Saya sangat terkejut melihat Laporan Awal Dana Kampanye (LADK) Pilgub Sumut 2018-2023. Bukan terkejut melihat LADK kubu Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah senilai Rp 8 miliar, melainkan LADK Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus senilai Rp 100 juta. Padahal kalau menurut data yang didapatkan, kekayaan Sihar mencapai Rp 350.887.340.551,00 .
Lalu mengapa saat menyampaikan LADK, kubu Djarot-Sihar hanya menuliskan Rp 100 juta?? Apakah Sihar masih hitung-hitungan untuk keluarkan uangnya?? Ataukah Sihar termasuk tipe orang yang pelit?? Entahlah, tetapi kalau saya boleh berpendapat, apa yang dilakukan Djarot-Sihar ini bertolak belakang dengan kebiasaan yang ada di Sumatera Utara.
Tagline Sumut yang adalah Semua Urusan Mesti Uang Tunai bukanlah tagline ecek-ecek (bohongan-red), melainkan memang sudah mengakar dan kalau boleh dikatakan sudah membudaya di Sumut. Karena itu, dengan menampilkan LADK hanya Rp 100 juta, Djarot-Sihar sedang bergerak melawan arus “semua urusan mesti uang tunai”.
Dalam sebuah pembicaraan dengan teman, dia mengakui bahwa untuk menang di Sumut dalam pemilihan apapun, selalu ada ukuran tunainya. Bahkan sudah terukur kalau mau lolos jadi anggota dewan di daerah Sumut ada ukuran dananya. Benarkah isu ini?? Hanya orang Sumut yang jadi timses yang tahu.
Jika ini benar, maka apa yang dilakukan oleh Djarot-Sihar ini adalah sebuah terobosan dalam mengubah paradigma tersebut. Tetapi tentu saja terobosan yang penuh resiko. Kalau mau main aman dan memang dutinya Sihar banyak, maka Djarot-Sihar seharunya buat LADK lebih besar dari pasangan sebelah.
Kalau memang ini strateginya Djarot-Sihar, maka saya sangat mendukung penuh kebijakan ini. Memulai perubahan Sumut, bukan dimulai saat menjabat, melainkan dimulai saat melakukan pencalonan. Dan hal ini sangat membutuhkan dukungan penuh dari para timses dan relawan untuk benar-benar mendukung Djarot-Sihar.
Kalau ada timses dan relawan yang mata duitan, sudah bisa dipastikan kecewa dengan kebijakan ini. Dan kalau relawan yang mengandalkan uangnya SIhar tetapi ternyata tidak dapat, maka kemungkinan besar bisa saja kecewa dan akan mengundurkan diri. Tetapi hal ini malah jadi seleksi bagus untuk timses dan relawan Djarot-Sihar.
Semoga terobosan yang sudah coba dimulai Djarot-Sihar ini benar-benar dihidupi oleh timses dan para relawan. Karena tujuan Djarot-Sihar jelas, mengubah “semua urusan mesti uang tunai” menjadi “semua urusan mudah dan transparan”. Cocok Kam Rasa?? Bungkuslah..
Salam Dua Jari DJOSS DJUARA.