Besok akan menjadi catatan sejarah baru bagi Jakarta dan Indonesia. Besok akan dilantik pasangan Gubernur-Wakil Gubernur fenomenal dan menarik banyak perhatian. Bukan hanya ramai diberitakan oleh media dalam negeri, tetapi juga oleh media luar negeri. Apakah karena sesuatu yang baik?? Sayangnya tidak. Yang membuat fenomenal pasangan ini adalah kemenangan karena isu SARA.
Pasangan ini menang karena “dibantu” oleh isu SARA yang menyerang Gubernur petahana saat itu, Basuki Tjahja Purnama (Ahok). Ahok yang memiliki kepuasaan publik tinggi dan kinerja yang diakui sampai ke dunia internasional, memang hanya bisa dikalahkan dengan isu SARA. Karena kalau membandingkan kredibilitas, kapabilitas, dan integritas, maka Ahok sudah pasti unggul.
Hanya satu hal yang bisa dipakai buat menjatuhkan Ahok, yaitu isu SARA. Hal ini disadari oleh Ahok dan karena itulah dia menyinggung masalah surat Al Maidah. Harapannya tentu saja untuk membangunkan kesadaran dan kewarasan publik. Sayangnya, apa yang diharapkan Ahok terlambat direspon oleh warga yang waras, yang sebenarnya jumlahnya lebih banyak.
Akhirnya Ahok kalah dan dipenjarakan untuk perkataan yang dijadikan alat politisasi oleh ormas intoleran dan parpol lawan Ahok. Padahal, kalau mau fair, maka isu memilih karena satu agama harusnya tidak usah dikampanyekan. Karena hal itu hanya menunjukkan bahwa kita tidak mampu bertanding dengan sehat. Apalagi soal agama juga bukan dimiliki karena kemampuan, melainkan disematkan sejak lahir.
Anies-Sandi tidak bisa mengelak kalau memang kemenangan mereka ini ditentukan oleh isu SARA. Mulai dari ancam pakai ayat, ancam mayat, lalu politisasi Masjid, sampai juga dengan gerakan tamasya Al Maidah. Semua ditambah dengan adanya dugaan pesanan Pilkada Jakarta kepada Saracen besutan Jasriadi.
Semua itu menjadi sebuah bukti yang tidak bisa dielakkan bahwa besok adalah pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur paling seram. Orang akan selalu ingat bahwa pasanagn ini menang karena ayat, mayat, politisasi Masjid, tamasya Al Maidah dan terakhir Saracen. Dan sebagai seorang yang tahu balas budi, menurut saya Anies-Sandi tidaklah boleh melupakan mereka-mereka yang telah berkorban tersebut.
Mereka yang berkorban adalah Buni Yani, Jasriadi, Sri Rahayu Ningsih, Asma Dewi, dan bahkan juga Jonru. Pengorbanan yang akhirnya membuat mereka kini harus berurusan dengan hukum. Satu lagi siapa lagi kalau bukan yang sedang dalam pelarian, Rizieq Shihab. Semua mereka ini memegang peran penting memenangkan Anies-Sandi. Apalagi Rizieq Shihab, walau akhirnya harus meninggalkan Indonesia.
Pengorbanan mereka ini memang tidak sia-sia. Anies-Sandi berhasil menang telak dan semua biaya yang dikeluarkan berhasil membendung Ahok yang memang akan menjadi ancaman di Pilpres 2019 dan 2014 kalau tidak dibendung sekarang. Tetapi sayangnya, mereka malah dapat cap buruk dan Ahok tetap saja aman karena tidak terjerat kasus korupsi.
Kini, Ahok tenang dan nyaman di Mako Brimob dan mereka harus mengalami tekanan mental dan psikologis yang besar. Tekanan mental karena harus bisa lebih baik dari Ahok yang 3 tahun jadi Gubernur dan tekanan psikologis karena cap Gubernur yang menang karena SARA dan isu-isu seram.
Kalau sejarah sudah mencatat, maka sampai kapanpun hal itu tidak akan bisa dilepaskan. Hal yang juga dialami oleh Tommy Soeharto yang akan selalu tersandung oleh nama buruk bapaknya. Hal ini sama dengan seorang cowok sudah dicap playboy tetapi mengaku cowok setia… Cuih.. Kata seorang wanita..
Saya pikir kita tidak boleh dan jangan mau dihasut oleh kubu mereka untuk melupakan semua yang sudah terjadi selama Pilkada Jakarta. Karena hal ini harus menjadi sebuah pembelajaran penting bagi kita semua. Sama seperti PKI dan hadirnya Orba 32 tahun. Itu tidak boleh kita lupakan dan harus tetap jadi satu kesatuan. Anies-Sandi harus tetap disatukan dengan aksi demo togel dan isu SARA. Apalagi kalau terbukti dugaan di Saracen.
Hal ini penting supaya ke depan siapapun peserta Pilkada maupun Pilpres harus tahu efek buruk bermain SARA. Efek yang tidak akan bisa lepas dan tidak akan bisa tenang mereka menikmati kemenangannya. Dan untuk itulah nantinya beberapa tulisan saya akan banyak membahas mengenai Anies-Sandi dan napak tilas kemenangan mereka.
Untuk hal ini saya menolak lupa dan akan terus menjadi reminder selama 5 tahun ini. Sambil melihat bagaimana Gusti Mboten Sare menghukum orang-orang yang mempermainkan agama ini.
Salam Anies-Sandi Menang SARA.