Jangan marah dan kesal mengapa Paskah akhirnya dilakukan di Monas. Karena pada akhirnya kita harus menerima bahwa agama akan terus dibawa ke dalam politik. Dibawa bukan untuk mengubah politik menjadi lebih baik, tetapi hanya menjadi alat dan panggung politik. Apalagi kalau kemenangan diraih dengan cara-cara menggunakan agama.
Itulah yang terjadi dalam perayaan paskah yang akhirnya dilaksanakan di Monas. Meski diprotes oleh PGI, tetap saja acara paskah tetap dilakukan. Dan ujungnya Anies memang tampil di panggung acara tersebut. Kalau sudah begini wajar saja kalau perayaan paskah ini jadi seperti ajang politik Anies.
Sebelumnya perayaan hari besar umat nasrani, Natal sudah berhasil digagalkan menjadi ajang politik. Tetapi sayangnya, Paskah ini lolos dan akhirnya dinodai menjadi sebuah ajang politik. Lalu apa pesan Anies di acara Paskah tersebut?? Yah seperti biasa, kata sambutan penuh retorika.
“Pada waktu itu saya sampaikan monumen nasional adalah monumen kebangsaan milik semuanya. Seakan mengingatkan kita lapangan ini adalah lapangan yang digunakan untuk pertama kali rakyat Indonesia berkumpul sesudah kemerdekaan,” ujar Anies di Monas, Minggu.
“Maka di Pancasila kita tertulis kalimat Bhinneka Tunggal Ika, mengirimkan pesan bagi semua. Pesan ini juga yang ingin saya garisbawahi, seringkali kita berbicara masalah bineka daripada kata tunggal. Keberagaman adalah kenyataan, keberagaman adalah fakta, sesuatu yang kita bawa, yang kita bawa sejak kita lahir. Jadi pesan utamanya adalah persatuan, karena persatuan inilah yang menjadikan Indonesia,” paparnya.
Anda eneg? Berarti anda normal. Karena pernyataan yang dikatakan Anies ini hanyalah kata-kata yang diulang-ulang. Setiap acara pasti ngomong begini. Tetapi dalam aksinya jauh panggang dari api. Apalagi sudah jelas bahwa di Monas sebenarnya bukanlah tempat yang tepat untuk melakukan kegiatan keagamaan. Lain hal kalau acara perjuangan dan resmi kenegaraan.
Kesalahan pemahaman inilah yang sebenarnya ditolak. Tempat seperti Monas bukanlah tempat yang pas untuk acara keagamaan. Dan tidak ada sejarahnya juga Monas diidentikkan dengan kegiatan keagamaan. Yah namanya juga Anies, semua di politikkan.
Miris memang akhirnya acara Paskah dijadikan alat politik juga. Dan sebagai umat nasrani saya sebenarnya sangat tidak setuju kalau acara Paskah ternodai seperti ini. Mudah-mudahan ini yang pertama dan terakhir.
Salam miris.