Akan selalu saja ada sesuatu yang terbuka dan terang benderang tampak yang menunjukkan kualitas hidup seseorang. Perkataan dan pernyataan jangan pernah dijadikan sebuah tolok ukur seseorang itu punya karakter yang baik, apalagi kalau mengukur kesantunan dengan melihat cara dia berkata-kata. Karena tukang cabul dan pemerkosa juga terlihat santun, tetapi ujungnya merebut paksa kehormatan wanita.
Dan ini juga sedang terjadi di Jakarta. Ada seorang pria yang dengan sangat tegas, keras, dan tidk mau neko-neko serta menipu memimpin Jakarta. Ada juga seorang yang dengan maniesnya berkata banyak hal, memberikan mimpi selangit, bahkan juga kepada seorang nenek sebatang kara. Tetapi akhirnya yang dipilih adalah yang bermulut manis ini.
Akhirnya Jakarta yang tertipu dengan mulut manies ini akhirnya mengalami pemerkosaan hak-haknya dan direbut paksa dengan bagi-bagi anggaran kepada para kroninya. Lihat saja bagaimana parahnya Anies-Sandi akan membuat tim Gubernur sampai 74 orang. Itu jelas-jelas perkosaan anggaran berjemaah. Dan yang mereka lakukan ini tidak dengan malu-malu pula lagi.
Tetapi diantara semua kelakuan busuk mereka itu, yang paling miris adalah janji manis Anies kepada nenek Mimi. Nenek Mimi benar-benar hanya dijadikan komoditas kampanye bagi Anies saat dia masih menjadi cagub. Berjanji akan memberikan santunan, tetapi nyatanya saat ketemu diminta bersabar. Padahal, majeli taklim, ormas, dll malah dapat jatah.
Berapa sih sebenarnya yang dikeluarkan Anies jika dia punya dana operasional Gubernur miliaran?? Kebutuhan Nek Mimi tidaklah banyak dan dia masih punya pekerjaan juga membuat kotak makanan. Dia cukup dibantu bayar sewa rusun saja pastinya akan sangat tertolong. Tunggakan rusun Nek Mimi yang dibayar Presiden Jokowi selama 13 bulan yang sebesar Rp 3 juta dan sudah dilunasi hingga Desember 2017. Berapa sih ini bagi Gubernur Anies??
Dan hebatnya, meski Ahok sudah dalam penjara, dia tidak pernah melupakan Nek Mimi dan selalu memberikan santunan dan juga sembako untuk menolong Nek Mimi yang sebatang kara. Ahok melalui utusannya mengirimkan uang Rp 500.000, beras, minyak goreng, gula hingga ikan kaleng. Dan itu dilakukan setiap tanggal 5 setiap bulannya.
Itulah yang namanya karakter. Tidak akan pernah bisa karakter seseorang diukur melalui pernyataan dan janji-janjinya, melainkan dengan perbuatannya. Kalau pakarnya berjanji, maka sudah bisa dipastikan Gubernur Anies juaranya. Kalau soal merealisasikan janji, maka Ahok pasti pemenangnya. Dan Nek Mimi adalah saksi hidupnya.
Jadi, bagaimana nasib Jakarta?? Kini kita kembali kepada bagaimana kepeduliaan kita kepada Jakarta. Jakarta yang sudah diperkosa hak-haknya ini masa kita diamkan dan kita tonton ramai-ramai bahkan divideokan seperti kejadian di Tangerang yang kemarin?? Mari terus suarakan, kalau perlu kita demo saja kantor Balai Kota biar ramai terus setiap hari.
Kalau tidak, mari terus kita ramaikan dengan share berita-berita Jakarta yang sudah diperkosa ini. Kalau perlu sampai keluar negeri. Karena dengan begini, maka akan ada tekanan dari luar melihat buruknya Jakarta sekarang. Bahaya juga kalau mereka mau berinvestasi tetapi uangnya malah dibagi-bagi sama kroni mereka.
Atau kalau perlu kita buat gerakan tidak membayar pajak. Tentunya yang langsung ke DKI. Supaya benar-benar sedikit pajak yang didapatkan sehingga merek berpikir untuk menghambur-hamburkannya. Karena apa gunanya pendapatan pajak berlimpah, kalau ternyata hanya dipakai untuk mereka berfoya-foya.
Apapun gerakan-gerakan tersebut, yang pasti jangan sampai dibiarkan kelakuan seperti ini berjalan tenang tanpa kritik dan disebarluaskan. Karena kalau kita bungkan mereka semakin merajalela. Untuk itu bergabunglah dengan Indovoices dan share setiap tulisan mengenai Anies-Sandi sebanyak mungkin. Dan ajak juga orang-orang untuk ikut dalam lomba penulisan Anies-Sandi.
Ingat orang jahat merejalela karena orang baik diam dan hanya melakukan perbuatan baik tanpa melawan si jahat.
Salam IV.