Dalam kampanye politik, seseorang yang mengkampanyekan akan memberikan uang dan dana dengan jumlah tertentu yang akan disalurkan dalam beberapa program adalah sebuah bentuk kampanye tidak percaya diri. Cara-cara menawarkan sesuatu manis dengan jumlah uang yang besar adalah sebuah kondisi jalan di tempat, kalau tidak mau dikatakan kemunduran dalam, perpolitikan Indonesia.
Bagaimana tidak, ketika money politik sudah dilarang dan bahkan ada hukuman pidananya, mengapa kini malah dalam kampanye jumlah uang dimunculkan?? Padahal semangat pelarangan politik uang adalah supaya kita, baik yang dipilih maupun yang memilih, menjadi tercerahkan untuk tidak memilih seseorang karena tawaran uang.
Saat Pilkada Jakarta, model kampanye ini dilakukan oleh AHY dan juga Anies. Kalau AHY kalah dan tidak bisa membuktikan perkataannya, maka Anies yang menang terbukti tidak melakukan sesuai dengan apa yang dijanjikannya. Salah satunya adalah program rumah DP 0. DP memang 0, tetapi cicilan selangit dan parahnya, warga menengah ke bawah tetap saja tidak bisa memiliki.
Dan hal ini terulang lagi di Pilgub jatim. Salah satu bakal calon gubernur Jatim, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), memberikan janji dengan nominal uang yang dalam janjinya itu akan dibuat dalam beberapa program. Janji itu dibuat terdengar keren dengan nama “Satria Madura” atau Satu Triliun Setiap Tahun untuk Pulau Madura.
“Betul, 1 triliun setiap tahunnya untuk Pulau Madura,” katanya seusai meresmikan Posko Pemenangan di Jalan Gayungsari, Surabaya, Rabu (7/2/2018).
Gus Ipul menyebutkan bahwa dana sebesar itu akan digunakan untuk terus membangun infrastruktur yang ada di Pula Madura. Berdalih bahwa ini sudah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya, tetapi Gus Ipul tidak mampu menepis bahwa pembangunan di Madura lambat saat pemerintahannya.
Bagaimana mungkin seseorang yang sudah mengakui pembangunan Pulau Madura lambat di masa pemerintahannya lalu dengan begitu yakin akan membangun Pulau Madura saat dia lanjutkan kepemimpinan?? Itu sama saja saat Anies berjanji akan memimpin Jakarta dengan tagline “Maju Kotanya, Bahagia Warganya” dengan status dipecat dari status seorang menteri.
Jaminan janjinya sangatlah sulit kita percayai karena saat diberi kesempatan gagal membuktikannya. Kalaulah diberi kesempatan lagi, maka kepercayaan itu sudah pasti tidak akan sama lagi. Lihat saja bagaimana Anies memimpin Jakarta kacau balau. Karena memang tidak becus juga saat menjadi menteri.
Itulah mengapa nominal uang dalam janjinya harus disebutkan oleh Gus Ipul. Supaya warga Jatim terbius dengan jumlah uang tersebut. Padahal dana sebesar itu tidak akan berarti kalau hany dijanjikan tetapi tidak ada realisasinya. Atau dianggarkan, tetapi tidak ada bukti pembangunannya.
Sekali lagi, berhati-hatilah dengan cagub yang janjikan program dengan nominal uang. Karena kemungkinan besar, itu adalah cara kampanye yang membius, padahal kenyataannya tidak juga seperti itu.
Salam Kampanye Uang.