Dalam politik, tidak ada yang namanya makan siang gratis. Setiap bantuan dan jamuan itu hampir selalu berarti penanaman modal dan transaksi politik. Ada yang pakai istilah mahar, ada yang pakai istilah gotong royong, dan ada juga yang pakai istilah biaya perjuangan. Intinya bantuan yang diterima tidak gratis karena akan mengharapkan balasannya.
Karena itu, tidak jarang pada akhirnya banyak orang kecewa dalam berpolitik. Dia sudah habis-habisan berkorban tetapi sayangnya hanya menjadi pemanis saja dan tidak mendapatkan posisi apapun saat yang didukung menjabat. Ternyata meski namanya relawan, dia tidak rela kalau kawan dapat jatah jabatan, dia malah nganggur.
Karena itu, sangatlah sulit kita bisa menemukan orang-orang yang tulus dalam memberikan bantuan politik. Itulah mengapa saat Pilkada Jakarta, Ahok tidak mau menerima yang namanya sumbangan beberapa pribadi atau perusahaan tersendiri, dia ingin menerima bantuan kampanye dengan istilah kampanye rakyat, supaya tidak ada utang budi kepada orang-orang tertentu.
Nah, berbeda dengan lawan politiknya, Anies-Sandi malah terlihat sekali siapa yang menjadi pemodal utama. Sandiaga yang memiliki kekayaan besar dari yang terdaftar sampai yang belum terdaftar menjadi pemodal utama. Lebih kurang 90 persen dana kampanye ditanggung oleh Sandiaga. Dan akhirnya wajar saja kalau Sandiaga terlihat ingin secepat mungkin balik modal dengan program OK OCE.
Ternyata, bukan hanya Sandiaga saja yang ingin cepat balik modal, para partai pendukung pun sepertinya berharap mendapat bagian dalam “pembangunan” Jakarta. Sekjen PKS Mustafa Kamal di gedung KPU, Jl Imam Bonjol, Jakpus, Sabtu (14/10/2017), menyampaikan sebuah pesan kepada pasangan Anies-Sandi untuk tidak melupakan para pendukungnya di putaran kedua.
Mustafa mengingatkan Anies-Sandi Jangan pernah melupakan kader-kader dari Partai Keadilan Sejahtera maupun Gerindra dan juga partai lainnya yang mendukung pada putaran kedua. Entah apa maksudnya, tetapi saya berusaha berpikiran positif bahwa ini adalah pesan supaya Anies-Sandi tetap memakai mereka dalam memimpin Jakarta. Kalau di Pilkada saja mereka bisa militan memenangkan Anies-Sandi, maka pasti juga saat berkarya di Pemprov DKI.
Tidak usah pusing dengan stigma bahwa ini adalah ajang balas jasa dan bagi-bagi jabatan dan pekerjaan. Karena memang pada intinya, keberpihakan kepada para masyarakat yang jadi relawan adalah prioritas. Bayangkan saja mereka rela mati-matian mendukung dengan penuh waktu, masak tidak dapat perkerjaan apapun sebagai pengganti loyalitas??
Karena kalau ada istilah biaya perjuangan, maka tidak salah kalau ada jabatan sebagai ucapan terima kasih. Dan supaya adil, maka tidak boleh ada yang tidak dapat jatah sesuai dengan proporsinya. Karena kalau ada yang tidak dapat, maka bisa-bisa berbalik jadi musuh dan malah membocorkan rahasia. Kejadian seperti ini tidak jarang terjadi dan akhirnya ada kepala daerah kena OTT karena ada yang tidak dapat jatah.
Karena itu, kalau PKS mengingatkan Anies-Sandi jangan pernah lupakan kader PKS dan partai pendukung lain, pesannya jelas supaya ke depan pemprov bisa solid dan tidak ada penyusup dan musuh dalam selimut. Karena akan sangat berbahaya jika proyek-proyek dan pembangunan yang ada malah dikacau balaukan oleh orang-orang Aohok di pemprov.
Jadi, cara terbaik adalah bersih-bersih pegawai pemprov Ahok supaya tidak ada yang bocor. Karena pada intinya adalah keberpihakan. Yang tidak berpihak kepada Anies-Sandi yah didepak dan dipilih yang berpihak dan menjadi pendukung utama pasangan Anies-Sandi di putaran kedua.
Lalu apakah Anies-Sandi akan memberikan jatah atau porsi di pemprov sesuai dengan porsi masing-masing mereka yang menolong mereka menang Pilkada?? Saya pikir hal itu sangat mungkin terjadi. Lalu apakah hal itu akan memberikan kepuasan kepada setiap relawan yang mendukung?? Saya ragu hal itu akan terjadi. Yang ada malah tetap saja ada yang tidak dapat bagian.
Yah, beginilah kalau membantu tidak tulus tetapi akal bulus. Pada akhirnya pada minta jatah atas peran mereka memenangkan Anies-Sandi. Semoga saja mereka-mereka ini tidak kecewa dan patah hati karena tidak mendapatkan jatah. Karena memang tidaklah pernah mungkin semua mendapatkan jatah. Lalu apa yang harus dilakukan mereka yang tidak dapat?? Daripada demo tidak jelas, mending elus dada saja supaya diri bisa menerima nasib.
Kalau sudah begini, maka siap-siaplah melihat bahwa serapan APBD DKI meningkat tetapi tidak jelas pembangunannya. Karena mungkin saja uang-uang tersebut masuk ke kantong yang salah. Seperti slogan mereka, Maju Kotanya Bahagia Relawannya.
Salam Minta Jatah.