Anies-Sandi memang akan sulit memahami masalah keteraturan dan disiplin karena mereka sendiri bukanlah orang yang teratur dan disiplin. Bayangkan saja, hanya amasalah pakaian, seorang Anies memberikan diskresi kepada Sandiaga untuk dinas tidak sesuai aturan. Kesepakatan antara Anies dan Sandi yang sebenarnya menunjukkan mereka tidaklah taat aturan.
Dan tidak perlu menunggu lama, ketidakaturan lain pun terjadi. Mulai dari hal yang kecil, sampai hal yang besar. Mulai dari masalah anggaran sampai kepada masalah perkotaan yang dikelola lari dari aturan dan disiplin. Bukannya menertibkan mereka yang melanggar aturan dan tatanan sosial, mereka malah memberikan ruang lebih besar dengan cara menutup jalan raya untuk jualan PKL.
Wajar memang karena mereka ini sepertinya hidup dengan karakter tidak pakai aturan dan disiplin. Rekam jejak mereka memang sudah tidak taat aturan dan disiplin. Anies mulai dari kisruh perebutan rektor Paramadina dan kekeliruan anggaran saat jadi Menteri, lalu Sandiaga dengan bisnis tipu-tipunya yang bahkan kini sedang terkait kasus penipuan tanah.
Karena itu, tidak heran kalau Jakarta ini jadi kacau dibuat mereka. Tidak punya konsep dan gagasan yang jelas. Semua bergerak bukan karena mereka punya visi tetapi karena kontrak politik yang mereka lakukan kepada para pendukung dan pendana.
Dan akhirnya mereka harus menerima akibat buruk dari ketidakteraturan dan ketidakdisiplinan tersebut. Jalan Jatibaru Tanah Abang yang ditutup demi PKL, sudah diprediksi akan menimbulkan “wabah” PKL di tempat lain. Ketidaktegasan pemerintah hanya akan membuat pemerintah tersebut tidak lagi mendapatkan respek dari warganya. Dan itulah yang sedang terjadi saat Jakarta mulai bermunculan lagi para PKL di berbagai sudut.
Anies-Sandi pun terlihat mulai kewalahan dan kembali melakukan penertiban dengan PKL di trotoar Jakarta. Apakah ampuh?? Sayangnya tidak. Kelakuan mereka berikan keistimewaan kepada PKL di Tanah Abang, menjadi penghalang aksi penertiban tersebut. Dan karena sudah sangat kewalahan, Sandiaga pun meminta warga tidak membeli dagangan para PKL.
Kalau menghadapi PKL sudah kewalahan, apakah Anies-Sandi masih bersikeras untuk meresmikan becak lagi?? PKL saja mereka tidak bisa tertibkan dan sudah mengalami eksodus besar-besaran PKL di Jakarta, apalagi becak. Becak malah lebih parah karena bukan hanya akan mangkal di trotoar tetapi akan sangat mungkin menjadi liar ke jalanan Ibukota.
Tetapi memang dasarnya tidak punya niat tulus memajukan dan membereskan masalah Jakarta, Anies-Sandi malah jadikan Jakarta ajang balas dendam kelompok mereka. Membuat Jakarta tidak karuan dan mengembalikan Jakarta menjadi seperti yang dahulu. Dan setelah ini berhasil mereka lakukan, mereka akan menunai sikap apatis publik kepada pemerintah.
Sikap apatis publik inilah yang mereka incar. Karena dengan begitu, mereka akan dengan mudah menggarong uang rakyat tanpa rakyat peduli lagi untuk mengawasinya. Saya sudah berulang-ulang sampaikan bahwa jika dulu kita punya Jokowi-Ahok bisa santai karena percaya mereka jaga uang rakyat, maka kini kita tidak boleh diam dan seharusnya mengawasi.
Hal-hal yang sedang mereka lakukan ini bukan masalah perebutan R1 saja yang menurut saya berbahaya, tetapi juga menyerang dan mencoba mengamputasi rasa peduli publik yang saat ini sangat bergairah berpartisipasi membangun negeri.
Karena itu, mari kita tetap kritis dan awasi mereka. Jangan diam dan bungkam hanya demi berita mereka tidak ramai. Kita ramaikan dan buat mereka tidak bisa berkutik semena-mena dan sewenang-wenang di negeri ini.
Salam Kritis dan Awasi.