Saya bukanlah seorang yang saat mahasiswa aktif dalam pergerakan BEM atau BLM. Karena saat itu jalur pergerakan saya arahnya bukan kiri tetapi kanan. Saya memilih sisi itu karena sadar bahwa pergerakan mahasiswa setelah era reformasi bukanlah lagi gerakan yang murni karena kepedulian, melainkan sudah terlalu sering diboncengi oleh kepentingan.
10 tahun kepemimpinan SBY, saya tidak melihat ada gerakan mahasiswa yang sporadis dan terukur untuk mengkritisi kepemimpinan pencitraan pada saat itu. Semua mingkem dan yang aktif siapa lagi kalau bukan gerakan mahasiswa yang berafiliasi dengan parpol tertentu. Gerakan mahasiswa sekarang memang sudah sulit dinilai secara objektif.
Karena itu tidak heran, saat Ketua BEM UI melakukan aksi seperti memberi kartu kuning kepada Presiden Jokowi, dengan mudahnya terdeteksi bahwa Ketua BEM adalah simpatisan atau kader parpol oposisi. Yang semakin diperjelas dengan aksi Fahri dan kawan-kawan yang ikut memberikan kartu kepada pemerintahan Jokowi. Semua seperti sebuah skenario yang diatur.
Tetapi semua skenario itu akhirnya hanya menjadi sebuah dagelan dan lawakan bagi publik. Bukan hanya itu, aksi Ketua BEM tersebut kini malah jadi sebuah aib bagi BEM UI itu sendiri. Bahkan nama UI pun ikut terseret-seret menjadi buruk. Karena ternyata sudah ada beberapa kampus yang bergerak untuk melakukan aksi ke Asmat.
Yang sangat memprihatinkannya dari gerakan mahasiswa BEM UI ini, mereka ternyata masih baru melakukan aksi mengumpulkan dana untuk membantu masalah campak dan gizi buruk di Asmat. Dan dengan gaya sok, Ketua BEM menolak bantuan dikirim oleh Presiden dan akan pergi dengan dana sendiri.
Kesombongan itu pun kini menjadi tidak berarti lagi. Karena ternyata sebelum dana terkumpul dan BEM UI pergi kesana, status KLB campak sudah dicabut oleh Bupati Asmat. Gerakan pemerintah pusat untuk mengatasi masalah kesehatan sudah menemukan titik cerah. Kini tinggal masalah gizi buruk yang masih terus diatasi dengan medan (bukan Ibukota Sumut) yang berat.
Inilah yang namanya berkerja dan berkarya. Tidak hanya modal bacot seperti Fahri dkk serta juniornya Ketua BEM UI. Ketika pemerintah berkerja bukannya berpangku tangan, mereka malah sibuk melakukan aksi tidak simpatik dengan memberikan kartu.
Kalau mau negara kita berubah dengan massif dan terus maju, maka saatnya kita semua sadar dan terus bergerak. Kejadian Jakarta jangan terjadi lagi. Jadikan itu sebuah pelajaran dan sebuah bukti yang harus terus disuarakan bahwa memilih pemimpin yang berkerja dan berkarya. Dan bagi BEM UI, sadarlah bahwa kalian sedang salah menilai seorang Presiden.
Salam KLB Dicabut.