Kejadian gugurnya pasangan JR Saragih-Ance Selian membuat peta politik di Pilgub Sumut berubah. Jika sebelumnya Pilgub diikuti oleh 3 pasangan, maka setelah JR Saragih-Ance gugur hanya dua pasangan yang akan bertarung. Lalu bagaimanakah sekarang peta politiknya? Sedikit corat coret dari saya.
Tidak lolosnya JR sebagai cagub ternyata adalah karena masalah ijazah. Hal yang sepertinya selalu menjadi masalah JR kalau maju Pilkada. Saat maju menjadi cabup dua kali di Simalungun, JR juga isunya tidak punya ijazah SMA. Tetapi tetap saja lolos ikut dua kali Pilbup Simalungun. Lalu mengapa sekarang tidak lolos? Di sinilah letak kejanggalannya.
Menurut saya tidak lolosnya JR karena ijazah akan menimbulkan efek buruk bagi demokrasi di Indonesia. Karena JR bisa dipertanyakan legitimasi kekuasaan selama jadi Bupati Simalungun. Logika saja, kalau ijazahnya palsu maka dia seharusnya tidak ikut Pilbup. Nyatanya dia malah ikut dan menang dua periode. Hemat saya, JR jangan dijegal dengan alasan ini walau itu benar.
Dan karena merasa kejanggalan, maka saya menduga ada konspirasi dari gugurnya JR ini. Seperti ada agenda membuat Pilgub Sumut head to head. Hal ini karena dari hitung-hitungan elektabilitas Djarot – Sihar memimpin. Meski sudah dibuat survei median untuk menunjukkan keunggulan elektabilitas, tetap saja kenyataan Djarot-Sihar unggul.
Tidak usah heran kalau melihat mengapa akhirnya Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta menulis surat tidak pernah melegalisir atau mengesahkan ijazah atau STTB SMA Nomor 1 OC Oh 0373795 Tahun 1990 atas nama Jopinus Saragih. Karena sekarang yang berkuasa di Jakarta adalah partai pengusung Edy-Ijeck. Apakah tuduhan saya ini mengada-ada? Tidak juga. Karena agenda head to head jadi syarat utama demi mengamankan strategi yang akan mereka pakai di Pilkada Jakarta.
Ya, strategi memilih pemimpin non muslim akan membal dan mental selagi ada nama JR Saragih. Karena orang akan menganalogikan kampanye tersebut kepada JR. Karena JR lah yang cocok kena serangan tersebut. Djarot aman meski Sihar non muslim. Tetapi bagaimana kalau JR gugur? Strategi itu pasti akan menyerang habis Djarot-Sihar. Dan akan jadi serangan dilakukan secara penuh untuk mengkampanyekan pemimpin non muslim.
Apakah itu ampuh? Kalau hitung-hitungannya masuk akal bisa menang. Tetapi kembali kepada strategi Djarot-Sihar ke depan. Apalagi isu PPP tidak solid mendukung akan menjadi kerikil lain yang menghadang Djarot-Sihar. Karena itu, Pilgub Sumut akan menjadi perhelatan yang panas dan siap-siap karena polarisasi akan terjadi.
Lalu siapakah yang menang? Mari kita jadikan Djarot-Sihar sebagai pemenangnya.
Salam Djoss.