. Apa itu?? Su Permen. Hahahaha..
Anies-Sandi yang sudah kepalang tanggung berjanji tolak reklamasi terus berjuang untuk merealisasikan janji mereka. Tahu akan gagal jika memakai jalur PTUN, mereka memakai jalur BPN. Sadar bahwa Anies-Sandi ingin menjebak, BPN pun menolak membatalkan sertifikat HGB. Bola dikembalikan dan respon Anies-Sandi pun kelabakan.
Kalau Anies masih ngotot BPN untuk membatalkan, maka Sandiaga melanjutkan ciri khas kekonyolan dan kebloonannya. Sandiaga dengan percaya diri menyebut bahwa sertifikat harus dibatalkan karena sudah terindikasi korupsi dalam reklamasi. Sudah ada anggota DPRD yang ditangkap (kader Gerindra) dan ada juga cacat administrasi.
Sandiaga menyatakan bahwa pemprov siap membayar ganti rugi berapa pun biayanya. Dan entah dapat info dari mana, Sandiaga juga menyebutkan bahwa pengembang tidak boleh seenaknya dan semena-mena terkait sertifikat HGB pulau reklamasi.
“Sudah ada kasus korupsi, sudah ada orangnya yang masuk penjara, terus sudah ada sekarang pemeriksaan yang berjalan, dan ada cacat administrasi. Pengembang enggak boleh seenaknya, semerta-merta, semena-mena,” ujar Sandiaga di Jakarta Creative Hub, Jakarta Pusat, Sabtu (13/1/2018).
Kalau melihat pernyataan dan sikap Anies-Sandi, malah yang terlihat semena-mena dan seenaknya bukanlah pengembang melainkan Anies-Sandi. Bagaimana bisa pengembang dikatakan seenaknya dan semena-mena padahal mereka tidak memiliki lahan tersebut. Mereka hanya memiliki HGB dan itu juga didapatkan dengan cara yang benar.
Lain hal kalau mereka memiliki lahan, bukan HGB. Itu baru bisa dikatakan semena-mena dan seenaknya. Kini yang ada malah pemprov DKI yang adalah pemilik lahan yang semena-mena. Sebut ada cacat administrasilah, ada korupsilah. Semua alasan disampaikan hanya untuk membatalkan perjanjian yang sudah dibuat.
Anies-Sandi memang pantas kalap. Mereka menemukan jalan buntu terkait reklamasi. Usaha tanpa PTUN sepertinya tidak akan tembus kecuali Prabowo menjadi Presiden dan semena-mena mengubah peraturan yang ada. BPN diyakini tidak akan bergeming meski sang menteri adalah orang JK. Karena kalau BPN berani melakukannya, maka kredibilitas negara dipertaruhkan.
Tidak akan ada lagi orang yang mau berinvestasi kalau negara semena-mena mengubah peraturan dan mengusir para pengembang hanya karena janji kampanye bego salah satu pasangan calon. Dan yakinlah, tidak ada pejabat negara sebodoh Anies-Sandi yang menginginkan sertifikat HGB dibatalkan.
Selamat gagal menggenapi janji kampanye reklamasi Anies-Sandi. Dan oh iya, cuma mengingatkan, Prabowo lagi bokek. Hehehe..
Salam Gagal.